~♤Chapter 12♤~

116 18 13
                                    

Perpustakaan, Kepolisian Obelia....

Athanasia tengah membaca sebuah buku di perpustakaan pribadinya. Gadis itu beberapa kali mendesah.

"Siapa anak itu sebenarnya?"

Perempuan bernetra sapphire itu menatap langit jingga dari balik jendela. Ia menaruh dagunya di atas tangannya, melamun.

Ia sesekali mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Dokumen yang awalnya tadi ingin dia baca teronggok bisu.

Athanasia merasa sangat heran. Kenapa belakangan ini ia terus diserang oleh mimpi-mimpi aneh?

Beberapa kali ia bermimpi sedang berada di taman bunga, dan yang paling sering adalah dia sering melihat seorang anak laki-laki berambut hitam. Namun wajahnya tidak pernah kelihatan.

"Aku seperti mengenal anak itu...."

Athanasia terus melamun hingga tiba-tiba-

Nguuuunggg~

"Ugh...kepalaku..."

Kepala Athanasia mendadak terasa sakit, seperti mau pecah. Pelipisnya berdenyut-denyut. Gadis itu meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya.

"Kenapa....kepalaku sangat....sakit?"

Penglihatannya mulai mengabur. Perempuan itu mulai kehilangan kesadarannya.

Matanya perlahan menutup.

Kegelapan mulai menyelimuti pandangannya.

Hitam.

~◇~◇~◇~

Athanasia tiba-tiba terbangun di sebuah kebun yang luas. Ia memakai gaun berwarna putih tanpa alas kaki.

"Di mana aku?"

Kresek! Kresek!

Tiba-tiba, ia mendengar suara dari kejauhan.

Pelan-pelan, ia mendekati semak belukar tempat di mana suara itu berasal. Ia menyingkirkan daun-daun yang menghalangi pandangannya.

Matanya langsung membulat sempurna.

Di hadapannya, terbentang sebuah padang rumput yang luas dihiasi oleh berbagai macam bunga.

"Wah, indah sekali." Gumamnya.

Lalu ia melihat ada dua orang anak kecil, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan.

Anak perempuan tersebut memiliki penampilan yang sama dengan diri Athanasia saat ini. Hanya berbeda usia saja.

"Anak perempuan itu....bukannya aku?"

Athanasia lalu menoleh ke arah anak yang satunya lagi. Ia memiliki rambut hitam, namun ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Wajahnya terlihat buram di matanya.

"Siapa anak laki-laki itu? Dia tampak sangat familiar bagiku."

Ia kemudian mendengar percakapan kedua anak kecil tersebut.

"Lu@%+#! Saat besar nanti kau ingin jadi apa?"

"Hah? Entahlah, kalau kamu?"

"Aku akan menjadi detektif yang hebat dan terkenal saat besar nanti!"

Anak bersurai hitam itu memutar bola matanya malas.

"Heh, kau lebih cocok menjadi gorilla daripada detektif." Ejek anak itu.

Athanasia kecil menggembungkan pipinya kesal, gadis itu pun menjambak rambut temannya itu tanpa belas kasih.

"Aaawww!! Dasar gorilla! Jauhkan tanganmu dari rambut berhargaku!"

Under the Moonlight (Suddenly, I Became a Princess) -DISCONTINUED-Where stories live. Discover now