Bonus Chapter: Alternatif Ending

4.8K 292 85
                                        

Setelah menahan Jaemin selama beberapa jam di kafe, akhirnya Jeno membawa sepupunya keluar dari tempat tersebut. Kalau saja membawa Jaemin pergi bukanlah bagian dari rencana, sudah Jeno pastikan mereka akan pulang lebih cepat. Telinganya sudah panas mendengar ocehan Jaemin yang memintanya untuk pulang.

Kedua pria itu sempat heran melihat kondisi jalan yang begitu ramai. Jalanan yang awalnya lancar dan lenggang kini berubah macet. 

“Kayaknya ada kecelakaan, makanya jalanan macet.” Jaemin menyipitkan matanya. Di depan sana, ia melihat kerumunan orang di tengah jalan. Beberapa orang secara sukarela mengatur lalu lintas agar transportasi bisa tetap jalan. Sementara seorang pria paruh baya tampak sedang menelepon seseorang dengan wajah panik. Di saat itu juga perasaan Jaemin berubah tidak enak.

“Jen, kita liat yuk?”

Jeno menggelengkan kepala. “Sekarang masih hujan, Jae. Ntar lo sakit lagi.”

“Tapi perasaan saya nggak enak, Jen. Boleh, ya? Saya cuma mau mastiin aja,” pinta Jaemin dengan wajah memelas. Jeno terdiam sejenak, sedang menimbang permintaan sepupunya. Helaan napas terdengar dari pria itu. Pada akhirnya Jeno mengalah dan mendorong kursi roda Jaemin menuju kerumunan.

“Permisi. Maaf, Bu, Pak, tolong kasih jalan buat kami.” Suara Jeno mengalihkan atensi beberapa orang. Satu persatu dari mereka menyingkir, memberikan akses jalan untuk Jeno dan Jaemin. Perlahan Jeno mendorong kursi roda Jaemin, semakin dekat dengan korban kecelakaan.

Baik Jaemin maupun Jeno sama-sama terkejut setelah melihat pemandangan di depan mereka. di depan mereka terbaring seorang gadis SMA. Wajah dan seragamnya berlumuran darah, serta di tangannya terdapat luka yang menganga. Kondisinya benar-benar memprihatinkan. 

Tidak lama kemudian, terdengar sirine ambulans yang semakin dekat dengan tempat kejadian. Orang-orang langsung menyingkir, memberikan ruang agar petugas bisa dengan leluasa membawa gadis itu ke rumah sakit.

“Kasihan korbannya, ya. Mana dia masih SMA,” ucap Jeno setelah ambulans pergi. 

“Iya. Semoga dia nggak kenapa-napa,” tutur Jaemin yang dibalas anggukan singkat oleh sepupunya.

“Ayo, kita pulang. Saya pingin ketemu Rara.” 

Jeno berdecak kesal. Sudah kesekian kalinya Jaemin merengek ingin pulang. Dengan perasaan dongkol, Jeno membawa Jaemin menuju mobil yang letaknya tidak begitu jauh, lalu kembali pulang ke rumah.

✧◦✦◦✧

“Selamat ulang tahun!” Jaemin yang baru saja pulang dibuat terkejut ketika Junmyeon dan Irene meledakkan confetti, disusul oleh Hyera yang datang membawa kue ulang tahun. Keluarganya serempak menyanyikan lagu selamat ulang tahun, membuat Jaemin tidak kuasa menahan senyumnya. Tidak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Jaemin jika keluarganya memberikan kejutan seperti ini. Hyera berjongkok di hadapan Jaemin dan menyodorkan kue dengan beberapa lilin di atasnya.

“Doa dulu, baru tiup lilin.” Jaemin menyatukan kedua tangannya sambil memejamkan mata. Setelah berdoa, Jaemin meniup lilin ulang tahun. Padamnya api di atas lilin langsung disambut tepuk tangan.

“Selamat bertambah umur, anak Ayah. Semakin dewasa kita, semakin banyak masalah yang akan datang. Jadi, Ayah doakan semoga Nana menjadi orang yang kuat dalam menjalani kehidupan.”

[✓] My Brother | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang