♤~Chapter 19~♤

77 13 2
                                    

 10 Tahun Lalu, Belanda.....

"Kakak mau ke mana?"

Seorang gadis berusia 15 tahun itu menoleh, ia melihat adik perempuannya tersebut sedang memegang ujung pakaiannya.

"Kakak mau pergi dulu dalam waktu yang lama. Kamu tunggu sini ya?" Gadis itu tersenyum.

Adiknya menggeleng. Wajahnya menyiratkan kecemasan.

"Tapi kalau Kakak pergi, Ayah akan marah. Aku nggak mau Kakak dimarahi Ayah lagi." Mata gadis kecil itu berkaca-kaca.

Sang kakak mengernyitkan dahinya, dirinya menatap adiknya tersebut dengan tatapan sedih. Seakan-akan tidak mau berpisah. Perempuan itu pun memeluk adik kecilnya dengan erat.

"Kakak akan baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir."

Lagi-lagi gadis kecil itu menggeleng keras.

"Tidak boleh! Kalau Kakak pergi, maka aku juga akan pergi melindungi Kakak dari Ayah yang seperti monster!"

Kakaknya tertawa lebar, dia mengacak-acak rambut adiknya tersebut. Mata jingganya menatap sendu. Tangannya membelai lembut kepala sang adik.

"Kakak akan baik-baik saja. 'Kan kita sudah janji, kalau kita akan terus bersama. Nanti kita juga akan bermain bersama lagi kok." Ujar sang Kakak lembut.

"Tapi kalau Kakak pergi, nanti aku main sama siapa dong?" Adiknya meggembungkan pipinya sebal.

"Kan ada Iva, kamu bisa main sama dia dulu selama Kakak pergi."

"Nggak mau. Kak Iva itu dingin kayak batu es, dia juga nggak bisa diajak main apalagi bercanda."

Kakak perempuannya tersebut lalu tertawa lepas. Padahal adiknya sendiri yang sering mencari kakak laki-lakinya tersebut.

"Nona, Anda sudah ditunggu." Ujar seorang maid tiba-tiba.

Sang kakak mengangguk, ia kemudian bangkit berdiri dan hendak berjalan keluar dari gerbang rumah besar tersebut.

Grep!

Akan tetapi, adiknya lagi-lagi menahan langkah kaki gadis tersebut.

"Kak, aku punya satu permintaan."

Gadis bersurai cokelat tua itu memiringkan kepalanya, lalu tersenyum simpul.

"Apa itu?"

Sang adik kemudian menyerahkan sebuah gelang kepada kakaknya.

"Kakak harus kembali lagi. Aku bakal nungguin Kakak kok walaupun lama, yang penting Kakak kembali." Ucap adiknya polos.

Mata gadis tersebut langsung membola, tiba-tiba matanya terasa panas dan berair. Perempuan itu sontak memeluk erat tubuh mungil adiknya. Tanpa ia sadari, buliran bening mulai mengalir dari kedua iris jingganya.

"Te-tentu saja. Kakak berjanji akan kembali lagi."

"Benarkah?! Kakak benar-benar akan kembali lagi?!" Adiknya tampak antusias.

Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia lalu melepaskan pelukan dan menatap adik perempuannya.

"Kak? Apakah Kakak menangis?"

"Eh? Ti-tidak kok."

"Apa Kakak khawatir denganku dan Kak Iva?"

Sang adik menatap kakak perempuannya yang tengah berlinang air mata itu. Gadis kecil itu kemudian tersenyum.

"Jangan khawatir, Kak. Aku akan baik-baik saja kok, 'kan ada Kak Iva yang bisa melindungiku." Ucapnya sambil menyeka air mata kakaknya.

"Heh, kamu pikir aku mau melindungi kamu?" Ucap seorang anak laki-laki dengan nada ketus.

Under the Moonlight (Suddenly, I Became a Princess) -DISCONTINUED-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang