BonChap

2.2K 520 104
                                    

"Woo, iiih!" omel Dera karena es krimnya terus diincar Jeongwoo. "Udah gue bilang beli yang rasa coklat aja, sok-sokan nyobain kopi."

"Nggak enak sumpah, Der. Paiiit." Jeongwoo masih berusaha untuk menukar es krim kopinya dengan milik Dera. "Lo, kan, suka Good Day Freez. Ini sama, kok."

Dera tentu saja melirik sinis kepada Jengwoo. "Lo pesen americano. Kopi kupu-kupu beku itu," sewot Dera, perempuan itu kesal karena es krimnya dirampok oleh Jeongwoo.

"Lo tau dari mana?" tanya Jeongwoo. "Sering ngopi, ya, lo?" Jeongwoo dengan kurang ajar memfitnah Dera, remaja itu juga mencomot es krim coklat milik Dera.

"Abang gue doyan americano," jawab Dera. "Jelmaan Mbah Dukun emang itu manusia."

Selayaknya anak muda di sabtu malam, sepasang manusia dimabuk cinta ini sedang malam mingguan. Tak ada rencana apapun, mereka hanya ingin ikut berkontribusi dalam meramaikan pusat perbelanjaan.

"Besok lo ke sekolah nggak?" tanya Dera, perempuan itu sedang mencampur es krim coklat miliknya dengan es krim kopi milik Jeongwoo. "Besok gue ada rapat PMR, jemput, ya."

Jeongwoo mengangguk dengan santai. "Jam berapa? Gue ada latihan, tapi jam 10."

"Jam sembilan kayanya," jawab Dera. "Jemput setengah sembil aja, gue pengen beli cilor dulu."

"Gila, satu jam setengah berarti gue nungguin anak padus lainnya," protes Jeongwoo. "Sok rajin banget ekskul lo."

"Heh! Gue sebelum dzuhur udah selesai. Lah, ekskul lo sampe asar! Latihan dua jam, sisanya karaoke." Dera tak mau kalah, ia menyerang ekstrakurikuler Jeongwoo.

"Latihan itu, olah vokal biar pas senin siap padus."

"Tapi lo pas senin baris di osis, Woo," sindir Dera dan dibalas senyum lebar Jeongwoo yang menampilkan deretan giginya. "Anak osis kalo baris kaga bisa ngerumpi, ya?"

"Kaga, lah. Gila aja ngobrol di samping kandang gorila," jawab Jeongwoo. "Itu guru-guru killer baris pas banget di sebelah gue. Jangankan ngobrol, garuk tangan aja kena omel."

"Mampus."

Sungguh pasangan yang tidak ada romantis-romantisnya, mereka justru jauh lebih terlihat seperti sepasang sahabat yang sangat akrab.

"Woo, abis ini anterin beli tote bag, ya. Ke Doi-so."

"Udah banyak anjir tote bag lo," komentar Jeongwoo yang sedang menunggu Dera menghabiskan es krim.

"Kotooor, pas jumat kena lumpur."

"Kalo kotor itu dicuci, bukan beli lagi--"

"Mau nganterin nggak?" sela Dera sebal.

"Iya, ayok."

---

"Mending yang mana? Kuning atau pink?" tanya Dera mengangkat dia tote bag. "Kuning terlalu cerah nggak, sih?"

"Nanti dikira souvenir munas partai beringin," komentar Jeongwoo santai, sedangkan Dera sudah gemas ingin melempar Jeongwoo.

"Berarti pink aja?"

"Tote bag pink punya lo udah lebih dari lima."

"Ya, biarin. Ini yang ke enam berarti," balas Dera tak mau kalah. "Eh, atau yang warna item, Woo? Biar nggak kotor."

Jeongwoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ini aja, nih. Warna abu-abu," saran Jeongwoo. "Bagus gambarnya, bikin lo inget dosa."

"Hah?" Dera menatap bingung pada tote bag di tangan kekasihnya. "Apa hubungannya inget dosa sama gajah?" tanya Dera yang masih berpikir untuk menghubungkan antara dosa dan gajah kecil di tote bag tersebut.

SKINCARE [Park Jeongwoo]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang