(34)

505 73 29
                                    

Perpisahan mereka sebentar lagi, hanya tinggal satu langkah untuk Sean memasuki kamarnya. Ego masih sedikit menguasi, antara keduanya untuk saling tidak sapa. Hanya menunggu waktu saja karena sebentar lagi salah satu dari mereka pasti buka suara. Tenang saja, tidak ada yang menganggapnya terlalu serius sampai harus marahan berlama-lama.

"Ekhem ... mau ke mana?" Itu Sean yang memulai suara.

"Kamar!" jawab Sky singkat karena memang itu tujuannya, tidak mungkin juga Sky akan ke dapur karena jalurnya jelas tak searah.

Sean menahan segera tangan Sky yang teruntai. Rabahan pada tongkatnya, Sky hentikan dengan tarikan berikutnya yang Sean lakukan. Sean menariknya ke dalam kamarnya dan mulai ragu sendiri untuk kembali berbicara. Padahal gayanya sudah pas mau mengajak Sky berbicara menghilangkan pertengkaran kecil yang sedari tadi ada.

"Sky, gue minta maaf!" ucap Sean salah tingkah sendiri karena baru pertama kali dia meminta maaf atas kesalahan yang dia tidak perbuat.

"Katanya gue yang salah, kenapa lo yang minta maaf?" ketus Sky.

Sean sedikit mengabaikannya dan mendudukkan dirinya melepas penat. Karena mulutnya sedari tadi dia tahan agar tak berbicara satu kata pun dengan Sky, setelah menerima kejutan yang Arsen berikan. Sky pun mengikuti caranya, duduk di sebelah Sean dan menghilangkan wajah masam yang sedari tadi dia pasang. Ternyata saling marahan setelah sekian lama akur itu tidak menyenangkan sama sekali. Meskipun jauh sebelumnya mereka bahkan tidak saling sapa seharian karena yang menyapa hanya Sky seorang tanpa ada balasan dari Sean.

"Gue bakal jelasin, lo dengar baik-baik." ucap Sean mengawali pembahasan dari awal kenapa mereka sampai bertengkar.

"Mmm!" jawab Sky sambil melepas kacamatanya dan menaruhnya di sebelah tangan kirinya.

"Zafran itu orang yang udah bikin lo dalam bahaya, gue enggak tau kenapa dia sampai ngajak lo temenan, tapi yang jelas dia yang gerakin semua orang buat ngehajar kita waktu itu. Gue liat dengan mata kepala gue sendiri kalau dia datang di akhir saat lo udah enggak sadar. Dulu juga dia pernah turun langsung nindas lo di sekolah, pas gue bantuin lo---" (Part 11)

"Tunggu! Enggak mungkinlah dia pernah ngelakuin itu. Gue kenal banget suaranya dan gue enggak mungkin enggak ngenalin suaranya pas dia nindas gue. Lagi pula dia pernah nolong gue pas tiga orang dari mereka juga pernah nyerang gue dulu," potong Sky karena sejatinya memang begitu.

Sky tidak akan mungkin salah mengenali atau tidak mengenali suara orang yang pernah dia dengarkan. Kalaupun suara dua orang ada yang mirip, Sky pun masih bisa membedakannya karena pasti ada sedikit perbedaan dalam suaranya ataupun pengucapannya. Sean terdiam kala ucapan itu Sky utarakan, dia mulai memahami sesuatu yang selama ini tidak pernah dia pikirkan.

"Benar, dia orangnya! Gue ingat, dia nutup mulut saat dulu gue mukulin dia, sedikit pun gue enggak dengar erangan kesakitan meski dia benar-benar kelihatan kesakitan gara-gara pukulan gue. Dia itu ngajak lo temenan pasti buat nyari informasi tentang lo, kalau waktu itu dia sampai bersuara, dia tau lo pasti bakal ngenalin suara dia. Ya, enggak salah lagi!" tutur Sean dan bangkit dari duduknya, "Tapi, soal dia yang bantuin lo itu mungkin aja drama," imbuhnya.

Saat ini Sean ragu entah senang atau takut, dia ingin bersuara senang karena dia baru saja mengetahui rencana Zafran lebih dalam, tapi Sean juga takut kalau nantinya Zafran bertindak di saat dia tidak berada di sisi Sky. Bagaimana kalau ancaman yang waktu itu salah satu dari mereka lontarkan berupa kata 'Udah siap matinya?' Apa mereka menyuarakan itu sebagai peringatan kalau suatu saat itu akan mereka lakukan? Yang menjadi pertanyaan Sean adalah sejauh mana Sky berbuat kesalahan. Sampai-sampai mereka mengancam atas sebuah pembunuhan. Bukankah itu berlebihan kalau hanya sekedar bahan bully-an?

Sky ikut memikirkan apa yang Sean ucapkan, ucapan Sean bisa dia pikirkan lagi bagaimana waktu itu suara pukulan tangan Sean mengenai seseorang dan Sky benar-benar tidak mendengarkan erangan. Kalau itu benar-benar perbuatan Zafran, bagaimana cara mereka membuktikan kalau Zafran itu menaruh kebencian berupa dendam? Tentu saja kemungkinan terdekat adala dendam. Karena sekedar membenci tidak akan sampai pada ancaman pembunuhan dan juga tidak akan mungkin dia mau menjadi teman hanya sekedar untuk mengumpulkan informasi. Orang yang membenci pasti juga akan membenci segala informasi dari dia yang mereka benci. Jangannya informasi, mendengar namanya saja rasanya pasti mau marah.

"Gimana kalau gue pernah ngelakuin kesalahan besar? Enggak sengaja jatuhin barang berharga dia saat gue jalan misalnya? Atau gue pernah enggak sengaja nyenggol dia pas jalan dan bikin dia masuk selokan sampai dia masuk rumah sakit?" tebak Sky ikut bangkit dari duduknya.

Sean menatap Sky penuh pertanyaan. "Enggak, ini pasti lebih dari itu. Sky, apa lo pernah ngebunuh orang?" tanya Sean to the point atas apa yang baru saja dia pikirkan.

Sky merabah udara dan mencari kepala Sean, kemudian dia mendorongnya ke samping dengan kasar. "Gila lo? Ya, enggak mungkinlah, nonjok orang aja enggak pernah gue!" omel Sky merasa tidak terima dengan tuduhan Sean yang terlalu jauh berpikir.

"Ya, 'kan cuman pemikiran doang! Kali aja benar, mana tau lo pernah meluk orang sampai dia enggak bisa napas, mampus dah, tuh orang!" cecar Sean merasakan kalau pemikirannya itu memang jauh dari kemungkinan.

Keduanya pun kembali terdiam memikirkan kemungkinan yang lebih masuk akal untuk disebut sebagai alasan. Entah yang mereka pikirkan ini tidak ada gunanya atau bisa dibilang iseng-isengan Zafran saja, mereka tidak akan berhenti memikirkan. Kalaupun benar Zafran hanya iseng saja untuk menjahili Sky, setidaknya mereka sudah waspada sebelum alasan dibalik semuanya belum terjelaskan.

Sesuatu yang bisa saja menjadi alasan tiba-tiba melintas dipikiran Sean. "Gimana kalau yang Zafran incar itu gue, pake cara ngenindas lo agar gue terpancing?" gumam Sean mencoba memastikan lagi kebenaran akan pemikirannya.

"Kok, tiba-tiba jadi lo? Kalaupun dia bencinya sama lo, enggak mungkin juga 'kan gue yang jadi incaran? Pasti langsung lo-lah yang diincar, buktinya aja waktu itu dia nyerang pas kita barengan. Karena yang mereka incar emang gue dan disitu ada lo, makanya lo juga kena!" komentar Sky tidak sesuai dengan pemikiran Sean.

"Enggak, bukan masalah itu, tapi tadi Kuntum salah paham sama gue gara-gara gue nyari Zafran. Dia langsung bilang dia mau balikan, asal gue jangan nyari Zafran karena dia sama Zafran enggak pernah pacaran!" terang Sean masih dalam posisi memikirkan.

Sky terlalu kaku dalam hal percintaan, jadi penjelasan Sean masih jauh dari jangkauan. "Maksudnya apaan? Hubungan sama Kuntum apa? 'Kan katanya mereka enggak pacaran, terus masalahnya?" tanya Sky memusatkan pertanyaan pada hubungan semua yang dia alami dengan Kuntum yang hanya beberapa kali dia temui.

Sean mendengkus kecil dengan Sky yang harus mendapat penjelasan panjang agar dia bisa paham. "Begini, Sky! Kuntum bilang mereka enggak pacaran, jadi dia mau balikan sama gue, terus katanya enggak perlu nyari Zafran. Berarti mereka pernah dekat dong ya! Nah, kalau Kuntum mau balikan sama gue, berarti Zafran enggak pernah dia terima dong ya? Pikir aja, bisa jadi Kuntum belum move on dari gue, makanya Zafran marah gara-gara gue Kuntum enggak nerima dia. Sampai enggak sih, ke otak lo?" terang Sean agak pelan-pelan dalam menjelaskan, takutnya Sky masih belum paham dan mengharuskan Sean menjelaskan sekali lagi.

Sky bisa paham dengan penjelasan Sean, sesuatu yang memungkinkan juga terlintas dipikirannya. "Bisa jadi tuh! Zafran juga pernah nanya hubungan kalian gimana, berarti dia bener-bener deketin gue buat cari informasi tentang kalian dong?!" angguk Sky membenarkan ucapannya sendiri.

Sean memetik jarinya pertanda setuju karena informasi mulai dia dapat. Namun, masih ada sesuatu yang mengganjal, kenapa malah Sky yang mendapat ancaman? Apa karena informasi dari Sky tak banyak Zafran dapatkan? Kalau itu benar, kenapa ngancamnya malah pembunuhan? Ah, sudahlah. Bukankah ini kemungkinan paling dekat? Kalau memang begitu, Sean hanya perlu meluruskan hubungannya dengan Kuntum agar tidak kembali menyatu. Dengan begitu Zafran pasti bisa menerima karena Kuntum tidak lagi akan balikan sama Sean. Masih syukur Sean sudah bisa melupakan Kuntum, kalau tidak dia pasti sudah menerima ucapan Kuntum yang tadinya dia katakan, berupa kata mau balikan.

Bersambung...

Sea (n) Sky [End✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang