(38)

505 69 27
                                    

Sudah dipastikah hanya Sean dan Zafran saja yang berada di taman belakang sekolah. Untuk itu, Zafran tidak perlu memelankan suaranya karena tidak akan ada yang mendengarkannya selain Sean. Tidak perlu bermain lagi, ini saatnya untuk Zafran bertindak serius. Karena Sean adalah ancaman terbesar dari kemungkinan gagalnya rencananya yang sudah jauh hari dia persiapkan.

"Cepat bilang apa yang mau lo bilangin sama gue!" teriak Sean sedikit kencang.

Zafran mengembuskan napas perlahan, ini masih di sekolah dan tindakan yang telah dia pikirkan akan berujung petaka. Mungkin, menahannya sedikit lagi saja masih bisa Zafran lakukan. Mari lanjutkan sedikit lagi permainan sebelum keseriusan dia jalankan. Sepertinya tidak apa-apa untuk menceritakannya kepada Sean. Karena Sean tidak akan bisa berbuat apa-apa saat mengetahui kebenarannya.

"Asal lo tau aja, bokap sama kakak lo itu adalah pembunuh!" terang Zafran santai dan sangat tenang dalam pengucapan.

"Maksud lo apa? Ngomong yang jelas, Anjing! Kenapa papa gue sama Sky itu pembunuh? Siapa yang dia bunuh?" tanya Sean berusaha sabar dan tidak terlalu berteriak dalam bertanya.

"Adik gue! Dan yang lebih parahnya lagi bokap gue juga harus masuk penjara gara-gara keluarga sialan lo itu! Lo enggak bakal tau gimana rasanya kehilangan dua orang dalam waktu singkat dan pria brengsek itu bahkan enggak bertanggung jawab!" ungkap Zafran dengan menahan amukannya, dia sampai menekan kuat kepalanya yang terasa sakit kala mengingat itu semua. Bisa kalian bayangkan bukan? Bagaimana sakitnya dia kala melihat Sky, ingatan seputar ayah dan adiknya langsung menyerbu begitu saja.

Sean terperanga dengan jawaban Zafran. Kebenaran akan ucapannya tentu dipertanyakan, gertakan gigi serta wajahnya kesakitan, membuat kata-katanya tadi seperti bukan permainan. Padahal tadi wajahnya sudah terlihat meyakinkan kalau dia itu sosok yang kejam, tapi dia justru ikut memperlihatkan sosoknya yang menyedihkan. Sean bahkan merasakan tekanan kuat meremukkan jantungnya hanya dengan memikirkan Arsen dan Sky pernah melakukan pembunuhan. Tetapi, masih ada keanehan dari pengakuan Zafran, berupa ayahnya yang katanya masuk penjara. Padahal Zafran mengaku bahwa adiknya meninggal karena ulah Sy dan Arsen. Untuk sekarang Sean harus diam supaya Zafran bisa menerangkannya lebih dalam dan Sean jangan sampai kelepasan.

"Gue yakin lo enggak tau kenapa Sky bisa buta! Gue yakin lo pasti berpikir Sky buta dari lahir! Asal lo tau aja, sembilan tahun lalu, Sky buta karena kecelakaan yang pelakunya adalah bokap gue!" terang Zafran lagi dan semakin menekan kepalanya yang terasa ingin meledak. Ada wujud menyedihkan yang dia samarkan dengan membolakan matanya menunjukkan kemarahan.

"Bokap gue ngelakuin itu semua sebagai balasan atas apa yang bokap lo lakuin ke adek gue. Lari dari tanggung jawab, itulah yang pria brengsek itu lakukan. Sementara bokap gue harus mendekam di penjara gara-gara Si Buta yang lo lindungin mati-matian itu!" terang Zafran lagi.

Sean mulai sedikit mengerti dengan skenario yang terjadi, sepertinya ini memang bukan perkara mudah untuk dibilang tindakan Zafran terlalu berlebihan. Ini wajar-wajar saja karena Sean sangat mengerti arti kehilangan. Sama seperti yang Zafran rasakan, Sean juga pernah kehilangan seorang ayah dan itu sangat menyakitkan. Beda lagi kalau kehilangan ayah sekaligus adik dalam waktu berselingan.

"It--itu 'kan kecelakaan? Lo enggak bisa dong, nyalahin Sky! Lagipula, bokap lo udah balas, sampai bikin Sky buta." komentar Sean seolah membuktikan kalau itu hanya hal kecil.

"Terus gue harus nyalahin siapa? Lo? Sang Pencipta? Atau masa lalu? Iya?" bentak Zafran dengan tangannya yang memberi Sean pukulan. Kata-kata Sean tadi sukses membuatnya marah, seolah Sky itu memang tidak bersalah, "Kenapa cuma keluarga gue aja yang meninggal? Kenapa Sky dan Arsen selamat? Kenapa?" teriak Zafran lagi dan mendorong Sean yang tidak bereaksi apa-apa saat dipukuli.

Sea (n) Sky [End✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang