Chapter 4

428 102 103
                                    

Dervan memberontak kesal dan berhasil terlepas dari bekapan Dervin. "Gak ada akhlak bener lo mau bunuh gua, hah?!" ucapnya dengan emosi yang bergejolak. Dervan berjalan lebih dulu menuju warung kopi di sebrang gedung kostannya.

"Ya lagian lo ke sini kagak ngabarin dulu. Untung aja temen gue kagak tau kalo lo yang datang," balas Dervin tak kalah kesal. Ia mengejar Dervan dan menyamai langkahnya.

"Oh. Ya 'kan gue gak tau," gumam Dervan.

"Untung gue bisa cari alasan kalo yang dateng tukang kredit helm," balas Dervin santai.

Reflek Dervan berhenti melangkah dan mencekal kerah kemeja Dervin. "Apa lo bilang?"

Dervin cengengesan tak jelas, "Apa ya, Van? Lupa gue," jawabnya terkekeh garing.

"Bego!" umpat Dervan kembali melanjutkan langkahnya.

"Tolol!" balas Dervin melanjutkan langkahnya.

"Oon!"

"Gak ada otak!"

"Bodo!"

"Goblok!"

"Lu goblok!"

"Lu lebih goblok!"

Percekcokan antara si kembar itu berhenti ketika sampai di warung kopi yang langsung saja disambut oleh pemilik warung, Teteh Wiwin.
"Eh, aa Dervin," sapa Teh Wiwin ramah.

"Iya, Teh," balas Dervin tak kalah ramah.

Teh Wiwin kemudian melirik ke arah samping Dervin dan sontak saja kedua matanya melotot kaget.
"Eh sebentar, A Dervin bisa membelah dua? Atau gimana ini bisa ada dua wujud gini?" tanyanya bingung.

"Eh sembarangan nih tante-tante! Dikira gue amuba kali bisa membelah diri jadi dua," sambar Dervan tak terima.

"Jaga omongan, tolol! Teh Wiwin lebih tua dari kita. Makanya sekolah jangan bolos terus jadinya kagak punya attitude!" bisik Dervin kesal. Dervan membalas berbisik, tetap tak terima.

Teh Wiwin hanya memperhatikan kedua lelaki berwajah serupa itu dengan bingung. Sekaligus mencari perbedaan mana Dervin yang asli dan yang lainnya. Sangat sulit.

"Hehe, ini saudara saya, Teh," ucap Dervin tersenyum sambil menunjuk Dervan.

"Oh, Teteh baru tau. Jadi kalian kembar?" tanya Teh Wiwin sambil menatap keduanya bergantian.

"Bukan, Teh! Cuma kebetulan aja pas lahirnya barengan dari perut Mama," jawab Dervan cepat sedikit sewot.

Teh Wiwin hanya tersenyum. Dervin mendengar itu langsung saja menjitak kepala Dervan, "TOLOL!!" umpat Dervin tepat di depan wajah Dervan.

Dervan menjauhkan wajah Dervin dari hadapannya dengan kasar.
"Yang sopan sama abang!"

"Jarak 15 menit doang, Van," balas Dervin datar.

"Gimana Teteh bedainnya ini?" tanya Teh Wiwin yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah konyol si kembar.

"Suka-suka Teteh aja," jawab Dervan cepat. Mungkin Teh Wiwin dapat membedakan dengan sikap keduanya yang berbeda.

"Ah, ya udah deh, mau minum apa?" tawar Teh Wiwin.

"Teh Sisri aja sama kopikap," jawab Dervin dan Dervan bersamaan. Lalu mereka pun tertawa keras membuat berisik hingga pelanggan yang lain ikut terkekeh melihatnya. Ya, tanpa tau malu mereka memang selalu bertingkah semaunya dan menjadi pusat perhatian.

Teh Wiwin hanya menurut saja apa yang mereka pesan. Mereka berhenti tertawa dan menunggu pesanan.
"To the point deh, lo ada keperluan apa sampe datang gedor-gedor kostan gue?" tanya Dervin sedikit mengecilkan suaranya.

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now