Early-2

40 4 0
                                    

-happyreading-
-
-
-
-

"Raya!!, kan udah kakak bilang jangan menyentuh dapur seujung kukupun!. Kenapa malah melanggar nya?"luap emosi Alunan.

Alunan itu si sulung yang memiliki adik bernama Rayanaka si bungsu yang masih di masa remaja, setiap dimana dia menyentuh ataupun ingin mempergunakan dapur. pasti ada saja yang terjadi, entah piring pecah yang berserakan, panci yang sudah tidak berbentuk lagi, Alunan di buat sakit kepala karna Raya.

"Tapi aku ingin belajar setidaknya hanya merebus air Kak"seru Raya

Alunan memijat pelipisnya"Masuk saja ke dalam kursus masak jangan membuat rumah terbakar atau kamu Kakak coret dari kartu keluarga"Raya yang mendengar seruan sang Kakak pun menunduk sambil menganggukan kepala.

"Udah Alunan jangan menghakimi adekmu, liat mukanya sudah kucel"seru Ibu Alunan, Alunan hanya menghela nafas dan lebih memilih melenggang kaki ke kamarnya.

Disini dia sekarang kamar yang selalu menjadi saksi bisu betapa tertekan nya Alunan saat masa di mana dirinya hancur sehancur-hancurnya.

Berbaring di atas kasur sembari menatap langi langit kamarnya yang dia dekor sedemikian rupa membuat rasa kesal nya berangsur-angsur menghilang.

Ketenangan yang beberapa waktu ia nikmati kini terganggu karna dering telponya, tangan itu terulur untuk mengambil, mengarahkan ke arah matanya, mulai menajamkan pandangan membaca nama kontak yang menelponya, matanya membulat melirik ke arah jam dinding sial bantinya, lihat 10 menit lagi sudah jam 09.00 dan dirinya belum mempersiapkan diri.

-
-
-

Lihat lah kini Alunan sudah sampai di depan Kaffe metterny menelisik panampilanya sendiri, apakah sudah rapih karna dirinya tak sempat merapihkan diri seperti biasanya, sekarang saja dirinya sudah telat 5 menit.

Menghembus nafas sebentar Alunan membuka pintu kaca yang berada di depanya, matanya mulai memandang ke penjuru arah mencari dimana orang yang akan bertemu dengannya, dan itu dia sudah nampak di depan mata.
Kaki janjangnya melangkah ke tempat tersebut.

"Permisi dengan bapak Galang?" tanya Alunan sopan.

Orang yang di sebutnya tadi menoleh ke sumber suara, mata nya mengerut"Loh, lo Alunan kan lo lulusan SD merpa putih kan, ini gue Galang masa Lo ga inget"ujarnya bertubi-tubi

Dahi Alunan berkerut coba mengingat siapa orang di depannya ini, kerutan di dahinya menghilang terganti dengan senyum kecil di wajahnya.

"Oh iya gue inget, ya ampun ternyata ini lo, berapa tahun ya kita ga ketemu, eh sorry ya gue telat"

"Santai aja, duduk gih Nan masa berdiri terus gak pegel apa" ucap Galang dengan tangan yang mengarahkan Alunan untuk duduk di kursi yang ada di depanya

"Jadi lo CEO nya Gal?"

Galang tersenyum"bukan, gue sekretaris, CEO nya Leo, dia lagi ada urusan jadi gue yang wakilin"

Raut wajah Alunan mengisaratkan bahwa dia bertanya"Maksud lo Leo cowok blasteran taiwan itu?" tanya Alunan yang di jawab anggukan kepala Galang

Mereka itu satu angkatan sewaktu bersekolah dasar di salah satu SD Swasta terkemuka, lihatlah mereka lebih asik berbincang ringan di bandingkan merapatkan tentang kerjasama perusahaan.

Jam waktu dan detik terus berjalan dua insan itu masih membahas tentang kerjasama mereka yang tertunda tadi, tak pertu berlama-lama untuk menyepakati persetujuan tersebut.
Bahkan kini Alunan sudah berada di dalam mobil Mini Cooper Hitam Metalic miliknya.

Jalanan kota kini sedang dengan nuansa senggang tak banyak kendaraan yang berlalu lalang, Mini Cooper Hitam miliknya melaju dengan santai mata cantiknya pun sedari tadi larut dalam keindahan kota yang sedang tak terlalu banyak makluk bernama manusia ini.

Alunan tak langsung pulang ke kediaman nya, terbukti kini dirinya sudah berada di dalam salah satu toko bunga, memesan satu buket bunga Lavender, hanya satu mancam bunga yang dia pesan tak ada tambahan.

Buket bunga berwarna ungu dengan tambahan hiasan yang sederhana sangat cantik di pandang, pasang mata mana yang mau mengalihkan pandanganya jika melihat buket bunga dengan harum yang menenangkan ini.

Alunan menatap dalam bunga tersebut dengan tangan yang tak henti-hentinya membelai lembut bunga tersebut dan hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Kenapa kamu suka banget sama bunga lavender"tanya Alunan

Seorang yang ditanya Alunan membalasnya dengan senyum manis

"Engga tau"jawabnya sembari menggelengkan kepala

Alunan menatap nya aneh"Kenapa gak tau, semua kan harus ada alasanya"

Kesekian kalinya bahkan mungkin setiap saat senyum manisnya tak pernah pudar, dan Alunan yang tak pernah bosan melihat itu.

"Kalo kamu bener-bener suka sama sesuatu kamu ga punya alasan untuk memperjelasnya"jawabnya

Sekilas moment yang terpajang di otaknya sekarang, sacarik senyuman yang menghiasi pikiranya sekarang, senyum yang di mana dia bagai nikotil yang membuat candu.

Kini hidupnya dan takdir yang sudah dia jalani tak pernah selaras dengan apa yang dia mau, detik yang tak pernah dia pedulikan saat di mana waktu mempermainkannya, Angin yang tak pernah dia anggap saat menerpa rasa sakitnya, saat di mana hujan yang dia tunggu-tunggu untuk membawa lukanya tapi tak kunjung datang, Alunan larut dengan lukanya. luka yang tak pernah ia sangka-sangka.
Hidupnya kini tak ada tujuan dia hanya mengikuti takdir yang selalu mempermainkan nya.

---

Early Where stories live. Discover now