Early-29

1 0 0
                                    

happyreading
-
-
-
-

Sastra menatap dalam langit biru yang berawan dengan senyum menerkah, Toga kini melekat di tubuhnya, mengisyaratkan dirinya akan melepas masa kanak-kanannya dan mulai beranjak dewasa, enam tahun dirinya mengeyam bangku Sekolah Dasar dan hari ini adalah hari yang paling dinantikan.

mengganti seragam sekolahnya, dan akan memulai menjumpai hal-hal lain yang ada di dunia ini, mengekspor jati dirinya dan kekuatan mentalnya sejauh mana berkelana sendiri, masa sulit akan datang sebentar lagi, bertambah dan terus bertambah namun diselingi dengan bahagia.

"Sastra kita lulus!"Alunan dengan penuh antusias

Sastra tersenyum bahagia menanggapi ucapan Alunan sembari berkata"Iya kita lulus"

"Akhirnya kehidupan baru akan segera di mulai"

"Siapkan mental sekuat baja"seru Sastra meniru gaya macco yang di sambut kekehan kecil oleh Alunan

"Gimana-gimana, kita lulus brader"girang Bulan saat mendekat kearah Alunan dan Sastra

"Yuhuuu, SMP aku datang"lanjutnya lagi

"Biasa aja kali Bulan ratu rempong"sinis Alunan

"Julid aja kerjaanya, jadi kritikus aja kamu Alunan"santai Bulan

"Nanti kalo aku jadi kritikus kasian kamu, soalnya tiap hari aku bakal nyinyirin kamu"garang Alunan

Sastra terkekeh pelan"Ayo lanjutin berantem nya seru tau"

"Itu sih mau kamu, tapi aku males ngeladenin sapu ijuk, Rembulan peyek kaya dia"sinis Alunan

"Aku juga males ngeluarin suara berharga aku cuman buat ngeladenin cumi asin ngomong"balas Bulan

"Ayo lagi dong, rame nih lapangan kalo kalian berantemnya jotos-jotosan"kompor Sastra

"Ini lagi satu, suka banget liat temennya berantem"Alunan

"Iya itu, kompor aja terus sampe meledak"

"Melihat kalian begaduh adalah sebuah hiburan yang sayang kalo ga di tonton"santai Sastra

"Gimana cara ngejulid-in Sastra, kamu liat dari atas sampe bawah, orang asing pun tau kalo dia sempurna"bisik Bulan kenapa Alunan

Alunan menganggukan kepalanya, menyetujui perkataan Bulan, namun tiba tiba dia menyeringai manis yang sangat aneh bagi Bulan.

"Yah bingung nih, mau pilih yang mana, kayaknya dua-duanya bisa tapi kita kan ga boleh serakah, jadi harus pilih satu"julid Alunan

Sastra yang sendari tadi tertawa kini menormalkan raut mukanya dan menghadap Alunan
"Kamu nyindir aku?"tanyanya

"Kayaknya iya deh tra, kita impas ya hihihi"ucap Alunan yang di akhiri cekikikan kecil.

"Kita ga nyindir kok, cuman ngasih saran aja"ejek Bulan

---

Sastra duduk di tempatnya dengan nyaman dengan senyum menerkah yang sendari tadi tak pudar, sorot matanya senantiasa berkelana kesana kemari, melihat teman-temannya yang sedang berbahagia, bercanda tawa dengan intens karna moment itu mungkin tak akan di peroleh lagi nanti, semuanya pergi mencari kebahagiaannya sendiri, menelusuri alur hidup sendiri, menerima pait dan hampanya hidup sendiri, semua akan berakhir sendiri dan dengan seorang diri.

"Sastra ayo"Utara menarik pergelangan tangan Sastra.

Menarik Sastra keluar dari tempat wisuda dan menuju di salah satu bangku yang mengarah kepemandangan yang indah.

Utara menuntun Sastra untuk duduk di bangku itu, Sastra bingung dengan Utara, dia hanya mengukuti intruksi dan apa yang di katakan Utara.

Utara ikut duduk di samping Sastra, menandang indah ciptaan tuhan yang tiada tanding, Sastra tadinya menatap Utara bingung, kini mengikuti apa yang Utara lakukan, menikmati apa yang di beri Tuhan, selagi masih bisa dinikmati.

"Indah kan"

Sastra menganggukan kepala tanpa bersuara.

"Waktu berjalan cepet banget ya, gak kerasa kita udah lulus aja, oh ya selamat Sastra udah lulus"seru Utara menatap Sastra

"Happy Generation to Utara"

"Apanih harapannya?"tanya Utara

"Harapan, emm... Harapan aku kedepanya bisa bermanfaat untuk orang lain, lebih sayang sama diri sendiri"

"Kalo kamu?"tanya Sastra

"Harapan aku, bisa menerima semua yang Tuhan kasih untuk aku, entah itu aku harapkan atau engga"

Sastra dan Utara kembali diam tak bergeming, percakapan berhenti, masing-masing hayut dalam pikirannya, masih menikmati indahnya pemandangan di depan, enggan mencari topik pembicaraan agar kesunyian tak melanda, mereka nyaman dengan diam, tanpa bersuara.

Cukup lama mereka diam tanpa kata, hingga Utara berdiri dari duduknya, menatap dalam Sastra yang juga menatapnya, Sastra menikuti Utara, berdiri dari duduknya, keduanya kini berhadapan, saling menatap.

"Sastra, mau jadi pacar aku?"seru Utara lembut dengan intonasi suara rendah

Sastra tak lagi menatap manik gelap yang selalu memancarkan tatapan lembut itu. Arah matanya kini menatap kearah bawah, ingatannya tentang kata-kata Alunan yang menyuruhnya memilih salah satu terputar jelas di otak sekarang.

"Utara"lirih Sastra

"Sastra, hati ini udah kuat sejauh ini, tapi rasa suka aku gak bisa hilang, kamu terlalu istimewa, dan itu harus di perjuangkan"

"Sastra udah sama aku Utara"teriak Sakala yang berada sedikit berjarak dari tempat Sastra dan Utara

Teriakan Sakala membuat Utara dan Sastra memalingkan wajahnya melihat Sakala yang sedang memperhatikan mereka berdua.

Utara tersenyum lembut kearah Sastra yang kini menatapnya, Sastra tak bergeming sedikitpun dari penyeturuan Sakala, dia diam tak bersuara.

"Sastra, maaf selalu memaksakan kehendak yang belum ku tau pasti, fakta disini adalah aku belum sepenuhnya gagal, namun aku sudah retak, belum sampai patah, kalau udah patah, itu bararti perempuan Istimewa seperti kamu, bukan di takdirkan buat aku"ujar penuh makna Utara.

Sakala mendekat dan menarik pergelangan tangan Sastra pergi dari sana, Sastra masih tetap manatap Utara yang juga menatapnya dengan sendu, hingga diri Utara tak lagi terlihat dalam penglihatannya.

Sakala berhenti, membalikan badannya menatap Sastra yang termenung.

"Sakala takdir kita belum tentu tumbuh bersama, rasa yang ada sekarang belum tentu terjalin sepenuhnya, kita bukan siapa-siapa Sakala, kita bukan siapa-siapa sebelum takdir menjawab semuanya, maaf Sakala"

Sastra pergi dari hadapan Sakala yang diam membeku, Cinta memang menyakitkan, namun kita membutuhkannya.

---

Early Where stories live. Discover now