(5)

1K 108 28
                                    

Saat Sean membuka kamar tidurnya, matanya langsung bersitatap dengan wanita yang dipanggilnya mama. Sean bahkan tidak menyadari kalau Atika ada di rumahnya saat ini juga. Karena Sean pikir, Atika sudah tidak akan kembali lagi ke rumah ini dan tinggal di rumah suaminya. Kemudian, Sean berusaha abai karena dia tahu hal yang akan terjadi selanjutnya hanyalah omelan dari Atika tentang ketidakhadiran Sean semalam. Sean cukup tahu dirinya salah, tapi untuk sekarang dia tidak ingin berdebat karena dia akan segera berangkat sekolah.

Atika menarik lengan Sean yang melewatinya begitu saja. Padahal, Atika sudah berdiri sedari tadi di depan kamar Sean untuk menunggunya ke luar dari sana. Setelah ia keluar, Sean justu mengabaikannya begitu saja dan malah tidak ingin menjelaskan atau meminta maaf atas kejadian semalam. Tanpa ragu Atika menampar pipi kiri anak tunggalnya itu. Sementara Sean, dia tetap abai dengan marahnya Atika yang sudah sering dirasakannya.

"Kenapa enggak datang? Kamu itu bikin malu mama, Sean. Semua orang nanya, 'Di mana Sean?'. Mama malu karena mama enggak tau mau jawab apa." teriak Atika dan mendorong dahi Sean dengan jari telunjuknya. "Oh! Pergi berantem lagi? Pantas ya, kamu enggak peduli sama acara mama, ternyata karena ini!" sambung Atika saat melihat ada memar pada bagian wajah Sean.

Sean menelengkan kepalanya saat tangan Atika mendorong pada bagian wajahnya yang terluka. Tanpa sengaja, kepalanya tertoleh ke lantai bawah, ada Arsen di pintu sana yang menyaksikan pertengkarang mereka. Juga ada Sky yang menatap tanpa arah, yang jelas ia pasti juga mendengarkan bagaimana Atika memarahinya. Sean juga sempat memperhatikan tongkat putih di tangan Sky yang menyentuh lantai rumahnya.

"Sean, jawab mama. Kenapa kamu enggak datang dan malah berantem, hah?" teriak Atika lagi. Dia tidak peduli dengan pandangan buruk Arsen terhadapnya karena baginya Sean memang salah.

"Udah deh, Ma! Kalau aku jelasin Mama juga enggak bakal terima alasannya! Terserah Mama mau nganggap aku ngapain semalam. Sekarang aku mau berangkat sekolah!" jawab Sean pada akhirnya dan bergegas menuruni tangga rumahnya.

Sky di bawah sana terlihat kaget mendengar suara Sean yang telah resmi menjadi saudaranya itu. Sky tidak akan salah mengingat dengan suara orang yang sempat mengganggunya di sekolah. Sudah pasti dia Sean yang sama dengan orang yang ingin Sky hindari karena tidak ingin terlibat dengan kawanan Sean lagi. Namun, masalahnya kali ini telah berubah, Sean sekarang adalah saudaranya. Jadi, yang harus Sky lakukan adalah mendekatinya, bukan menghindarinya.

Langkah Sean kini sampai pada pintu di mana Sky dan Arsen berdiri sedari tadi. Sean bahkan tetap abai dengan teriakan Atika yang memintanya berhenti. Di depan sana Sean berhenti, bukan karena permintaan Atika, tapi karena tongkat putih milik Sky membentang di hadapannya. Meski Sky tidak melihat, tapi Sky tahu kalau Sean sudah berada di dekatnya. Sky tentu cukup peka dengan indera pendengarannya. Jadi, langkah Sean yang hampir tidak bersuara itu masih bisa terdengar jelas olehnya dan membuatnya mengetahui posisinya sekarang.

"Minta maaf dulu sama mama!" ujar Sky memperingati Sean agar sedikit sopan terhadap orang tua.

"Enggak usah ikut campur!" Sean menghempaskan kuat tongkat baru milik Sky itu dan melanjutkan langkahnya.

Sky kali ini tidak bisa menghentikannya dan memilih memutar kepala karena ia menyadari ada langkah lagi yang menghampirinya dan Arsen. Tentu saja itu langkah Atika. Suara isakan dari wanita yang telah menjadi ibu sambungnya membuat Sky paham kalau Sean itu tidak hanya nakal di sekolah saja. Tetapi, dia juga tidak mempunyai rasa ibah dengan Atika yang menangis memintanya kembali.

"Maafin aku, Mas! Padahal kita baru saja menikah, tapi aku udah memperlihatkan buruknya aku dalam mendidik Sean!" isak Atika sambil memeluk Arsen yang mengelus kepalanya.

"Tidak apa! Sean juga butuh waktu untuk nerima keluarga barunya, mungkin karena itu ia tidak datang!" jawab Arsen yang mencoba memahami Sean. Karena dari awal pertemuan mereka, Sean selalu menatapnya tak suka.

Sea (n) Sky [End✅]Where stories live. Discover now