Kebahagiaan

3K 783 284
                                    


"Kak, cerita kayak apa yang banyak pembaca suka, sih?"

"Kak, konflik apa yang bagus buat cerita aku?"

"Kak Cipa, temen-temen aku sering ngejek aku karena aku nulis."

"Kak Cipa, gimana caranya dapet readers banyak?"

"Kak Cipa, gimana rasanya punya followers banyak?"

"Kak Cipa, kenapa masih jomblo, Kak?" (Abaikan)

"Kak Cipa, gimana caranya nulis yang baik dan benar?"

"Kak Cipa, kasih saran dong ke cerita aku. Siapa tau kalo Kak Cipa baca, pembaca aku jadi meningkat." (Ini ngeselin)

"Kak Cipa, ajarin aku nulis." (I cant't)

Itulah beberapa private message yang sering aku dapat setiap hari.

Aku berasa kayak Mamah Dedeh yang membuka sesi curhat. HAHA. But, it's okay. Aku senang mengobrol dengan pembaca setia aku.

Tapi, kalo aku mendapat pertanyaan yang sama hampir tiap hari, rasanya capek juga.

Dan pertanyaan-pertanyaan itu, akan aku jawab di sini. (Biar nggak ada yang nanya kayak begitu lagi).

Kalau ada yang nanya pendapat aku soal alur yang bagus, konflik yang bagus, dan sebagainya ... aku cuma bisa meringis. Kenapa?

Karena aku nggak bisa ngasih saran untuk mereka. Sebuah cerita itu ada di tangan penulisnya. Aku nggak mau dan nggak bisa ikut campur soal hal tersebut.

Lagipula, jangan terlalu banyak mikir saat nulis. Itu cuma bikin kamu stress. Aku ingin tekankan sesuatu. "Menulislah untuk kebahagiaan diri sendiri dahulu."

Jangan terlalu mikirin respon pembaca.

Jangan terlalu takut menulis karena respon pembaca. That's not cool.

Cerita kamu sepi? Jangan salahkan diri kamu sendiri. Terus aja menulis, nanti juga pembaca dateng sendiri kalau memang cerita kamu menarik dan enak dibaca.

Aku juga kadang sedih kalau cerita aku sepi, tapi, apa aku berhenti dan menyerah?

Nggak.

Aku nggak bisa berhenti, sampai cerita itu bisa aku katakan SELESAI.

Dan kalau kamu ingin cerita kamu ramai dibaca banyak orang, silakan menulis dengan rajin dan selesaikan cerita kamu. Pembaca pasti memilih cerita yang chapternya banyak atau malah yang udah tamat.

Jangan mengeluh sepi, kalau kamu aja males update cerita. Baru sepuluh chapter, kalau sepi tuh wajar.

Dan kalau temen-temen sekolah atau kerja kamu itu ngejek kamu karena kamu menulis, harusnya kamu jangan berkecil hati.

Mereka cuma 'teman'.

Aku aja yang diejek anggota keluarga, selow aja tuh. Apa aku berhenti menulis karena ejekan mereka?

Nggak.

Aku malah semakin semangat menulis dan membuktikan pada mereka.

Kalau kamu cuma diejek teman aja udah baper, gimana kamu akan siap menghadapi haters saat buku kamu terbit?

Lihatlah penulis yang bukunya best seller, banyak dari mereka yang malah mendapat hujatan. Tapi, apa mereka berhenti?

Kalau kamu diejek teman aja udah sedih, itu artinya kamu belum siap untuk sukses. Tuhan takut kamu semakin sedih, makanya kamu belum dikasih kepercayaan untuk sukses. Got it?

Cobalah abaikan suara-suara sumbang yang mengejek kamu. Mereka memangnya siapa, sampai berhak mengejek kamu?

Cuma teman sekolah.

Cuma teman kerja.

Mereka nggak lebih baik dari kamu. Harusnya kamu sadar, kalau omongan mereka nggak berarti apa-apa buat hidup kamu.

Jangan mudah terpengaruh. Dewasalah, pikirkan mimpi dan cita-cita kamu yang ingin kamu kejar. Teruslah kejar, dan tutup telinga kamu rapat-rapat saat ada yang mengejekmu 'tidak mampu'.

Oke?

Dan kalau kamu mau tau gimana caranya dapat banyak pembaca, jawabannya udah sering banget aku bahas.

"Menulislah dengan hati, dan jangan lupa bersosialisasi."

Dan terakhir, gimana rasanya punya followers banyak?

Jawabannya adalah ... membahagiakan, tapi semakin besar tanggung jawab yang harus aku terima. Maksud aku adalah konten cerita.

Aku berpikir, cerita yang aku tulis akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Kalau cerita aku tidak mendidik atau menodai otak pembaca, akulah yang paling berdosa.

Makanya aku sekarang mengutamakan kualitas cerita, daripada viewers. You know what I mean :)

Aku nggak peduli kalau cerita aku sepi, yang penting ... aku tidak membuat kesalahan yang akan sesali di kemudian hari. Aku ingin populer dengan cara yang benar, dan tidak menimbulkan dosa.

Ah, Cipa sok alim.

Takut dosa itu bukan berarti sok alim, Guys. Aku ingin menjadi penulis yang dikenal karena karyanya berkesan atau menginspirasi. Itu aja udah lebih dari cukup. Apa itu salah? Apa itu sok alim?

Berkaryalah dengan tulus dan kejar cita-citamu tanpa lelah. -Asyifashi

See ya soon. Xx

Curahan Hati Penulis AmatirWhere stories live. Discover now