Early-5

16 2 0
                                    

happyreading

-
-
-
-

Hari ini tepat tanggal 11 januari 2020 bertepatan dan masih dengan nuansa pergantian tahun, entah apa yang akan terjadi di kemudian hari dalam hidup Alunan, Alunan yang menginjak dewasa, kini dirinya bukan anak-anak lagi yang bisa bermanja di kaki sang Mama, kini dia harus menahan semua rasa di bahunya, bertahan sampai takdir kehidupan menjemput.

Kini Alunan remaja sedang duduk di meja belajarnya, dirinya bukan belajar melainkan menulis kata per kata di sebuah buku Diary miliknya.

Nada dering handphon miliknya berbunyi, irama musik yang sendari tadi menemaninya terhenti seketika, terganti dengan suara dering Hp, dengan cepat Alunan mengangkat Telpon tersebut

"Hallo, kenapa telpon"

"......."

"Beneran, oke aku ke sana sekarang"

"........"

"Okey"

Telpon terputus sepihak, Alunan bangkit dari duduknya, mengganti pakaian santainya dengan sweter berwarna Grey dan celana berwarna hitam dengan kerutan di bawahnya, mengambil tas selempang berwarna serupa dengan celananya, memasukan hal yang harus dia bawa ketika berpergian.

Melangkahkan kakinya keluar pekarangan rumah, kali ini dia pergi menggunakan ojek online, tempat yang akan dia tampuh tak terlalu jauh dari kawasan rumahnya.

Motor itu berjalan, melewati banyaknya rumah yang berjejeran, dan masuk di sebuah gang perumahan, kini motor yang melaju tadi memberhentikan kendaraannya di sebuah rumah, yang cukup ramai orang tersebut, Alunan turun dari motor sembari membuka pengait helm, beriringan dengan suara Ambulan yang menyeruak pendengaranya, helm sudah terlepas, sang ojol pun sudah melenggang pergi, sorot mata Alunan tak lepas dari mobil Ambulan yang menuju ke arahnya, lebih tepatnya ke arah rumah yang berada di belakangnya.

Disusul dibelakang Ambulan beberapa mobil pribadi, Ambulan berhenti setelah mengitar posisi, menjadikan pintu belakang berada beberapa meter di depan Alunan.
Seorang remaja Lelaki seumuran Alunan keluar dari salah satu mobil pribadi tersebut, Alunan melangkah menghampirinya, menjauhi Ambulan yang membuatnya gundah.

"Keil, ini apa?"tanya Alunan lirih

Yang di tanya menatap Alunan sendu, menarik hafasnya dalam"Kamu yang kuat okey, sepupu ku lebih milih sama tuhan di bandingkan di dunia"jawab Keil dengan tangan di pundak Alunan

Mendengar seruan Keil gundah di hatinya, mata yang sendari tadi memancarkan aura cerah, kini malah menggenang air mata.

"Kamu bohong kan Keil, iya kan, ini mimpi kan"seru Alunan lagi kini Ia memalingkan wajah nya menatap Pintu belakang ambulan yang sedang di buka oleh orang orang yang memakai pakaian putih itu, kakinya lemas bagai tak ada daya saat melihat seorang terkapar tak berdaya di atas bangkar yang akan di turunkan dari Ambulan tersebut

Alunan menggelengkan kepalanya sembari menahan air mata"Enggak, enggak ini gak mungkin"serunya lirih

"ENGGAKK, SASTRA GAK MUNGKIN MINGGALIN AKU HIKS, ENGGAK"teriak Alunan sembari berlari menuju orang orang tersebut, dirinya mendekat ke arah bangkar yang berisi seseorang di selimuti kain putih.

"Engga, Sastra bangun, aku di sini hiks, jangan tinggalin aku, aku mohon Sastra bangun, BANGUN SASTRA BANGUN" Alunan brutal dia menggoyangkan bangkar.

Alunan membuka kain tersebut, melihat wajah pucat pasih orang yang selalu ada untuknya"Sastra jangan tinggalin aku, aku mohon hiks, aku mohon SASTRA!!, permintaan aku cuman satu sama Tuhan biar kamu selalu sama aku tapi Kenapa Tuhan ngambil kamu Sastra kenapaa!!!" suara Alunan melirih rasanya tubuh ini tak ada tenaga.

Alunan terduduk di tanah bagai tak berdaya, melihat Orang yang amat dia Sayang di dorong dengan Bangkar memasuki area dalam rumah, dengan air mata yang tak kunjung usai mengalir dan terus memandangi tubuh yang sudah tak bernyawa tersebut.

"Sastra.., aku mohon Jangan per-gi hiks, A-ku hiks mo-hon "seru Alunan lirih dengan isak tangisnya

Keil menghampirinya, Menarik Alunan ke dalam pelukannya.

"Keil, Sastra pergi Hiks, dia udah gak ada buat aku lagi, hiks nanti ga ada yang dengerin aku curhat, nanti gaada yang aku aduin hiks kalo aku di marah Papa, Nanti aku ga punya sandara lagi Keil Hiks, sakit hiks, sakit di sini Keil"seru Alunan sembari memukul dadanya, Keil yang mendengar penyeturuan Alunan tak kuasa menahan Air matanya, dia tak bisa apapun, dia hanya biasa memeluk Alunan dan menenangkannya, dia tak bisa menyembuhkan luka yang akan berbekas.

-
-

Dengan air mata yang terus mengalir, Alunan memandang orang tersayangnya yang sudah berbalut kain kafan, sesekali Alunan menghapus Air yang mengaliri pipinya itu, dia mulai berdiri dari tempat duduknya menghampiri orang yang sendari tadi dia tanggisi itu.

"Aku gak tau bakal ada kejutan apa lagi setelah ini, aku bahkan gak tau bisa ngelewatin ini atau engga, Hidup aku terkait sama kamu Sastra, dan dengan hebatnya kamu harus ninggalin aku sendiri, aku takut hiks... Aku takut sama dunia yang isinya cuman ilusi Sastra, kalo ini mimpi aku mohon bangunin aku mimpi buruk ini hiks.., aku belum iklas kamu pergi, tapi aku bisa apa Sastra"ucap Alunan dengan memeluk Tubuh kaku nan dingin sembari air mata yang tak ada hentinya itu.

Hari itu adalah hari di mana bermulainya hidup suram seorang Alunan, kehilangan Orang yang membuatnya berarti dalam hidup ini membuatnya terpuruk, jalan pikirnya terhenti seketika, sesak di dada bila mengingat moment terakhir bersama orang yang dia sayang.

Adakalanya Tuhan memberi seorang umatnya ujian yang membuatnya terpuruk Agar umatnya mengingat dirinya.

---

Early Where stories live. Discover now