♤~Chapter 9~♤

228 22 5
                                    

Song: Outsider
Song by: Eve
(Jangan diputer dulu ya^^)

~◇~◇~◇~
WARNING!!!

CHAPTER INI MENGANDUNG BLOOD, GORE, KEKERASAN & HAL-HAL TIDAK MENGENAKKAN LAINNYA. BAGI YANG MEMILIKI FOBIA TERHADAP HAL-HAL SEPERTI INI, HARAP MENJAUH. JIKA INGIN TETAP MEMBACA, TANGGUNG SENDIRI RESIKONYA. Terima kasih.

Perhatian!
Dimohon untuk membaca sampai akhir karena author ada pengumuman.
.
.
.
.
.
.
.

"Dan penyihir itu adalah kau bukan?"

"Tuan Penyihir Kehancuran, Xavier Rei?"

Jannete meletakkan sebelah kakinya di atas paha kanannya dan melipat tangannya di dada, ia tersenyum sinis. Jannete tahu, karena ciri-ciri aura yang dimiliki Xavier sama dengan Penyhir Kehancuran Ketujuh. Ia memang tidak pernah bertemu dengannya karena dia saat itu memang belum lahir, namun Jannete pernah membaca sebuah buku tentang sejarah para Penyihir Kehancuran dan di sana dijelaskan seperti apa ciri-ciri aura mereka.

Ruangan itu menjadi hening dalam waktu yang cukup lama, hanya suara angin dan lolongan anjing yang terdengar di sana. Xavier tersenyum miring sambil sedikit menundukkan kepalanya. Martha hanya menatapnya heran. Ada apa?

"Kak--"

"Heh. Hahaha--AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!"

Pemuda itu tiba-tiba tertawa dengan kerasnya hingga suaranya bergema di ruangan tersebut, Martha dan Jannete hanya menatap bingung dengan tingkah sang penyihir. Ia tertawa layaknya iblis. Martha sampai bergidik ngeri, sangat jarang ia melihat kakaknya tertawa seperti itu.

"Haha, haaahhhh. Astaga, aku tidak pernah mengira akan ada seseorang yang tidak kukenal mengetahui identitas diriku yang sebenarnya dengan secepat ini." Xavier tersenyum iblis.

"Kau benar Nona Muda, aku adalah Penyihir Ketujuh dari Tujuh Penyihir Kehancuran, Xavier Rei! Ya, aku adalah pembunuh anggota keluarga kerajaan Azure ratusan tahun yang lalu. Aku muak dengan keluarga baj*ngan itu, seenaknya mereka memperbudakku seperti seekor anjing." Xavier kembali berkata.

Jannete mengernyitkan dahinya bingung, ada apa dengan penyihir ini? Ia bertingkah seperti orang yang kehilangan kewarasannya. Martha juga menatap tidak kalah heran, jarang sekali kakaknya bertingkah seperti ini semenjak ia mengasingkan diri dari negeri Azure. Menyeramkan.

"Darimana kau tahu sejarah tentang diriku? Bagaimana kau bisa tahu kalau auraku sama dengan aura Penyihir Kehancuran Ketujuh?" Xavier bertanya. Tersenyum miring.

"Aku pernah membaca sebuah buku sejarah para Penyihir Kehancuran Azure, dan dari sana aku mengetahui cerita beserta ciri-ciri auramu. Walau sebenarnya ada banyak rumor yang mengatakan kalau para Penyihir Kehancuran sudah musnah sepenuhnya. Aku cukup terkejut kalau ternyata Penyihir terakhir Penyihir Kehancuran masih hidup hingga sekarang." Jannete menjawab dengan wajah datar.

"Ah, buku sejarah ya? Hah! Dongeng sialan itu, beraninya mereka mengumbar-umbar sejarah diriku, bahkan sampai menyebutkan ciri-ciri auraku seperti apa. Sangat tidak sopan. Ini menarik Nona Muda, tapi......ada hal yang lebih penting yang harus kuselesaikan." Xavier tersenyum sinis, Jannete mengernyitkan dahinya heran.

Under the Moonlight (Suddenly, I Became a Princess) -DISCONTINUED-Where stories live. Discover now