Early-21

11 3 3
                                    

happyreading
-
-
-
-

"Terbiasa bersama sejak kecil, bukan berarti aku bakalan mau pacaran sama dia Alunan"seru Sastra sengit

"Dan satu lagi, kita masih anak kelas 6 SD, belum pantes buat pacar-pacaran"sambungnya lagi

Alunan terdiam, mesih dengan posisi dimana tangan dan kelapanya berada di meja, kepala yang di tidurkan menghadap ke arah Sastra yang asik dengan kegiatannya sendiri.

"Sastra"seru seseorang memanggil nama Sastra

Sastra mendongak mencari sumber suara yang menyebut namanya, terlihat juga disana Utara yang sedang tersenyum hangat, dan di susul Sakala di belakangnya.

Keduanya berjalan bersama menuju dimana Sastra berada yang tepat di sampingnya pula ada Alunan, Sastra menatap keduanya yang sudah berada di depannya bergantian, dengan raut muka bingungnya.

Utara dan Sakala membuat gerakan yang sama lagi, mereka meletakan beberapa Snacks yang semua terbuat dari coklat secara bersamaan, Alunan menatap kejadian itu dengan cengo, otaknya berpikir apa-apaan ini.

"Kalian ngapain hah, ngapain?"tanya Alunan sewot

Keduanya menunjuk jajanan yang baru mereka letakan di meja, lagi-lagi berbarengan.

"Ini, buat Sastra"ujar mereka bersama

Sastra menatap keduanya bingung, dua makhluk bejenis Laki-laki selalu berstatus idaman perempuan dan yang tidak pernah akur, didepan mata Sastra seperti anak kembar sekarang.

Alunan menggelengkan kepalanya sembari berdecak"Kalian lagi coba jadi anak kembar atau gimana, ga ada kreatif-kreatifnya, masa janjanya sama"seru Alunan yang sedang melihat lihat snacks yang di bawa Utara dan Sakala.

Kini giliran Utara dan Sakala yang melihat bawaanya masing-masing, sama persis seperti berjanjian.

"Kamu ngikutin aku Sakala"tuding Utara

Sakala menatap sinis Utara"Heh nama-nama Arah, siapa juga yang ngikutin kamu, yang ada kamu tuh yang ngikutin aku, aku lebih dulu kenal Sastra dan ini emang jajan kesukaan dia"

"Tapikan aku dulu yang nyampe, jadi kamu yang ikut-ikut aku"Utara tak kalah sengit

"Sekarang gini, Sastra kamu milih yang mana"seru Sakala lembut

Sastra masih memperhatikan suasana ini dengan bingung, dirinya menengok, melirik Alunan sekaan mengisaratkan dia bertanya harus bagaimana, Alunan mengerti dengan raut wajah Sastra, dirinya hanya menggidikkan bahunya, dia tak ingin ikut campur dengan urusan mereka.

Sastra kembali melirik Utara dan Sakala yang sedang menatapnya intens, Sastra mengarahkan tanganya untuk mengambil beberapa Jajanan yang sudah tersedia di depannya, Jajananan itu dia bagi dua, dan menyerahkannya kepada Alunan.

Tadinya raut muka Utara sudah berseri karna pemberian nya yang pertama di ambil, namun seketika raut kebahagiaannya sirna saat pemberian Sakala juga Sastra ambil, dan kemudian di bagi dua dengan Alunan, sepertinya mereka berdua tidak menarik di mata Sastra.

"Udah adil kan, makasih buat jajanya Utara, Sakala, lain kali ga usah repot repot, aku bisa beli sendiri"seru Sastra santai

Alunan terkekeh melihat situasi ini, apalagi dengan raut dua lelaki itu, membuat Alunan merubah kekehannya menjadi tawa.

"Makasih loh, jajannya, lain kali kasih ke orang yang udah pasti nerima, tapi jangan kapok-kapok ngejar cintanya Sastra"seru Alunan dengan kekehanya, dan di sambut tatapan tajam dari Sastra.

-
-

"Berkisah di mana dua lelaki mengejar satu cinta seorang perempuan yang tak pernah melirik mereka, pantas memang perempuan itu untuk di cintai, hingga dimana lelaki yang melihatnya seketika terpikat karna kecantikan yang alami"

"Gimana bagus gak, itu bakalan aku bikin naskah dan bakal di dramain bagus tuh banyak konflik, kontroversi, ada gimiknya juga, wah pasti suka tuh masyarakat"jelas Alunan panjang lebar dengan berbagai macam mimik wajah, Sastra menatap Alunan jengkel kala mendengar deskripsi cerita di atas, sangat membuatnya ingin membuang Alunan di jurang paling ujung dunia.

Sastra menghela nafas berat melihat Alunan lebih absurd lagi"Alunan, sadar, inget mati"ujar Sastra serius

Alunan terhenti seketika, membalik badannya menatap Sastra sepenuhnya, "Mati, mati, mati, wah kata yang sungguh mematikan"

Sastra sungguh di buat terheran heran dengan diri Alunan, lihat saat bersama dirinya dia akan menjadi Alunan yang sepenuhnya, dan benar-baner Alunan, namun saat ada orang lain di dekat mereka gaya dan tingkah lakunya berbeda 180 derajat, dengan sikap Alunan yang seperti itu sangat memudahkan Sastra memahami Alunan, tapi bagi Alunan memahami perasaan Sastra adalah hal yang paling menyusahkan, karna Sastra lebih terkesan natural menjalankan perannya.

Alunan berjalan menghampiri Sastra yang sembari tadi duduk di rerumputan hijau yang subur, Alunan mendudukan dirinya tepat di samping Sastra dan mulai mengkuti apa yang Sastra lakukan, yaitu menatap awan biru muda yang bergradasi dengan biru tua, sangat indah hari ini.

"Cape gak di sukain sama orang banyak?"lontara kata terucap dari bibir Alunan tiba-tiba

"Semua yang kita dapet di dunia itu ada plus minusnya, semua yang kita lakukan itu ada konsekuensinya, jadi semua pasti ada batasnya"jawab Sastra

"Dulu aku pengen banget di liat sama banyak orang, jadi pusat perhatian, semua orang kenal aku, mereka muji talenta aku, tapi waktu aku liat kamu, semua harapan itu aku buang dan lebih memilih menjadi biasa aja, jadi orang terkenal itu ga enak ya, salah sedikit di komen di hujat, fisik kita berubah sedikit di omong, banyak yang suka banyak juga yang ga suka, hidupnya selalu dalam tekanan"jelas Alunan

Sastra berucap"Hiduplah dengan apa yang sudah Tuhan rencanakan, berjalannya dengan jalan yang sudah Tuhan tunjukan, dan berkeluh kesah lah kepada pemilik hati, kita ga bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam hidup kita, yang harus kita lakukan, meminta kepadanya agar di beri keselamatan hidup di dunia dan juga akhirat".

---

Early Where stories live. Discover now