29. Tiga Puluh Menit Setelah Mendarat

2.8K 766 166
                                    

"Kemaren kayanya lo masih foto-foto di lamaran Kakaknya Si Uto, Ra ..." komentar Wonyoung. "Bisa-bisanya sekarang udah di infus."

"Namanya juga hidup," canda Mara membuat Wonyoung dan Dera dengan kompak melongo.

"Wah, jauh-jauh lo dari keluarga Uto. Bahaya banget, gila! Nularnya cepet," komentar Wonyoung dengan heboh.

Siang ini Wonyoung dan Dera sedang menemani Mara yang masuk rumah sakit. Geng yang baru dibuat itu sudah semakin kompak dan seperti tiga manusia yang bersahabat sejak bayi.

"Der, galau banget lo. Kenapa? Jeongwoo kecantol cewek bule?" Wonyoung yang selalu menjadi dominan dalam percakapan, sekarang bertanya kepada Dera. Tentu saja dengan mulut asal ceplosnya.

"Gak tau."

Wonyoung dan Mara saling melirik, dan setelah itu kompak memperhatikan Dera. "Jeongwoo gak ngasih kabar ke kamu?" tebak Mara, suaranya jauh terdengar lebih tenang dibandingkan Wonyoung.

"Dari semenjak setelah lebaran," jawab Dera. "Gue chat aja ceklis satu."

"Pas lebaran keluarga gue Vidcall tuh sama Jeongwoo..." balas Wonyoung. "Lewat handphone Om Johoo sih."

"Mungkin Jeongwoo lagi nikmatin liburannya," kata Mara yang masih terus memberikan pemikiran positif kepada Dera.

"Bersama teman bulenya yang cantik-cantik," saut Wonyoung. Manusia pembuat overthinking.

"Gak mungkin," balas Mara yang menenangkan Dera. "Mana mau Jeongwoo main sama bule, dia pasti males mikir buat translate bahasanya."

Wonyoung dan Dera tentu saja dengan kompak menoleh kepada Mara. "Abis operasi jantung lo bakalan pulang ke kota asal lo, kan?" tanya Wonyoung. "Bukannya gue gak seneng lo ada di sini, tapi gue kasian sama tumbuh kembang lo kalo kelamaan gaul sama lingkungan Si Uto."

"Apa lo bawa-bawa gua?" sewot Haruto yang tiba-tiba saja datang ke ruangan Mara. "Cowok lo udah jemput noh, di lobi."

"Kok kaga lo suruh masuk?"

"Gak mau. Katanya takut disuntik mati," jawab Haruto asal. "Lo juga Der, udah dijemput noh."

"Hah? Sama siapa? Gue gak minta jemput ke siapa-siapa," tanya Dera yang kebingungan.

"Malaikat pencabut nyawaAAA SAKIT NYAIII!" Haruto tentu saja langsung mendapatkan lemparan buah apel dari Wonyoung.

"Masih untung gue lempar apel. Bukan piso!"

"Dah sono balik lo pada," usir Haruto. "Mara makin sakit yang ada kalo ditengokin lo, Nyai."

"Gue tusuk pake piso nih!" ancam Wonyoung sebelum perempuan itu pamit pulang.

"Mara cepet sembuh ya," kata Dera, ia memilih untuk menghampiri Mara dan mengabaikan pergulatan antara Wonyoung dan Haruto. "Nanti besok aku ke sini lagi."

Mara dengan senang hati mengangguk, "Pokoknya pas aku keluar dari ruang operasi, kamu harus ada di sini."

Dera langsung mengacungkan ibu jarinya, tanda setuju akan permintaan Mara.

"Mara, gue balik dulu ya," kali ini Wonyoung yang pamit. "Kalo Uto macem-macem, telpon polisi aja."

"Ayok, ayok pulang..." Dera langsung memeluk lengan Wonyoung, berusaha menghindari pergulatan babak berikutnya antara Wonyoung dan Haruto.

Keduanya sekarang sedang berjalan beriringan menuju lift. "Lo balik sama siapa?" tanya Wonyoung. "Gak minta jemput abang lo? Atau mau botig sama gue, Kak Jisung?"

SKINCARE [Park Jeongwoo]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang