Bab #29

204 9 2
                                    

Perlahan-lahan mata Anta terbuka. Ketika dia membaringkan tubuhnya ke arah kanan, Anta terkejut karena dia seperti menendang sesuatu. Saat bangun untuk memeriksa Anta tersadar kalau ternyata dia tertidur di kamar Shela. Kamarnya pun masih berserakan. Kertas-kertas ada dimana-mana. Karena semalam dia tidak kuat jadinya Anta langsung tidur tanpa mengganti pakaiannya.

Anta menghela nafas pelan. Ia pun beranjak turun dari ranjang lalu berjalan hendak membuka jendela. Sinar mentari langsung menyapa netra nya dan matanya pun sontak menyipit lalu perlahan-lahan penglihatannya kembali normal.

Burung gereja bertengger di atas batang pohon dengan kicauan indahnya. Saking asyiknya menikmati hangat dan segarnya udara pagi, Anta sampai tak menyadari kalau ada seseorang yang memeluk tubuhnya dari belakang.

Awalnya Anta terkejut, tetapi karena masih larut dalam kesedihan akhirnya ia lebih memilih diam dan membiarkan orang dibelakangnya memeluknya sesuka hati.

Gadis itu tersenyum dibalik punggung tegap Anta. Sedangkan Anta menautkan alisnya, meski dalam kondisi seperti ini dia tampak tak asing dengan lekukan senyum dari orang dibelakangnya.

Apa dia Lily? Kenapa dia kerumah gue pagi-pagi gini? Apa dia khawatir sama gue? Batin Anta bertanya-tanya.

"Kamu jangan gini terus, Anta. Aku sedih liatnya." Ujar gadis itu membuat Anta menampakkan senyum tipisnya.

"Kalo kamu gak bisa bahagia dengan cara sendiri, aku akan berusaha buat kamu bahagia. Nara, Eka, Bagas, mereka juga mau kamu bahagia. Kita akan buat kamu bahagia, Anta." Penjelasan Lily membuat Anta menitikkan air matanya dengan mata terpejam. Anta pun akhirnya melepas tangan Lily dari perutnya kemudian berbalik.

Seperti biasa. Ekspresi dam cara dia memandang Lily dingin dan datar.

Terlihat jelas bahwa Lily sangat mengkhawatirkan dirinya. Dari matanya saja sudah bisa terbaca. Anta kagum dengan Lily yang mencintai dirinya dengan tulus dan dari hati. Setiap berada di dekatnya Anta selalu merasakan kenyamanan.

Lily mengelus pipi Anta dengan lembut.

"Sedih boleh, pasrah boleh, tapi jangan lupakan dua hal. Kamu juga berhak bahagia. Kamu harus bangkit. Buktiin sama dunia kalo kamu itu manusia yang kuat."

"Kalo kamu gini terus, bukannya semakin membaik justru malah semakin buruk."

Anta mengangguk kemudian menyingkirkan tangan Lily dari wajah nya.

"Makasih." Balas Anta datar seraya berjalan keluar kamar.

Lily menghela nafas pelan. Ternyata sifat Anta memang sudah mendarah daging. Dingin, datar, dan ketus. Tapi setiap kali Lily mengakui sifat Anta justru Lily semakin gelisah kalau sifat asli Anta bukan yang seperti ini.

Lily menatap ke arah sekitar kamar. Berantakan sekali. Kertas ada dimana-mana. Lily pun mengintip keluar kamar dan Sepertinya Anta sedang mandi. Ini menjadi kesempatan Lily untuk membereskan kamar Shela.

"Aku pikir dia bakalan luluh. Kemaren aja manggilnya aku-kamu, tapi sekarang sifatnya udah balik lagi kayak biasa. Hufftt-" celotehnya dengan tangan yang sibuk memungut kertas-kertas.

Lily tidak ingin kepo dengan isi surat-surat ini. Ini semua adalah privasi Anta. Begitu semuanya sudah terkumpul di tangannya, Lily pun segera memasukkan semuanya ke dalam sebuah kotak dan membiarkan kotak itu berada di posisinya.

Ketika Lily berbalik dia tak sengaja menabrak dada bidang Anta. Lily pun sontak mengusap wajahnya kemudian matanya menatap sebuah pahatan yang begitu indah.

Rambut Anta yang cukup basah terlebih acak-acakan disertai dua kancing atasnya yang terbuka.

Lily pun menahan teriakannya. Sungguh tampan sekali pacarnya ini.

Lily [COMPLETED]Where stories live. Discover now