010 - Khilaf katanya

4.3K 366 49
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian pencet tanda bintang di kiri bawah dulu, gratis kok gak bayar :)

Happy reading!

Sikapmu membuatku berharap

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Sikapmu membuatku berharap. Namun lisanmu membuatku mundur tanpa sebab

...

“Kenapa berantem?” tanya Saura dengan intonasi rendah.

Sepulang dari SMP Wijaya Kusuma, untuk mewakili Mamanya yang tidak bisa datang, Saura mengajak adiknya mengobrol berdua di salah satu kafe dekat SMP tersebut.

“Si Anjing itu hina lo, Kak! Gimana gue gak emosi? Dia boleh hina gue, tapi jangan sampai dia hina lo!” seru Aidan dengan napas memburu.

Remaja kelas 3 SMP itu memandang Kakaknya dengan mata berkaca-kaca dan sarat akan emosi, membuat Saura yang terenyuh langsung menghampiri kursi Aidan lalu memeluknya.

“Kak Rara gak mau lagi sampai dipanggil ke sekolah hanya karena Aidan berantem.” Gadis itu mengelus punggung adiknya dengan lembut. “Kalau Aidan gak suka, gak perlu didengerin. Kak Rara juga gak masalah kok kalau diomongin,” lanjutnya lembut.

Aidan melepaskan pelukannya lalu berdiri, membuat Saura mendongak karena adik laki-lakinya lebih tinggi darinya. “Aidan dengar Kak Rara, kan?”

“Mama, kan, yang nyuruh Kakak ke sini?” tanyanya tajam. Melihat Saura yang hanya diam membuat cowok itu melanjutkan, “Lo gak perlu ke sini wakilin dia, Kak. Gue gak masalah kok kalau dia gak dateng, gak perlu sampai lo wakilin.”

“Mama gak bi—”

“Mama emang selalu gak bisa, kan? Memangnya kapan Mama bisa hadir ke sekolah gue atau lo? Bahkan saat bagi rapot aja harus Bi Alim sama Pak Taryo yang hadir.”

“Aidan—”

“Gak perlu peduliin gue bisa, kan? Cukup jaga diri lo baik-baik.”

***

“Dara, antar Rara ke kelasnya Gio yuk!”

Dara memandangi teman sebangkunya itu dengan alis bertaut. “Kok sekarang lo deket sama Gio sih, Ra? Tumbenan banget lo mau deket sama cowok. Gue takut.”

Saura menampung wajahnya di atas meja. “Rara cuma pengin kembalian uang Mudah yang kemarin Rara pinjam.”

“Mudah?”

Saura memukul keningnya. “Maksud Rara, Gio.”

Dara mendekat. ”Mudah itu apa? Coba jelasin maksudnya apa?”

“Daraa, nama Gio, kan, Mudah, gampang untuk dihafal! Jadi Rara panggilnya Mudah, masa gitu doang Dara nggak ngerti sih!” Saura berdecak, lalu bangkit dari duduknya.

GIORADonde viven las historias. Descúbrelo ahora