041 - Sesuatu di Yogyakarta

2.6K 180 64
                                    

Menatap hamparan jalanan yang basah melalui jendela kamarnya, seorang gadis tersenyum tipis sembari menopang dagunya.

Terlalu banyak hal rumit yang mengusik hidupnya akhir-akhir ini membuat Saura selalu berpikir melankolis. Yang ada di pikirannya sekarang hanya bagaimana dia bisa menikmati hidupnya dengan normal. Dengan berbagai macam kerumitan yang perlahan menghilang tanpa meninggalkan luka.

Beranjak pergi dari jendela kamarnya Saura mengambil ponsel yang sudah beberapa minggu ini dia nonaktifkan. Dinyalakannya ponsel itu dan mendapat sekiranya lebih dari ratusan pesan dari orang yang berbeda.

Jantungnya berdegup kencang ketika panggilan paling banyak berasal dari Gio. Laki-laki itu mengiriminya pesan hampir setiap jam dengan isinya yang bahkan hanya tentang penjelasan dan kata maaf.

Gio🖤
Gue tau gue salah, gue minta maaf
Thalita bkn pcr gue, gue cm mau buat lo cemburu
Gue egois karena gak mikirin perasaan lo
Gue jahat karena buat lo nangis
Tapi lo tau jawabannya Ra
Karena
Gue
Cinta
Sama
Lo
Plis jwb lo di mna?

Semakin scrool ke bawah semakin membuat jantung Saura tidak aman. Dia takut ... jatuh untuk kesekian kalinya.

Sudah cukup selama ini hatinya terluka karena makhluk bumi bergender laki-laki. Sekarang ... tidak lagi.

Ting!

Pesan dari Gio membuat tangan Saura bergetar, dengan takut gadis itu membuka notifikasinya.

Gio🖤
Lo udh bca chat gue?
Gue di Jogja

Deg

Saura menelan ludahnya, perempuan itu buru-buru menekan kembali tombol matikan daya, tapi satu pesan lainnya membuat Saura mengurungkan niatnya.

Gio🖤
Syng bales chat gue

H-hah?

Sa-yang? Gio memanggilnya sayang?!

Saura memalingkan wajahnya dengan senyum tertahan. Lagi dan lagi Saura terjebak di dalam kisahnya sendiri. Gio membuatnya tidak bisa berpikir logis. Cara laki-laki itu memperlakukannya selalu membuat Saura ... terbuai.

“SAURA!!!”

Terperanjat kaget ketika teriakan dan gedoran pintu di kamarnya terdengar begitu nyaring Saura berlari dan membuka knop pintunya.

“Ayah—”

“KENAPA BAJU BELUM DIGOSOKIN?! SAYA BISA TELAT KE KANTOR KARENA KAMU!”

“Kemarin hujan, bajunya Rara jemur la—”

“Halah banyak alasan!” Pria paruh baya itu menatap Saura murka. “Cuci piring, sapu halaman depan dan buang sampah! Saya gak suka punya anak manja yang selalu berdiam di kamar seperti kamu!”

“Tapi Mala gak ngapa-ngapain Yah, kenapa Rara—”

Plak

Satu pukulan melayang di rahangnya. Memang tidak terlalu sakit, karena hatinya jauh lebih sakit.

Di tampar. Oleh. Ayah kandungnya sendiri.

Saura tersenyum miris, pandangannya buram ditutupi oleh genangan air mata.

“Kemarin ditendang, sekarang ditampar, apa besok bakal dibunuh?” kata Saura pelan, menatap Ayahnya kecewa.

“Kamu berani sama saya?! Sini kamu!”

Pria itu menarik tangannya keras kemudian mendorong Saura hingga kepalanya terbentur oleh tembok yang berada di belakangnya. Badannya limbung hingga tanpa sengaja membuat meja makan ringkih yang berada di belakangnya terjatuh dan menimbulkan suara keras

GIORAWhere stories live. Discover now