(19)

602 79 19
                                    

Sean kali ini sudah diperbolehkan membawa motor ke sekolah oleh Atika. Meski mendapat apa yang dia inginkan, tapi pagi ini Sean tidak terlihat bahagia. Sean bahkan sampai tidak sarapan untuk pagi ini dan tidak sempat menyalami kedua orang tuanya. Sky juga belum pulang dan Izani mengirim pesan kepada Arsen kalau Sky menginap di rumahnya untuk beberapa hari kedepannya.

Sesampainya di sekolah, Sean tidak langsung menuju kelasnya, melainkan dia mengunjungi kelas Sky terlebih dahulu. Mengintip ke dalam sana dan berharap Sky sudah ada di sana pagi ini. Namun, bangku yang biasa diduduki Sky masih kosong dan hanya ada beberapa anak tunanetra lainnya yang berkeliaran di dalam sana. Sean memilih duduk di depan kelas itu sambil menunggu hadirnya Sky karena ada yang ingin Sean sampaikan padanya.

Sean bahkan sampai mengecek jam di ponselnya dua kali dalam satu menit. Padahal Sean tadi ke sekolah dengan pelan-pelan saja agar tiba di sekolahnya tidak terlalu pagi. Tetapi, sampai sekarang pun Sky belum tanpak batang hidungnya, sebentar lagi bel masuk juga segera berbunyi.

Menyadari beberapa kejanggalan, Sean pun memukul kepalanya pelan. Dia mulai merasa bodoh dengan dirinya sendiri karena Sky tentu tidak akan datang ke sekolah pagi ini. Itu sudah pasti karena Sky berada di rumah Izani dan seragam Sky tidak ada di rumah itu sama sekali. Jika memang Sky akan berangkat sekolah, pastinya Sean sudah bertemu dengannya di rumah tadi. Karena Sky pasti akan mengambil seragamnya ke rumah kalau memang dia akan bersekolah hari ini.

"Grrr!" Sean menggusar rambutnya dan beranjak dari depan kelas istimewa itu untuk menuju kelasnya.

Baru berjalan beberapa langkah meninggalkan kelas itu, Sean malah bertemu dengan mereka yang membencinya. Sebuah kaleng minum soda yang berisi setengah seseorang lemparkan ke arahnya. Untungnya Sean menyadari itu dan menghindar sesegera mungkin agar minuman itu tidak mengenai seragamnya. Dua orang yang berdiri di hadapannya, Sean tahu yang berdiri di sebelah kiri adalah pelakunya.

"Mau lo apa?" tanya Sean dingin dan memasukkan kedua tangan dalam kantong celananya.

"Sorry, gue enggak sengaja. Tangan gue licin soalnya," jawabnya santai dan merangkul teman di sebelah kanannya.

Sean tersenyum miring dan mengangguk-angguk kecil, Sean bahkan tidak mengenali salah satu dari mereka. Namun, mereka seakan menyimpan dendam kepada Sean entah karena apa. Tidak apa-apa, Sean sudah terbiasa dengan semua ini, baginya ini hanyalah hiburan di kala pagi penyapa. Tetapi, hiburan berupa hal demikian yang sudah sering disaksikannya, perlahan Sean mulai muak dengan semuanya. Daripada meladeni mereka yang seperti itu, lebih baik dia pergi karena berantem di pagi hari itu membosankan baginya.

Sean melewati mereka berdua begitu saja, bukannya Sean takut untuk menghadapinya, tapi Sean butuh ketenangan sekarang juga. Sambil bersiul kecil, Sean juga menendang-nendang kaleng yang tadi terlempar ke arahnya sampai ke dekat tong sampah. Setelahnya Sean membuka penutup tong sampah itu dan melakukan tendangan melambung hingga kaleng itu masuk ke dalam tong itu.

"Yahuuu!" seru Sean kala menyaksikan percobaan pertamanya dalam menendang masuk kaleng ke dalam tong sampah langsung berhasil.

"Weee, dianggurin, Njir!" ujar teman dia yang mencoba cari gara-gara dengan Sean tadi.

Tidak terima dengan hal itu, dia meneriaki Sean yang terus berjalan meninggalkan mereka meski pelan. "Woi, Sean lawan gue! Katanya lo jago berantem, ya? Kalau lawan gue, masih jago enggak lo?!" tantangnya dan mengikuti langkah Sean.

"Gue takut sama lo, jadi kita enggak usah berantem, ya! Kalau gue ada salah, maapin, yak!" jawab Sean dengan langkah yang terus saja beranjak.

Dia tertawa, tapi masih belum puas dengan permintaan maaf Sean yang demikian. Dia melangkah cepat ke arah Sean agar Sean tidak berusaha lari darinya. Masalahnya adalah Sean yang pernah mengganggu pacarnya, bukan mencoba menggodanya seperti laki-laki kebanyakan, tapi Sean pernah menarik rambut pacarnya karena Sean yang memang selalu mencari gara-gara. Tidak peduli siapa yang ditindasnya perempuan atau laki-laki, Sean menyamaratakan semuanya.

Sea (n) Sky [End✅]Where stories live. Discover now