Bab #12

259 24 7
                                    

Vote and Comment

***

Maaf. Aku terlanjur jatuh cinta padamu.

Minggu Pagi yang cerah. Ah, rasanya Lily enggan untuk bangkit dari alam mimpinya. Dia juga malas untuk beranjak dari kasur kesayangannya. Lily menguap seraya meregangkan otot-ototnya yang cukup kaku. Semalam, ia habis marathon Drakor. Buktinya Laptop berwarna silver itu masih tetap pada posisinya, hanya saja layarnya mati. Astaga, Lily lupa mematikannya.

Saat sudah sadar Lily langsung membulatkan matanya dan segera mengisi daya Laptopnya. Lily kembali duduk. Dia meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Lily melihat satu pesan masuk tepat pukul 12 malam. Sementara Lily sudah menjauhkan ponselnya sejak pukul 10 malam. Katanya sih, dia ingin fokus pada hobinya. Apalagi kalau bukan menonton Drama.

"Hah?"

Lily menganga melihat isi pesan dengan pengirim yang bernama Anta. Kapten Basket SMA Tenggara yang dikenal satu sekolah tidak pernah berpacaran bahkan mengejar perempuan.

Anta :
Jam 10 gw jmpt Lo.

Begitulah isinya. Lily menetralkan degup jantungnya yang kian menggila. Ntah gila karena Anta mengirimnya pesan atau Lily yang baperan?

"Mama, Lily butuh oksigen." Ucapnya seraya mengelus dadanya.

Niat ingin membalas ia urungkan. Dia lebih memilih melihat jarum jam yang kini sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Tentunya mereka berdua masih punya banyak waktu. Bukannya beranjak untuk mandi dan menyapa Keluarga, Lily malah mengabari Nara perihal Anta.

"Serius? Anta bilang begitu?"

"Ya kali gue bohong. Mau gue kirim buktinya?"

"Hahaha, nggak usah. Gue percaya kok."

"Terus, Jantung Lo apakabar?"

"Jantung gue-" Lily sengaja menggantungkan ucapannya. Nara menggigit bibir bagian bawahnya karena penasaran dengan jawaban Lily.

"Alhamdulillah sih, jantung gue masih hidup."

"Si anjir. Gue juga tau! Maksud gue tuh-"

"Aduh Nar, udah ya, Lily yang cantiknya kayak bunga harus mandi sebelum ketemu pangeran. Pangeran hati. Kiw kiw..." Ucap Lily seraya menarik turunkan alisnya. Sedangkan di seberang sana Nara bergidik geli.

"Geli njir. Haha, yaudah sono mandi! Oh iya, jangan lupa siapin mental lo."

"Siapin mental?" Beo Lily.

"Iya. Yaudah, gue matiin ya? Nyokap udah ngomel-ngomel nih gara-gara gue belum turun juga."

"Mmm... Iya."

Setelah ucapan Lily tadi Nara langsung memutuskan sambungannya. Lily menghela nafasnya kemudian berteriak histeris.

"Aduh, sakittt..." Lirih Lily karena menampar wajahnya. Lagi-lagi tangannya jadi ringan. Ya ampun.

"Berarti, bukan mimpi dong? ASSIIKKKK!!!"

Lily jingkrak-jingkrak menuju kamar mandi. Sementara Yuda yang tengah asik mendengarkan lagu jadi terganggu akibat kaki Lily yang menimbulkan suara di langit-langit kamar Yuda. Jelas ia dengar, karena dibawah Kamar Lily adalah Kamar Yuda.

"Sialan itu anak. Gue yakin pasti dia abis dangdutan. Gila emang!"

Selama ia mandi, Lily tidak lepas dari kehaluannya. Hei! Wanita mana sih yang tidak senang ketika dirinya didekati oleh laki-laki yang jarang berbaur dengan perempuan atau bahkan tidak pernah sama sekali? Pasti senang dong? Banget malah!

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang