Bab #42

224 15 0
                                    

Hai Semua, kita ketemu lagi.

Apa kabar kalian?

Tetap jaga kesehatan ya ^^

Sorry for typo...

Selamat membaca 🌹

***

Sudah tiga jam Lily tertidur karena pingsan. Dan sekarang waktu bergulir menunjukkan pukul 9 Pagi. Gadis bernama lengkap Ashali Lyana itu membuka matanya perlahan-lahan ketika semua kondisi tubuhnya sudah mulai terasa baik. Dia mengerang pelan khas orang bangun tidur. Lily mengucek matanya yang terasa gatal, lalu ia memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit yang tersisa.

Gadis bermata sipit itu menghembuskan nafas ke udara. Matanya menyipit melihat atap-atap rumah serta aroma ruangan yang sangat asing baginya. Ah! Lily baru ingat, kalau saat ini dirinya tengah berada di apartemen milik Alan. Pasti keluarganya mengira kalau dirinya berada di Bandung, padahal yang sebenarnya dia masih berada di kota yang sama namun dengan kondisi yang berbeda.

Lily juga teringat akan perilaku Sisil kemarin. Awalnya, ia pikir ucapan Sisil tempo hari hanya omong kosong belaka, tapi ternyata gadis itu benar-benar ingin menghancurkan hidupnya. Lily mencengkeram lengan seseorang dengan kuat melampiaskan segala amarahnya.

Alan, lelaki itu merintih kesakitan. Dia membuka matanya dan melihat Lily dengan wajah yang begitu emosional.

"Ly, Lo kenapa?" Tanya Alan dengan suara khas bangun tidur. Lily tersentak. Dia menatap jemarinya, lalu pandangannya beralih ke arah Kiri. Sontak mata Lily membulat sempurna.

"KYAAAAA!! ALAN KENAPA LO ADA DI SINI?!" Pekik Lily dengan suara yang menggelegar. Alan sampai menutup telinganya rapat-rapat.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"BILANG SAMA GUE! LO UDAH NGAPAIN GUE HAH?! IHHH DASAR COWOK MESUM!" Omel Lily dengan amarah yang meledak-ledak. Gadis itu memukul-mukul tubuh Alan dengan kedua tangannya. Alan hanya bisa berlindung melihat keganasan Lily menggunakan kedua tangannya.

Jujur, pukulan Lily lebih sakit daripada laki-laki. Lebih baik Alan di pukul sama Anta ketimbang sama Lily.

Bugh!

"UHHUUK! UHHUK!" Alan terbatuk-batuk begitu Lily meninju perutnya.

Lily menyilangkan kedua tangannya. Gadis itu merajuk, duduk ditepi kasur  dengan posisi memunggungi Alan. Emosinya Sangat menggebu-gebu. Alan memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

"Pokoknya gue gak mau liat elo lagi! Titik!" Sentaknya kuat.

"Gue mau pulang—" Alan menahan tangan Lily ketika gadis itu hendak turun.

"Lo salah paham, Ly. Gue gak nyentuh Lo samasekali. Suer dah!" Ungkap Alan berusaha meyakini Lily. Gadis itu menoleh ke belakang.

"Bo-bohong! Mana mungkin maling ngaku!" Katanya kukuh.

Alan menghela nafas. Dia kemudian mengangkat kedua tangannya. Lily menatap Alan dengan alis tertaut.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang