Niat Awal Menulis

400 84 30
                                    

Yuk, coba kita ingat lagi niat awal mulai menulis....

Gimana? Udah ingat?

Jadi gini, aku sempat malas menulis cukup lama, dan kembali sadar untuk menulis lagi karena melihat instastory QnA salah satu penulis favorit aku.

Saat ada followers-nya yang nanya, "Gimana caranya menghilangkan rasa males saat mau menulis?"

Penulis itu jawab, "Coba inget-inget lagi niat awal kamu menulis."

Dan, yah, aku jadi ikut teringat sama niat awal aku menulis.

Penasaran nggak, niat awal aku itu apa?

Oh, nggak, ya? Ya udah nggak jadi cerita deh. Bye byeee!

.
.
.
.
.

Heheh, walau kalian nggak penasaran pun, aku akan tetep cerita! Karena apa? Karena ini lapak aku! 🔥🔥🔥

Oke, jadi awal aku mulai tertarik menulis itu setelah aku terkagum-kagum sama satu cerita. Udah sering aku sebut juga kayaknya di lapak ini. Yap, judulnya Revered Back.

Aku baca itu tuh satu kali baca langsung habis gitu. 4 Jam kayaknya, dan aku bacanya dari menjelang tengah malem.

Setelah selesai baca, aku terkagum-kagum dan tersentuh banget. Berharap cerita itu bisa lebih panjang lagi, karena aku enggan buat berpisah sama tokoh-tokohnya. Haha, rada aneh memang.

Aku kagum banget sama penulis cerita itu. Dari caranya menulis narasi dan pembagian karakter setiap tokoh tuh berasa hidup. Pokoknya, aku merasakan banyak emosi saat baca novel tersebut.

Tiba-tiba, setelah tangis aku reda, aku jadi punya keinginan untuk membuat cerita yang bisa hidup juga bagi seseorang.

Cerita yang bisa membuat seseorang merasa tersentuh, tersenyum, tertawa, dan merasakan emosi lainnya saat membaca cerita aku.

Yah, aku mau menjadi penulis yang seperti itu. Bahkan sampai sekarang, aku juga tetap ingin menjadi penulis yang seperti itu.

Dan kalau ditanya, "Kenapa mau jadi penulis?"

"Memang, bagi penulis best seller, penghasilannya besar banget. Tapi, kalau karya kamu ternyata nggak laku, gimana?"

"Kamu udah susah-susah berusaha nulis sampai begadang, tapi kalau ternyata nggak selaris harapan kamu, gimana?"

"Apa kamu nggak takut menyesal, karena memilih menjadi penulis?"

Saat aku dihadapi pertanyaan semacam itu, mustahil aku bisa tersenyum lebar dan bilang, "Nggak masalah, aku nulis bukan untuk uang."

Haha.

Aku nggak mau munafik, uang itu memang penting. Perasaan kecewa pasti ada, dan itu nggak salah.

Buku aku memang sudah pernah terbit beberapa tahun yang lalu. Haha, 2017. Aku inget kok!

Dan bener, buku aku nggak selaris harapan aku. Mungkin, lumayan ramai saat PO dan bulan pertama, tapi untuk bulan-bulan berikutnya ternyata nggak terlalu laris.

Apa aku kecewa?

Iya, lumayan.

Tapi, bukan berarti aku nggak bersyukur, ya. Karena aku tahu, nggak semua orang bisa merasakan bukunya terbit dan melewati masa revisi seperti yang aku rasakan.

Aku juga bersyukur, bisa membelikan hadiah buat keluarga aku dari hasil kerja keras aku menulis. Aku bangga.

Dan, sekarang ... aku berniat untuk menciptakan karya yang lebih bagus lagi dari Regretful atau pun Regret.

Mungkin memang susah.

Mungkin butuh waktu yang lebih lama.

Mungkin butuh doa yang lebih banyak juga.

Dan mungkin, butuh usaha yang lebih keras tentunya.

Jadi, bismillah.

Aku akan kembali menulis dengan niat awal aku, yaitu menciptakan cerita yang hidup di hati seseorang. Atau kalau bisa, banyak orang.

Cerita yang bisa membuat pembaca merasakan banyak emosi. Bukan hanya senang atau pun sedih, tapi lebih dari itu.

Kalau ternyata suatu hari nanti berhasil, keren banget kali, ya?

Aku pasti akan kembali baca part ini, dan entah gimana perasaan aku nanti.

Okay! Sekian. Xx
-1 Juni 2021

Curahan Hati Penulis AmatirWhere stories live. Discover now