Bab #6

458 33 3
                                    

Aku bukan mainan mu yang jika kalah akan ditinggal dan dibiarkan.
Aku juga bukan mainan mu yang jika menang akan berlanjut untuk kepuasan sesaat.

***

Anta memarkirkan motornya di pekarangan rumah Bagas. Malam ini mereka akan bermain seperti biasanya. Anta masuk kedalam rumah Bagas lalu menyalimi Asisten rumah tangganya dengan santun. Anta segera melangkahkan kakinya menuju lantai dua tempat dimana kamar Bagas berada. Rumah ini begitu indah untuk dipandang. Pikir Anta setiap kali bermain kerumah temannya yang gila itu.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Awalnya Anta ingin menyapa mereka tapi, mereka duluan yang malah menyapa Anta. Sudah gitu cara mereka tidaklah lazim disebut sapaan.

Buagh

Buagh

"WOY GILA MALING AYAM!"

"ANJIR, MANA MALING!?"

Toples kaleng dan stik PlayStation mendarat di wajah Anta. Apalagi benda berbahan dasar kaleng itu meninggalkan bekas merah di kening Anta. Anta menatap datar kearah dua sahabatnya walaupun dia tahu rasa nyeri mulai menjalar.

Eka menepuk-nepuk bahu Bagas menyadarkan lelaki itu. Bagas menghentikan ocehannya lalu mengikuti kemana arah telunjuk Eka pergi.

Anta.

Sebuah nama yang membuat mereka berdua panik setengah mati. Mereka berdua segera bangun dari duduknya lalu menghampiri Anta untuk meminta maaf. Anta sedikit tidak terima sampai akhirnya jitakan cukup kasar itu membuat mereka berdua kesakitan. Anta langsung beralih dari hadapan mereka sembari mengambil Stik PS yang dilempar ke arahnya tadi.

"Aduh gila kalo udah marah mainnya tangan!" Gerutu Bagas.

"Lo sih main asal lempar aja!" Omel Eka sambil mengusap-usap kepalanya.

"Ya gue kaget nyong! Dikira kan ada maling," sergah Bagas.

"Makannya gak usah kebanyakan main game!"

Bagas ngedumel tidak jelas seraya membersihkan tumpahan yang keluar dari kaleng itu. Bagas membuangnya ke tempat sampah yang sudah tersedia didalam kamarnya lalu kembali duduk diantara Eka dan Anta.

"Nyempil-nyempil aja Lo kayak upil Anta!"

"Gue denger, Ka," sahut Anta seraya memasang stik PS untuknya dan juga milik Eka yang sempat terlempar tadi.

"Udah elah Lo berdua diem aja ngapa? Didalam kamar gue itu jangan pada berisik,"

Eka menyipitkan matanya. "Mon maap ya, daritadi bukannya udah berisik?"

"Kan tadi, Ka. Bukan sekarang."

"Lo berdua gak usah bacot! Mending lanjutin main PS nya."

Ajakan Anta barusan meredakan ocehan mereka berdua. Dengan semangat empat lima Eka, Bagas dan Anta mengambil posisi duduk yang acak lalu memasang mata dan telinga tajam-tajam.

Layar TV dengan ukuran yang cukup besar menampakkan sebuah tulisan yang menandakan permainan akan segera dimulai. Mereka bertiga menatap tajam dan mempersiapkan jari-jari lincah mereka untuk memenangkan pertandingan ini. Ditambah volumenya yang cukup besar semakin menambah kesan didalam ruangan ini.

Lily [COMPLETED]Where stories live. Discover now