25. Jemput

3.1K 803 166
                                    

"Mas, nanti kamu nyusul ya sama Papah ..." Jeongwoo dengan santai mengangguk. "Frozen food yang Mamah buat, jangan lupa angetin! Kalian berdua jangan makan mie instan aja!"

"Bereit Königin," jawab Jeongwoo yang mulai melatih bahasa Jermannya. dia harus mengingat-ingat kembali bahasa Jerman dan Spanyol, agar nanti saat mudik ia tidak bisu dadakan.

Sudah dua tahun kebelakang Jeongwoo selalu mudik lebaran. Semenjak Großvater dan Abuelanya menjadi mualaf. Jika orang-orang mudik keluar kota, berbeda dengan keluarga Jeongwoo yang pergi ke luar benua. Switzerland lebih tepatnya.

Tahun ini Mamah, Naeun, dan Gunhoo berangkat lebih dulu. Sedangkan Jeongwoo akan menyusul beberapa hari sebelum lebaran, bersama Sang Papah.

"Hei, kenek Tayo gak boleh cengeng ..." kata Jeongwoo saat Gunhoo menangis sembari memeluknya. "Gunhoo harus jadi good boy, kan Papah sama Mas gak ada. Jadi, Gunhoo yang jaga Mamah sama Kakak, Oke?"

Mata Gunhoo sudah berair, bocah laki-laki berambut keriting itu memang sangat akrab dengan Sang Kakak tertua.

"Nanti Mas nyusul," kaya Jeongwoo. "Sisain Volovanes buat Mas."

"Mas Jeong harus cepet-cepet nyusul!" saut Naeun yang sedari tadi ngambek karena Jeongwoo tak ikut bersama. "Nanti churros buatan abuela aku habisin sendiri."

Jeongwoo langsung terkekeh, ia dengan hangat memeluk adik perempuannya. "Abisin aja, nanti Mas minta lagi ke Abuela."

"Kakak, Aciel, ayok kita mau berangkat ...."

Jeongwoo dengan lembut memeluk dua adiknya secara bersamaan. "Hati-hati ya, nanti kalo sekolah Mas udah libur, Mas langsung nyusul ke rumah Abuela."

"Promise?" tanya Naeun dan dijawab anggukkan oleh Jeongwoo.

"Ini gak ada yang mau peluk Papah?" Park Johoo, Papah yang selalu terdzolimi dengan ciri khas wajah melasnya. Manusia dengan copy paste seperti Jeongwoo.

"Nanti waktu Mas Jeong udah selesai sekolahnya, Papah sama Mas Jeong harus cepet-cepet nyusul ke Zurich."

"Siap, laksanakan ..." jawab Papah dengan cepat bersikap hormat seakan Naeun adalah komandannya.

"Udah yuk, kita tunggu di dalem ..." Mamah langsung menggendong Gunhooo. "Nanti Papah sama Mas Jeong nyusul."

"Kamu hati-hati ya, bisa kan pegang Naeun sama Gunhoo berdua?" tanya Papah yang dengan lembut mengelus kepala istrinya. Sedangkan Mamah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku udah masakin frozen food di kulkas, kamu sama Justin jangan makan sembarangan ya."

"Iya, sayang ...." kata Papah lembut dan memeluk istrinya. "Tenang, kalo Jeongwoo gak mau makan masakan kamu, nanti aku langsung lapor."

"Tenang, Mah. Kalo nanti Papah pesen McD, aku langsung telpon Mamah ..." Jeongwoo tak mau kalah. Sungguh persaingan yang sangat ketat.

Mamah hanya mengangguk saja, dan setelah itu berjalan memasuki pintu keberangkatan bersama Naeun dan Gunhoo. Sedangkan Papah dan Jeongwoo masih tetap berdiri sampai Mamah, Naeun dan Gunhoo tak lagi terlihat.

"Buka puasa pake Geprek atau seblak?" tanya Papah membuat Jeongwoo langsung menoleh kepadanya.

"Beli geprek, terus abis tarawih kita makan seblaaaak!"

Papah dan anak pertama lelaki itu memang memiliki kesamaan. Selain warna kulit, mereka juga memliki pola pikir yang sama dan sama-sama pencinta makanan tidak sehat.

Maka dari itu, di rumah tanpa Mamah Anna adalah sebuah surga dunia karena bisa makan sembarangan sepuasnya.

---

SKINCARE [Park Jeongwoo]✓Where stories live. Discover now