BonChap

2.9K 658 281
                                    

"Loh, emang gak jadi makan malem keluarga?" tanya Jeongwoo heran saat melihat Dera datang sekolah.

"Pemeran utamanya aja milih makan-makan bareng sohibnya," jawab Dera. "Kata Mamah nanti aja jadinya, hari minggu." Dera dengan santai ikut duduk bergabung di kursi sebelah Jeongwoo.

"Der, gue nyari lo! Ternyata udah mojok saja sama Si coklat." Dongpyo dan mulut tanpa saringannya, senior kelas 12 itu datang menjadi perwakilan dari PMR bersama Dera. Sedangkan Jeongwoo menjadi perwakilan Padus dengan Yedam.

Jum'at malam ini ekstrakurikuler Pramuka sedang mengadakan pelantikan, sekaligus merayakan hari ulang tahunnya. Dan sudah menjadi tradisi SMA Bina Nusa, setiap ektrakurikuler akan mengundang perwakilan ekstrakurikuler lain jika sedang mengadakan sebuah kegiatan formal.

"Tadi ke sini sama siapa?" tanya Jeongwoo, lelaki itu dengan santai membuka jaketnya dan memberikan kepada Dera. "Bukannya bilang, biar dijemput."

"Tadi bareng sama mamah, dari salon. Untung aja udah persiapan bawa seragam putih sama syal PMRnya," jelas Dera, sedangkan Jeongwoo mendengarkan dengan tatapan penuh antusias, dan senyum tipis yang tak pernah pudar. Dera sudah mendapatkan pendengar yang tepat. "Oh iya, besok anterin gue beli kado buat Bang Jaemin. Tadi udah nagih."

Jeongwoo tentu saja langsung mengangguk, "Mau beli apa? Di mana?"

"Belum tau nih," jawab Dera. "Gue nanya mau apa, dia malah jawab Bitcoin." Tawa Jeongwoo tentu saja langsung pecah. Untung saja acara belum di mulai, dan baru ada beberapa panitia pramuka dan anak-anak perwakilan dari Eskul wajib lainnya.

"Beliin aja coklat koin itu," saran Jeongwoo. "Yang warnanya emas."

Maata Dera seketika membulat, "Iiih! Iya juga ya," pekik Dera semangat. "Eh, tapi. Bang Jaemin kalo ngasih kado ke gue gak pernah ecek-ecek, anjir."

Gue, lo. Jeongwoo dan Dera akhirnya memilih untuk tetap menggunakan kata ganti itu, tidak berubah menjadi aku dan kamu. Kenapa? geli. Mereka sudah mencoba di minggu pertama, tetapi berakhir gagal.

"Gila, gila, pengantin baru emang gak bisa pisah," ledek Yedam yang datang mepet waktu acara akan mulai.

Jeongwoo tentu saja langsung mendelik kepada seniornya itu, "Kenapa? Iri lo?"

"Dih, gue iri sama lo. Gak ya!" elak Yedam dengan percaya diri. "Udah sering kaya begituan, mah."

"Sama cewek yang berbeda," sindir Jeongwoo membalas perkataan buaya senior itu. Sedangkan Yedam hanya tertawa saja, tidak protes ataupun mengoreksi sindiran Jeongwoo. Karena itu memang benar.

"Main cewek mulu lo, Bang. Ati-ati nanti kena karma ke adek," saut Dongpyo. Lelaki itu memanggil Bang ke Yedam bukan berarti Abang. Tetapi karena nama keluarga Yedam adalah 'Bang'.

"Dih, sorry, anak tunggal--"

"Berhenti mencari yang sempurna, cukup nikahi anak juragan orgen tunggal," sela Jeongwoo gak ada adab. Sangat cocok untuk mendapatkan sambitan pake gagang semapore.

.
.
.

"Mau liat api unggun dulu?" tanya Jeongwoo. Acara pelantikan sudah selelesai, tetapi ada acara api unggun yang diadakan oleh anak-anak pramuka. Yel-yel pasukan coklat juga selalu asik untuk ditonton.

"Gak, deh," jawab Dera yang sudah mengenakan jaket Jeongwoo dengan benar. "Gue laper, pengen makan."

Jika dihitung-hitung, Jeongwoo dan Dera belum genap sebulan pacaran. Tetapi jarang ada kata-kata manis, apalagi jaga image seperti pasangan di awal-awal pacaran.

"Mau makan apa?" tanya Jeongwoo, lelaki itu sudah pamitan kepada Yedam dan yang lain untuk pulang lebih dulu.

"Pecel lele," jawab Dera semangat. Tak ada jawaban terserah, seperti pasangan yang lainnya.

SKINCARE [Park Jeongwoo]✓Onde histórias criam vida. Descubra agora