TIGA BELAS

497K 67.3K 25.7K
                                    

1000 vote + 500 komentar untuk next!

Biasain pencet bintang dulu sebelum membaca.

                           
                                 ****

Areksa yang menyadari kalau Ilona tidak kunjung naik ke atas motor itu pun menoleh ke belakang. Rupanya, gadis itu tengah sibuk memandang layar handphone dengan kening berkerut tipis. Karena penasaran, Areksa pun merampas handphone gadis itu. Membuat Ilona tersentak kaget akibat ulahnya.

Areksa membaca cepat sebuah pesan yang masuk di handphone milik Ilona. Kedua alisnya menaut tanda bahwa dirinya dilanda kebingungan. Apa lagi saat melihat nama 'Renzo' di kontak itu.

"Lo masih nyimpen nomor dia?" tanya Areksa kepada Ilona.

"Gue nggak pernah kepikiran buat hapus nomornya Renzo. Sejak kejadian setahun lalu, gue juga nggak pernah ngecek nomornya lagi," balas Ilona jujur.

"Ini pasti iseng," ujar Areksa.

"Tapi, Sa, ini udah kedua kalinya gue dapet pesan. Yang satu nomor nggak dikenal, yang satunya lagi nomornya Renzo. Apa lo yakin ini cuma iseng doang?" Ilona memandang Areksa dengan tatapan bertanya.

Areksa mematikan layar handphone Ilona lalu memberikannya kepada gadis itu. "Lo pernah dapet bingkisan lagi?"

Ilona mengangguk cepat. "Semalem."

"Semalem?" beo Areksa. Cowok itu menghela napas berat, "kenapa lo nggak kasih tau gue?"

"Semalem gue takut ganggu lo. Jadi, niatnya hari ini gue mau kasih tau lo," balas Ilona.

Areksa memejamkan matanya sejenak. Ia memijat pangkal hidungnya. "Lain kali, kalau lo dapet bingkisan lagi, langsung bilang ke gue."

Ilona mengangguk. "Maaf."

"Isinya apa?"

"Foto-foto gue sama Renzo. Ada kertas kecil juga, tulisannya 'Die'. Kayaknya si peneror itu pengin gue mati," balas Ilona menjelaskan.

"Di sini gue yakin lo dibenci karena ada sangkutpautnya sama kematian Renzo."

                                   ♥    ♥    ♥

Areksa berdiri gagah di depan barisan murid-murid lelaki alias sahabat-sahabatnya sendiri. Ia tidak akan pandang bulu untuk menghukum siapa pun yang berbuat tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Sekali pun itu para sahabatnya sendiri seperti sekarang ini.

Terik matahari yang menyengat panas itu membuat Marvin dan yang lainnya kecuali Samuel dan Marvel tidak berhenti mengeluh.

"Sa, masa lo tega mau bakar kita kayak gini?" tanya Marvin dengan wajah memelas.

"Udah satu jam kita kayak gini. Ayolah, Sa, udahan," timpal Canva ikut-ikutan memohon.

"Kita salah, jadi wajar kalau dihukum. Lo nggak mau dihukum? Ya udah jangan buat kesalahan," balas Samuel dengan wajah tenangnya.

"Dengerin tuh," balas Areksa yang berdiri di bawah naungan pohon cemara. Ia menatap jam yang melingkar di tangannya. Harusnya, masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi agar para sahabatnya itu bisa kembali ke kelas. Namun, karena dirinya sedang baik hati, Areksa memutuskan untuk menyudahi.

"Udah, masuk sana. Jangan pernah coba-coba bolos lagi," kata Areksa dengan tatapan tajam.

"Gak janji, Sa. Kita manusia, wajar kalau suka berdusta," jawab Farzan yang langsung dihadiahi jitakan oleh Canva.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang