(12)

695 85 17
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. Banyak yang berubah di dalam keluarga yang Arsen dan Atika jalin. Seperti Sean yang sangat jarang pulang ke rumah, bahkan sekarang dia lebih banyak diam daripada menjawab pertanyaan dari siapa saja. Sky apalagi, prioritas utamanya adalah memperbaiki keadaan antara dirinya dengan Sean saja. Sky bahkan sedikit menjauhi Atika agar Sean tidak lagi menganggapnya mengambil kasih sayang Atika darinya, tapi tentu saja Sky tetap menghormatinya. Atika sendiri juga lebih jarang lagi mengajak Sean berbicara. Karena setiap memulai pembicaraan, ujung-ujungnya dia akan memarahi Sean dan itu ingin dihindarinya. Sedangkan Arsen, dia juga terbilang tidak terlalu memperhatikan Sean dan hanya terpusat pada Sky saja. Bukan karena dia tidak bisa menerima Sean sebagai anaknya, tapi karena memang Sean sendiri yang jarang menampakkan diri di saat perkumpulan keluarga.

Di sekolah pun begitu, Sean memang tidak mengingkari janjinya dengan Atika untuk tidak bolos sekolah. Namun, saat belajar pun dia hanya tidur atau tidak mendengar penjelasan guru barang sedikit saja. Sementara Sky, lebih banyak lagi yang berubah di kehidupan sekolahnya. Yang mana awal dari semuanya terasa baik-baik saja, sekarang penindasan lebih sering dialaminya. Meski masih banyak orang-orang yang lebih peduli terhadapnya, tapi penindasan itu tetap saja diterimanya. Oleh karenanya, Sky lebih sering menghabiskan waktu di kelasnya saja dan tidak ingin meninggalkan kelasnya untuk menghindari tangan jahat orang-orang di luar sana. Padahal awalnya Sky memang tidak ingin lagi meninggalkan kelasnya, tapi karena tekadnya sendiri, dia terkadang tetap sering keluyuran ke luar sana. Sekarang tidak akan lagi, berdiam saja di kelas tanpa mengharapkan apa-apa adalah pilihannya.

Jika dilihat situasi sekarang ini, Sky mulai bosan berdiam diri di dalam kelas dan ingin sekali mengitari sekolahnya. Tetapi, Sky tidak boleh seperti ini terus kalau tidak ingin dirinya terluka. Sky pun meyakinkan dirinya bahwa berjalan-jalam di luar kelas tidak akan ada bedanya dengan berdiam diri di sini saja. Karena bagaimanapun juga, yang dia dapat hanyalah gelap dan itu akan sama saja di mana pun dia berada.

Tidak seperti harapannya yang ingin dirinya baik-baik saja jika berada di dalam kelasnya. Sky justru langsung mendapatkan masalah dengan tiga orang yang menghampirinya. Sky mengenali itu dari langkah mereka, tapi tidak dengan suara mereka karena mereka mengganggu Sky dengan mulut sama sekali tak terbuka. Sepertinya mereka sengaja diam karena tahu akan Sky yang bisa mengenali orang-orang dengan suara. Pastinya mereka adalah orang-orang yang mungkin sudah Sky kenal sebelumnya.

Satu di antara mereka yang mengganggu Sky mengambil tongkat putih Sky dan memutar-mutarnya di udara. Dua di antaranya menangkap kedua tangan Sky dan mengunci pergerakannya. Sky hanya bisa memberontak dan berusaha mengenali tawa mereka yang tertahan-tahan.

Dua orang yang memegangi tangan Sky, kini menggiring Sky ke tempat yang sama sekali tidak Sky kenali. Karena dia hanya mengikuti langkah mereka saja dan tidak mampu mengenali sekitar tanpa bantuan tongkatnya. Meminta bantuan pun dia tidak bisa karena yang Sky dengar kala orang-orang membawanya hanya langkah menjauh saja. Arti dari itu semua jelas karena orang-orang disekitar ingin menghindari masalah. Tidak ingin ikut campur dalam urusan Sky dengan orang-orang yang membawanya.

Hingga akhirnya tubuh Sky terasa didorong yang membuat kedua lutut dan kedua telapak tangannya menyentuh tanah. Sky bisa merasakan kalau dia sekarang berada di taman atau mungkin di belakang sekolah. Karena tangan Sky bisa merasakan adanya rerumputan dari tanah yang tersentuh telapak tangannya.

"Kalian siapa? Kalau ada masalah bisa diselesain baik-baik 'kan? Enggak perlu pake cara ginian!" tantang Sky dengan mencoba berdiri. Jangan salah, Sky hanya menggertak saja, sejatinya dia sangat ketakutan.

"Mati mau?" bisik seseorang di telinga Sky yang membuat Sky meremang seketika.

Sky tidak mengenali suaranya sama sekali. Kemungkinannya ada dua, mereka hanyalah orang iseng yang mengganggu Sky atau mungkin mereka adalah orang yang Sky kenal dengan sengaja mengganti suaranya agar Sky tidak bisa mengenali. Sky pun memberanikan diri untuk mendorong orang yang berbisik pada telinganya bagian kiri. Alhasil Sky hanya mendorong awang saja karena targetnya yang menghindar dengan mudah sekali.

"Lo ada masalah apa sama gue? Jangan ngancam pake cara gituan! Kasih gue alasan, kenapa gue ditawarin mati!" amuk Sky memutar tangannya ke sembarang arah. Getaran pada suaranya pun tak bisa disembunyikannya karena Sky ketakutan bukan main.

"Alasannya simpel! Karena lo seharusnya udah mati dari dulu, ada orang yang enggak suka lo hidup!" bisiknya lagi yang membuat Sky merasa ambigu dengan bisikannya.

Di saat Sky terdiam, ada suara lain yang menggantikannya. "Woi! Cari lawan tuh, yang sepadan! Kalau lo berani, lawan gue sini!" teriak seseorang yang Sky sangat mengenali suaranya.

"Udah siang, enggak usah sok jadi pahlawan kesiangan!" tantang dia yang sedari tadi berbicara, dengan dua orang di belakangnya yang hanya diam tanpa suara.

"Yah, ini udah siang! Mau makan siang di kantin atau di rumah sakit?"

Berakhir dengan suara itu, Sky sudah mendengar perkelahian terjadi di sana. Tiga lawan satu sepertinya berat dan Sky hanya bisa mendengarkannya saja tanpa bisa membantu ataupun melerainya. Napas berat yang saling beradu sangat terdengar jelas di telinga Sky dan membuatnya ingin sekali menghentikan perkelahian itu. Namun, bukannya membantu, Sky malah hanya bisa membatu.

Itu tidak berlangsung lama, suara derap langkah orang yang berlari bisa Sky dengar dengan jelas setelahhnya. Dari langkahnya bisa Sky kenali itu bukan langkah satu orang saja. Itu berarti, mereka yang mengganggu Sky memilih kabur karena orang yang membantu Sky bisa mengalahkan mereka. Berikutnya, langkah seseorang yang tadi membantunya terdengar menghampiri Sky yang membuat Sky sedikit tersenyum.

"Lo enggak apa-apa 'kan?" tanya dia yang selalu baik kepada Sky.

"Gue enggak apa-apa. Thanks buat bantuannya!" jawab Sky kepada Zafran orang yang membantunya.

"Syukur, deh!" Zafran merunduk dan memungut tongkat milik Sky yang tergeletak di sana, "Ini tongkat lo. Gue antar ke kelas." sambungnya dengan menyerahkan tongkat itu ke tangan Sky.

"Ya."

Sky mulai mengikuti langkah Zafran dengan beberapa kata syukur dia rapalkan dalam hatinya. Sky merasa sangat beruntung dengan kehadiran Zafran di sana yang membantunya terlalu sering. Entahlah, Sky rasa Zafran selalu datang tiba-tiba dengan dirinya yang sangat butuh bantuan.

Selama ini Sky memang sudah berteman dekat dengan Zafran yang entah kenapa mau saja berteman dengannya yang disabilitas seperti itu. Meski banyak orang-orang yang mengganggunya, tapi hadirnya orang-orang seperti Zafran sedikit membuat Sky betah bersekolah di sini. Hidup di lingkungan orang-orang yang sempurna itu ternyata memang tidak mudah bagi Sky yang mempunyai keterbatasan. Buat Sky itu tidak terlalu menjadi masalah, selagi itu tidak membuatnya harus kembali bersekolah di sekolah luar biasa. Karena Sky tidak begitu suka dengan sekolah di sana.

"Lo ada masalah apa sama mereka?" tanya Zafran di perjalanan.

"Gue juga enggak tau, suara mereka juga baru gue dengar tadi," jawab Sky apa adanya.

"Lebih baik lo diam di kelas aja deh, enggak baik cari gara-gara sama kakak kelas!" ujar Zafran memperingati.

"Kakak kelas? Jadi mereka kelas dua belas?" tanya Sky memastikan karena dia tahu Zafran masih kelas sebelas.

"Ya, kayaknya anak IPS." Zafran terus berjalan ke arah kelas Sky berada.

Entah kenapa pikiran Sky langsung tertuju kepada Sean yang juga merupakan kelas dua belas IPS. Sky memang tidak ingin menuduh Sean yang tidak-tidak, tapi mengingat bagaimana kasarnya mulut Sean kepadanya sejauh ini sedikit mengganggu pikirannya. Sky kemudian menggeleng karena dia pikir Sean tidak akan melakukan hal sekeji itu. Jika memang Sean yang melakukannya, bukannya akan lebih efektik untuk Sean melakukannya di luar sekolah? Begitulah pemikiran positif seorang Sky terhadap Sean yang sebenarnya entah seberapa buruk sikapnya.

"Gue antar sampe sini aja ya, gue ada urusan nih. Posisi sekarang ini ada di persimpangan jalan ke kelas sepuluh," ujar Zafran menghentikan langkahnya di persimpangan kelas menuju kelas Sky berada.

"Oke, makasih!" jawab Sky cepat. Karena ke depannya dia sudah hapal jalannya dan Zafran juga sudah mengatakan di mana posisinya sekarang. Tentu saja Sky tidak akan mengenali langsung lokasi yang dia tempati jika dia berjalan dari suatu lokasi yang tidak dia kenali.

Sky kemudian melanjutkan langkah menuju kelasnya dan tidak ingin lagi meninggalkan kelas kecuali ada keadaan mendadak. Sky tidak ingin merepotkan orang-orang seperti Zafran lagi. Karena dia pikir dia sudah terlalu sering meminta pertolongan kepada orang-orang di luar sana. Untuk ke depannya tidak boleh lagi,

Bersambung...

Sea (n) Sky [End✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang