EMPAT PULUH DUA

376K 48.3K 28.9K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

4000 vote + 5000 komen untuk next!

Komen tiap paragraf, ya! 😍

ABSEN DULU PAKAI EMOT KESUKAAN KALIAN!

****


Areksa merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Kedua mata tajamnya menatap langit-langit kamarnya yang putih polos. Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Dirinya dan inti Diamond lainnya kecuali Ilona tadi sore pergi ke makam Renzo. Rasa rindu tentu menyeruak kuat di dadanya. Bayangan sosok Renzo yang begitu baik benar-benar tidak akan pernah bisa dirinya lupakan.

Areksa bangkit dari tidurannya. Kakinya melangkah menuju meja belajar yang terletak di sudut kamar. Tangannya menarik laci yang ada di sana, lalu mengambil sebuah foto yang telah usang di sana. Senyumnya mengembang sendu kala melihat dirinya, Ilona, dan Renzo yang tengah berpelukan di sebuah taman bermain.

"Gue kangen lo, Ren."

Jemari Areksa mengelus selembar foto yang telah usang itu. Memori setahun yang lalu tiba-tiba menyelinap kembali di pikirannya. Di mana waktu itu, ia dan Renzo duduk bersebelahan di depan rumah sembari memperhatikan Ilona yang sibuk memberi makan Bobo.

"Kalau seandainya nanti gue nggak ada, tolong jagain ratu gue, ya? Dia butuh bahagia."

Begitu kira-kira perkataan yang pernah Renzo lontarkan padanya.

"Lo bener-bener pergi, Ren."

Areksa kembali meletakkan foto itu ke dalam laci. Ia berdiri kemudian berjalan menuju balkon kamar yang langsung berhadapan dengan kamar Ilona. Lampu kamar gadis itu masih menyala, padahal biasanya di jam-jam larut seperti ini pasti sudah padam.

"Ilona nggak bahagia setelah lo nggak ada."

Lamunan Areksa buyar saat ponsel di saku celananya bergetar. Dengan cepat ia mengambilnya. Rupanya Naura yang menelepon dirinya. Untuk apa gadis itu menghubunginya malam-malam seperti ini?

"Halo, Nau? Ada apa?" tanya Areksa tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Laporan keuangan OSIS lo yang teliti, ya? Gue lagi nggak enak badan malam ini, nggak sempet buat ngecek. Nanti gue kirim file nya ke lo."

Areksa refleks menganggukkan kepala walaupun Naura tidak dapat melihatnya. "Oh, iya gue aja yang ngecek. Lo istirahat, jangan lupa minum obat."

"Thanks. Maaf ganggu lo malem-malem kayak gini. Bye, Sa."

"Hm." Areksa hanya membalasnya dengan deheman. Setelah itu sambungan telepon mereka terputus.

Pandangan mata Areksa kembali mengarah ke jendela kamar Ilona. Apa iya gadis itu belum tidur? Tanpa banyak pikir, Areksa pun memutuskan untuk menghubungi Ilona. Cukup lama ia menunggu tetapi tidak kunjung mendapatkan jawaban.

"Mungkin lupa matiin lampu kamar," gumam Areksa kemudian masuk kembali ke kamarnya.

                               *****

Pagi ini Areksa kembali mendapati Ilona sudah pergi tanpa menunggu dirinya. Entah apa yang membuat Rean mau mengantarkan gadis itu. Padahal biasanya pria itu tidak peduli dengan anak kandungnya dan lebih memperhatikan anak tirinya.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang