(31)

498 76 22
                                    

"Oi, Sean. Ternyata lo di sini, adek lo noh, di-bully orang. Dasar, pantes aja adek lo di-bully, kakaknya juga kerjaannya bully orang." ungkap salah seorang yang Sean sendiri tidak kenal siapa dia.

Tanpa dijelaskan pun Sean sudah tahu adik yang dia maksud adalah Sky, tentu saja orang lain pasti berpikir Sky memang seusia anak kelas sepuluh. Tidak perlu pikir panjang, Sean segera berlari ke kelas Sky. Apa mungkin dia yang mengganggu Sky adalah salah satu dari mereka yang menghajarnya dan Sky tempo lalu? Ah, Sean bahkan tidak bisa berpikir jernih karena yang dia pikirkan hanya buruknya keadaan yang mungkin Sky alami saat ini.

Sean bahkan juga tidak berpikir kalau Sky bisa saja tidak berada di kelas saat ini, mungkin saja mereka yang merundung Sky membawanya ke tempat lain. Semoga saja Sky memang di kelasnya karena kalau tidak ada, Sean bingung harus mencarinya ke mana. Larinya sangat cepat sampai melodi jantungnya tak berirama untuk segera memastikan Sky tidak dalam keadaan yang membahayakan.

Sesampainya di kelas Sky, keberuntungan masih sedikit berpihak padanya. Sky memang ada di sana, tapi sayangnya tidak ada orang-orang yang mengganggunya. Yang ada hanya Sky seorang merebahkan kepala di atas meja sambil terbatuk dengan napas berat. Buru-buru Sean menghampirinya dan memeriksa keadaannya.

"Apa yang terjadi? Mereka apain lo? Dipukulin?" tanya Sean cepat dan memeriksa wajah Sky yang mungkin mendapat pukulan.

"Sean?" Ucapan Sky terjeda oleh batuknya, "Ngapain ke sini? Gue enggak apa-apa kok," imbuhnya lagi.

"Jangan boong, mereka tadi ke sini 'kan? Berapa orang? Tujuh orang, ya? Sakit yang mana? Bilangin sama gue, jangan pura-pura bego aja, Sky!" teriak Sean masih dalam keadaan panik.

"Ini bukan ulah mereka kok, lagian gue juga enggak dipukulin. Cuma dibikin batuk doang!" jawab Sky karena yang Sean maksud dari mereka sudah jelas mereka-mereka yang menghajarnya dan Sean dulu.

Sean mengerutkan dahinya bingung, "Dibikin batuk? Apaan dah?" tanya Sean tidak mengerti dengan pernyataan Sky.

Sean sedikit bingung, menindas dengan cara apa sampai Sky terbatuk? Ingatan akan kelakuannya di kelas dua belas IPS-4 melintas dipikirannya. Apa Sky juga dicekik oleh orang lain sebagai balasan atas apa yang Sean lakukan?

"Mereka maksa gue makan bubuk cabe, tapi gue baik-baik aja kok. Emang tau dari mana? Lo datang ke sini gara-gara dengar gue di-bully?" terang Sky apa adanya.

Sean mengerutkan dahinya tidak terima dengan jawaban Sky, memangnya itu perbuatan biasa saja yang harus ditanggapi dengan ungkapan baik-baik saja? Meskipun tidak menyakitkan, tapi itu sudah keterlaluan. Sean ingin menanyai siapa pelakunya, tapi Sean teringat kalau dia pasti tidak akan mengenalinya dengan apa yang Sky ucapkan nantinya. Karena Sky pastinya hanya akan mendeskripsikannya dengan suara dan itu tidak akan membantu apa-apa dalam Sean mengenali pelakunya.

Sean tidak sengaja menatap ke luar sana dan melihat ada anak perempuan yang bercanda ria. Satu di antaranya membawa minuman botol dan itu dibutuhkan Sean saat ini untuk menghilangkan batuk Sky yang masih terdengar meski hanya sekali-sekali. Bergegas dia keluar dan merampasnya begitu saja, tak lupa juga Sean menukarnya dengan uang 20 ribuan dan kembali ke dalam kelas dengan segera.

"Woii, minuman gue!" teriak perempuan itu tidak terima dan malah digantikan dengan uang yang tidak dia butuhkan sekarang.

Sean pun membuka tutup botolnya segera dan menyodorkannya kepada Sky yang mendengar semua yang Sean lakukan. "Jangan ambil minuman orang sembarangan," komentar Sky kesal dan tidak suka dengan tindakan Sean.

Sea (n) Sky [End✅]Where stories live. Discover now