Bonus Chapter: Semua Berubah

3.3K 267 26
                                        

2015

Na Hyera, gadis kecil berumur sebelas tahun itu merupakan bungsu kesayangan keluarga Junmyeon. Tampang lugu dan menggemaskannya selalu saja memikat hati orang-orang yang bertemu dengannya. 

Hyera adalah anak yang baik dan periang. Ia juga sering menolong teman-temannya. Karena sifat baiknya, Hyera memiliki banyak teman di sekolah. Mereka semua sangat senang berteman dengan Hyera. 

Bagi Hyera kecil, masa-masa di sekolah dasar adalah masa paling indah. Bertemu teman-teman sebaya, bertemu guru baik, belajar dan bermain bersama teman-temannya. Sayangnya, masa-masa indah itu tidak bertahan lama ketika hari itu datang. Hari yang menjadi awal kesedihan dan kehancuran seorang Na Hyera. 

Di hari itu, ketika Hyera datang ke sekolah, ia langsung disambut oleh tatapan mata teman-temannya. Tatapan itu tidak seperti biasanya. Mereka semua menatap Hyera tidak ramah, bahkan terkesan mengejek. Beberapa dari mereka membicarakannya. Hyera heran sekaligus takut. Apa yang sedang terjadi? 

Tidak tahan dengan tatapan serta bisikan-bisikan dari teman sekelasnya, Hyera menundukkan kepala, lalu berjalan takut menghampiri bangkunya. Belum sampai Hyera di bangkunya, ia langsung dicegat oleh dua orang temannya.

“Ngapain kamu ke sekolah? Mending kamu pulang terus urus kakak kamu yang cacat itu,” ujar salah satu gadis di depan Hyera.

“Maksud kamu apa, Hani?” tanya Hyera kebingungan.

“Kamu punya kakak cacat, kan? Kemarin aku liat keluarga kamu liburan di taman. Di sana ada cowok cacat. terus kamu juga manggil dia dengan sebutan kakak.”

“Terus kalau kakak aku kekurangan fisik, kenapa?” tanya Hyera masih tidak mengerti.

“Ya, malulah! Orang cacat kayak kakak kamu itu bisanya nyusahin orang doang!” seru seorang gadis bertubuh pendek yang berdiri di sebelah Hani.

Kelas semakin ramai dengan omongan anak-anak yang membicarakan Hyera. Adapun yang terang-terangan mengejek dan mentertawakan Hyera, membuat gadis kecil itu kembali menunduk dan mengepalkan kedua tangannya. Napas Hyera memburu, matanya memerah menahan tangis.

Setelah kejadian itu, satu persatu teman Hyera mulai menjauhinya. Alasan mereka semua tidak masuk akal. Hanya karena mengetahui Hyera memiliki kakak keterbatasan fisik, teman-temannya tidak ingin lagi bermain dengannya. Sekolah yang Hyera anggap menyenangkan kini berubah menjadi tempat mengerikan. Ejekan-ejekan yang keluar dari mulut mereka cukup menghancurkan mental gadis kecil itu.

“Kakak Hyera cacat!”

“Hii, malu ih punya kakak cacat.”

“Kamu emang nggak malu punya kakak cacat?”

“Kakak Hyera cacat! Kakak Hyera cacat! Kakak Hyera cacat!” 

Tidak hanya itu, terkadang teman-temannya mengolok-olok Jaemin juga. Mereka akan duduk di lantai, lalu menyeret kakinya seperti orang lumpuh.

Sejak saat itu, Hyera lebih banyak melamun. Awalnya Hyera tidak begitu mempermasalahkan keadaan Jaemin. Namun, setelah bullying yang ia dapatkan dari teman-teman sekelasnya, Hyera mulai menjauhi Jaemin. Merasa malu dengan kondisi kakaknya.

Irene yang peka dengan perubahan sikap putrinya mencoba mengajak Hyera berbicara empat mata. Wanita dua anak itu mengajak Hyera berbicara di taman belakang rumah mereka.

“Bunda perhatiin kayaknya Rara sering ngelamun. Ada apa?”

“Bunda, kenapa Kak Jaemin nggak bisa jalan kayak orang-orang? Kenapa Kak Jaemin harus duduk di kursi roda?” Irene tertegun mendengar pertanyaan Hyera.

“Rara ....”

“Semua temen Rara pada ngejek Rara karena tau Rara punya kakak cacat. Mereka juga ngejek Kak Jaemin. Mereka semua jahat, Bunda. Rara benci mereka.” Hyera mulai menangis di hadapan bundanya. Tanpa berlama-lama, Irene mendekap tubuh mungil anaknya. Tangisan pilu Hyera sungguh menyayat hati Irene. Wanita itu mengusap punggung Hyera, sesekali menggumamkan kata maaf. Irene marah pada diri sendiri. Bisa-bisanya ia tidak tahu jika anak bungsunya mendapatkan perlakuan buruk di sekolah.

Setelah menangis sepuasnya di pelukan Irene, Hyera pergi ke kamarnya dengan langkah lunglai. Tanpa sengaja, Hyera berpapasan dengan Jaemin, orang yang akhir-akhir ini Hyera hindari. Melihat Hyera di depannya, Jaemin pun bersuara.

“Rara, kenapa nggak pernah mau main sama Kakak lagi? Kakak ada salah sama Rara?” 

Hyera meremas rok sekolah yang masih ia kenakan. Melihat wajah Jaemin membuat Hyera merasa kesal karena kembali teringat dengan ejekan teman-temannya.

“Iya! Kakak salah! Gara-gara Kakak, Rara dijauhin sama temen-temen Rara. Gara-gara Kakak cacat, Rara diejek!” Untuk pertama kalinya, Hyera berteriak di hadapan Jaemin, membuat lelaki itu tersentak.

“Kenapa Kakak harus lumpuh? Kenapa Kakak nggak jadi anak normal aja? Rara malu!”

“Rara nggak mau lagi main sama Kakak! Rara benci Kakak!” 

Suara bantingan pintu dari kamar Hyera menjadi akhir dari percakapan mereka berdua. Jaemin tertegun sekaligus merasakan sesak di dadanya.

Hari itu, semuanya berubah. Tidak ada lagi Hyera yang periang. Tidak ada lagi Hyera yang ramah. Tidak ada lagi Hyera yang lembut. Semuanya hilang begitu saja karena ejekan teman-teman Hyera yang berkedok ‘candaan’.

[✓] My Brother | Na JaeminWhere stories live. Discover now