Bonus Chapter: Kakak Marah

172 13 0
                                    

Banyak yang bilang, marahnya orang sabar itu sangat dahsyat, alias sangat menyeramkan. Awalnya Hyera tidak percaya. Menurutnya, semua orang sama saja ketika marah. Sama-sama terlihat menyebalkan. Hyera sudah sering melihat orang marah, sering juga dimarahi. Mereka yang Hyera lihat sedang marah tampak biasa saja, tidak ada seram-seramnya. Namun, setelah melihat Jaemin marah untuk pertama kalinya, barulah Hyera percaya, sekaligus tidak ingin lagi membuat kakaknya marah.

Semua berawal ketika Junmyeon dan Irene pergi keluar kota selama seminggu. Jaemin sebagai anak pertama dan seorang kakak diberi petuah untuk menjaga Hyera, memastikan Hyera pulang sebelum matahari tenggelam, dan mencari tahu kabar Hyera ketika adiknya tidak mengabari. Tidak hanya Jaemin saja, melainkan Hyera juga. Gadis itu mendapat petuah dari Irene, seperti jangan bertingkah aneh-aneh selama orang tuanya pergi, dan selalu mengabari Jaemin jika pulang terlambat.

Hari pertama ditinggal Irene dan Junmyeon, semua aman, tidak ada masalah apa pun. Hyera pulang tepat waktu. Begitu juga dengan hari kedua dan hari ketiga. Memasuki hari keempat, Hyera mulai pulang terlambat, tetapi gadis itu masih mengabari Jaemin. Jaemin juga tidak terlalu mempermasalahkan. Hari kelima, lagi-lagi Hyera pulang terlambat. Kali ini ia tidak mengabari Jaemin. Begitu ditanya, alasannya karena lupa. Sampai puncaknya, di hari keenam, Hyera bermain sampai lupa waktu. Belasan pesan yang dikirim Jaemin tidak ada yang dibaca oleh Hyera. Telepon dari Jaemin pun tidak diangkat sama sekali. Bukannya Hyera sengaja, melainkan ponselnya mati akibat kehabisan daya.

Hyera pikir, dengan menjelaskannya pada Jaemin setelah pulang nanti, semua akan selesai. Hyera pikir, Jaemin tidak akan marah dan hanya menegurnya saja, setelah itu selesai. Karena selama ini, ketika Hyera tidak sengaja berbuat kesalahan, Jaemin hanya akan menegurnya, kemudian bersikap seperti biasanya.

Sayangnya, ekspetasi tidak sesuai realita. Begitu pintu utama Hyera buka, gadis itu langsung disambut tatapan tajam Jaemin. Wajah yang biasanya terlukis senyuman itu kali ini berubah datar. Tatapan Jaemin begitu mengintimidasi Hyera, membuat gadis itu hanya mematung di ambang pintu.

“Masuk.” Singkat, padat, dan mendebarkan. Jaemin mengucapkan sepatah kata itu dengan nada rendah. Buru-buru Hyera masuk dan menutup pintu, tidak lupa menguncinya sebelum akhirnya mengekori Jaemin. 

Sampai di ruang keluarga, Hyera diperintahkan duduk oleh Jaemin. Lagi-lagi Hyera menurut. Suasana terasa mencekam, atau mungkin hanya perasaan Hyera saja? Entahlah. Yang pasti, saat ini jantung Hyera berdebar tidak karuan. Hyera tidak melebih-lebihkan. Kakaknya benar-benar terlihat menyeramkan hari ini.

“Kenapa baru pulang? Rara nggak liat jam?”

Hyera hanya menggeleng lemah, tidak berani bersuara.

“Kakak udah ngirim banyak chat, tapi nggak dibales. Kakak telepon juga nggak aktif.”

“Anu, HP Rara mati, Kak,” jawab Hyera jujur.

“Terus, kenapa nggak minjem HP temen buat ngabarin Kakak?”

Tubuh Hyera menegang. Tidak terpikirkan oleh Hyera untuk mengabari Jaemin melalui ponsel teman-temannya, atau mungkin lebih tepatnya Hyera tidak ada niatan sama sekali. Padahal sebelumnya Jihan sudah menawarkan ponselnya untuk digunakan Hyera jika ingin mengabari orang rumah, tetapi Hyera justru menolaknya.

“Apa ngabarin Kakak nggak penting bagi Rara?”

“Nggak gitu, Kak,” lirih Hyera. Gadis itu mulai sadar jika perbuatannya salah.

Jaemin menghela napas kasar. “Kakak nggak pernah ngebatasin Rara buat main sama temen. Rara boleh kok main, asal inget waktu juga. Walaupun Ayah sama Bunda lagi nggak ada di rumah, bukan berarti Rara bisa seenaknya dan bebas keluar sampe malem, apalagi Rara perempuan. Nggak baik perempuan keluyuran di malam hari.”

Hyera hanya menunduk memainkan jari-jemarinya yang sudah berkeringat.

“Rara tau nggak gimana khawatirnya Kakak? Rara tau nggak gimana takutnya Kakak? Kakak panik waktu Rara nggak bisa dihubungin. Kakak takut sesuatu terjadi sama Rara.”

Kali ini Hyera menggigit bibir bawahnya. Menyesal telah membuat Jaemin khawatir.

“Kalau kayak gini, Kakak ngerasa nggak dihargai sama adek sendiri,” ucap Jaemin sebelum pergi ke kamar, meninggalkan Hyera sendirian di ruang keluarga. Tidak ada ucapan selamat malam, tidak pertanyaan mengenai kabar hari ini. Jaemin benar-benar meninggalkan Hyera begitu saja. Jaemin juga menutup pintunya cukup kasar hingga membuat Hyera tersentak.

Jaemin memang tidak menggunakan nada tinggi ketika berbicara dengan Hyera. Namun, dari suaranya yang terdengar rendah dan menekan di setiap ucapannya, Hyera tahu bahwa Jaemin sedang marah. 

Satu hal yang Hyera ketahui, kakaknya benar-benar terlihat menyeramkan ketika marah.

✧◦✦◦✧

Pagi harinya, Hyera mendapati Jaemin tengah membaca buku di ruang keluarga. Televisi yang ada di depan Jaemin dibiarkan menyala. Tanpa ragu-ragu Hyera menghampiri Jaemin, lalu duduk di samping kakaknya. Jaemin hanya melirik sekilas sebelum melanjutkan bacaannya. Hyera semakin mendekati Jaemin, lebih tepatnya menempel pada Jaemin. Matanya melirik buku yang sedang dibaca kakaknya.

“Lagi baca buku apa?” tanya Hyera basa-basi. Jaemin tidak menjawab, melainkan menunjukkan cover buku tersebut. Jika dilihat dari gambar di cover tersebut, sepertinya buku yang dibaca Jaemin adalah novel yang bertemakan kerajaan.

Hyera mengangguk walaupun masih merasa belum mendapatkan jawaban, sedangkan Jaemin kembali membaca bukunya. Hyera menatap Jaemin cukup lama. Ternyata begini rasanya diacuhkan sang kakak. Namun, gadis itu pantang menyerah. Jika biasanya Jaemin berusaha membujuk Hyera yang sedang marah, kali ini giliran Hyera yang berusaha membujuk Jaemin. Sembari melirik deretan tulisan yang cukup membuat Hyera muak, gadis itu kembali bertanya, “Kayak yang rame. Itu ceritanya tentang apa?”

Jaemin menaruh pembatas di sela-sela halaman, menutup novel tersebut, lalu menaruhnya di paha Hyera. “Baca sendiri.”

Hyera menatap novel dan Jaemin secara bergantian. Apakah Jaemin tidak tahu jika Hyera tidak suka membaca? Apalagi Hyera sempat melihat ukuran huruf dalam novel tersebut cukup kecil hingga membuat matanya sakit. Daripada dibaca, novel yang bebannya cukup berat ini lebih baik ia gunakan untuk memukul kepala orang yang menyebalkan, Renjun misalnya. 

Hyera menaruh novel itu di meja, kemudian kembali menatap Jaemin yang sedang bermain ponsel. Akhirnya gadis itu bergelayut manja di tangan kakaknya. Jaemin belum goyah. Pria itu masih teguh dengan pendiriannya dan mengabaikan Hyera. 

“Rara minta maaf ya, Kak. Rara salah karena pulang malem dan nggak ngabarin Kakak. Rara salah karena udah bikin Kakak khawatir. Lain kali, Rara bakal ngabarin Kakak atau Ayah Bunda kalau pulang telat. Rara juga bakal minjem HP temen Rara kalau misalnya HP Rara mati. Sekali lagi Rara minta maaf. Jangan marah lagi dong, Kak. Ya? Ya?”

Jaemin menghela napas panjang. Ditatapnya Hyera yang masih bergelayut manja padanya. dengan perasaan kesal sekaligus gemas, Jaemin mencubit hidung Hyera, membuat gadis itu meringis kesakitan.

“Harusnya Rara diem dulu. Kakak masih pingin marah sama Rara. Kalau Rara kayak gini, Kakak jadi nggak bisa marah.”

“Ya udah, jangan marah lagi. Maafin adeknya Kakak yang cantik ini, ya?”

“Janji dulu, jangan kayak kemarin lagi.”

Hyera menggeleng kecil. “Nggak mau janji, takutnya Rara ingkar janji. Tapi Rara bakal berusaha biar nggak ngulangin kesalahan Rara.”

“Pokoknya kalau Rara keluyuran sampai malem tanpa ngabarin orang rumah, Kakak marah lagi dan nggak bakal kasih ampun buat Rara,” ancam Jaemin pada Hyera.

“Iya, kakakku tersayang. Rara nggak bakal gitu lagi. Sekarang udah nggak marah, ‘kan?”

Jaemin tidak menjawab pertanyaan Hyera. Wajahnya masih dibuat tertekuk. Akhirnya Hyera menggoda Jaemin dengan mencolek dagu kakaknya beberapa kali, membuat Jaemin tidak kuasa menahan senyumnya. Jaemin pun mendekap Hyera dengan erat sebagai bentuk balas dendam, membuat gadis yang ada di dekapannya langsung memberontak karena merasa pengap.

Pada akhirnya, Jaemin tidak bisa berlama-lama marah dengan adik yang sangat ia sayangi.

[✓] My Brother | Na JaeminWhere stories live. Discover now