~♤Chapter 14♤~

103 17 12
                                    

Song Name: The Way I Are
By: Timbaland
(Jangan disetel dulu ya :D)

~◇~◇~◇~

Gedung Veyland, Obelia.....
Jam 19:10....

Athanasia berjalan melewati kerumunan yang sesak, menuju ke tempat di mana permata target tersebut berada. Setelah beberapa menit berjalan, gadis itu pun akhirnya sampai di tempat The Golden Rose ditempatkan.

Asistennya langsung datang menyambutnya.

"Nona Athanasia." Gadis itu membungkuk.

"Bagaimana dengan perangkapnya Michaela?" Tanya Athanasia menyelidik.

"Semua sudah terpasang Nona. Kami juga sudah memastikan bahwa kali ini The Phantom Thieves tidak akan bisa mengambil permatanya." Michaela menjelaskan.

Athanasia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tersenyum miring, kemudian menepuk pundak sang asisten.

"Kerja bagus Michaela. Akan kupastikan kau mendapat jabatan tinggi nanti." Ujar Athanasia.

Michaela tersenyum puas. Namun, itu tidak ditujukan kepada Athanasia. Melainkan kepada The Phantom Thieves, para komplotannya.

"Sebaliknya, Anda lah yang akan kalah, Athanasia de Alger." Michaela tersenyum licik tanpa disadari oleh Athanasia.

Beralih ke para pencuri. Untuk sementara mereka beristirahat di salah satu atap gedung yang mereka temukan.

"Aah, untungnya kau menemukan gedung yang pas Xav." Clara melempar kaleng alkoholnya sembarangan.

"Jangan minum terlalu banyak, nanti kau bisa mabuk bodoh." Xavier menegur.

"Pfahahah, kau sepertinya lupa bahwa aku memiliki toleransi alkohol yang tinggi. Aku 'kan dulu bekerja sebagai pelayan bar dan tentu saja aku banyak minum miras di sana." Clara tertawa mengejek.

Xavier hanya memutar bola matanya malas. Ia meremukkan kaleng soda bekasnya dan membuang ke sembarang arah.

Cklek!

Terdengar ada suara seseorang yang membuka pintu dari belakang, kedua orang tersebut menoleh. Rupanya itu Lucas.

"Hei, kau berhasil bertemu dengan orang itu?" Clara bertanya.

"Kami hanya berbicara lewat telepon, dia juga hanya mengirimkan file tentang perangkapnya." Lucas mendengus dan duduk di samping Xavier.

Pria itu kemudian meraih salah satu kaleng alkohol dan membukanya.

Klik!

"Bukannya kau punya toleransi alkohol yang rendah ya?" Xavier mengingatkan.

"Minum satu atau tiga kaleng saja aku kuat. Tidak perlu khawatir." Lucas tampak tidak peduli.

Sang penyihir menepuk dahinya frustasi. Ia seperti seorang ayah yang mengurus dua anaknya yang merepotkan.

"Ngomong-ngomong, bisakah kau membuka file yang barusan kukirim padamu?" Ujar Lucas.

Xavier melirik, lalu meletakkan kaleng sodanya sejenak. Pria bersurai panjang itu kemudian mengambil tas kopernya dan mengambil laptop yang berada di dalamnya.

Ia lalu mengecek email, ada sebuah file yang masuk. Dan benar saja, Lucas yang mengirim file tersebut.

Xavier kemudian mencoba untuk membuka dokumen tersebut.

Srett...

"Hei! Kenapa kau melepas kunciran rambutku??" Xavier mengomeli Lucas.

"Kau terus-terusan menguncir rambutmu dengan gaya yang sama. Aku bosan melihatnya." Lucas berkata dengan nada kurang jelas.

Under the Moonlight (Suddenly, I Became a Princess) -DISCONTINUED-Where stories live. Discover now