045 - Bersama Gio

2K 175 32
                                    

Di hidupku tidak ada pelangi setelah hujan, tapi petir diiringi hujan
— Saura, GIORA 2021

•••

“Karena tiap kali liat kamu, jantung aku sakit. Aku belum bener-bener bisa ngelupain kesalahan kamu, Gio,” kata Saura dengan suara serak. “Ada di dekat kamu bukan cinta lagi yang aku rasain, tapi benci. Benci banget sampe rasanya mau liat kamu terluka di hadapan aku.”

***

“Terus sekarang mau lo apa? Lo mau bunuh gue? Ayo sekarang, dengan rela gue serahin tubuh gue ke lo,” kata Gio frustrasi, suaranya tercekat.

Mata Saura kembali berkaca-kaca. “Kalo aku ngelakuin itu, gak ada bedanya aku sama kamu.”

Gio tersenyum tipis, hatinya ngilu ketika melihat mata Saura yang selalu manatapnya hangat dan oenuh keceriaan, sekarang menatapnya penuh benci. Di mata itu, hanya ada kesakitan.

“Gue rasa lo butuh waktu. Lo gak nyaman ‘kan lama-lama sama gue? Kalo gitu ayo gue antar pulang, gak perlu ke Malioboro.”

“Kenapa harus pulang kalo di rumah aja malah bikin tambah sakit?”

Laki-laki itu menatap Saura nanar, kemudian tersenyum lebar dan mengelus puncak rambut Saura.

“Mari buat perjanjian untuk hari ini.”

Alis Saura menyatu. “Maksudnya?”

“Untuk hari ini aja, Ra. Tolong bersikap seakan-akan gak ada masalah di antara kita. Setelah ini gue janji bakal nurutin semua mau lo, termasuk mati di hadapan lo.”

***

“Es krim?” Gio mengulurkan tangannya yang terdapat es krim rasa cokelat pada Saura.

“Makasi,” kata gadis itu pelan.

Gio tersenyum manis kemudian duduk di samping Saura dan memandang gadis itu memakan es krim pemberiannya..

“Enak?” tanyanya begitu melihat mata Saura berbinar.

Menganggup semangat Saura menjawab, “Enak!”

“Udah lama ya gak makan es krim?”

Gadis itu menjawab dengan anggukan kemudian kembali menjilati es krim rasa cokelat miliknya.

“Sekarang mau ke mana lagi?” tanya Gio dengan senyum tertahan.

Waktu menunjukkan pukul 15.00 dan mereka hanya stuck di satu tempat selama beberapa jam ini, yaitu mengelilingi Malioboro. Berfoto, kuliner, menaiki delman, dan di sinilah mereka sekarang, di kedai es krim yang masih di daerah Malioboro.

“Mau ke candi borobudur?”

Mata Saura membola, kemudian mengangguk.

“Jaraknya sekitar satu jam lebih dari sini, sampe sana kemungkinan sore. Lo tau gak biasanya tutup jam berapa? Takutnya kita sampe sana malah tutup.”

Saura menggeleng. “Gak tau, gak pernah ke Candi,” katanya jujur.

Gio segera mengeluarkan ponsel berwarna biru dengan logo apel di gigit, kemudian mencari tahu kapan jam tutup Candi Borobudur hari ini. Jantungnya mencelos, laki-laki itu mendesah kecewa karena ternyata tempatnya baru saja tutup.

“Tutup jam tiga, Ra...,” katanya lemah.

“Yah ... berarti gak bisa ke sana dong?” Saura mendesah kecewa.

“Besok ya? Besok gue ajak ke sana, janji.”

“Tapi besok belum tentu bisa.”

“Bisa, gue paksain besok harus bisa.” Gio memberikan senyum manisnya kemudian mengelus puncak rambut gadis itu lembut. “Gue anter pulang ya?”

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang