Early-3

27 3 0
                                    

-happyreading-
-
-
-
-

TPU melati 2

Tertulis plang tersebut, tempat yang selalu dia kunjungin beberapa bulan belakangan setelah 7 tahun dirinya menghindar.

Alunan gadis dengan kesempurnaan nya, bersekolah menengah atas di sudut kota Amerika, melanjutkan study nya dan menjadikan dia lulusan kampus bergengsi di bagian Negara Selandia baru, mengarungi hidup di Negri orang tanpa siapapun yang Ia kenal.

Hidupnya yang selalu di pandang bahagia, yang selalu di anggap tak pernah mempunyai beban hidup, orang yang selalu berspekulasi bahwa hidupnya semulus jalan tol, pandangan yang selalu dia dengar tetang dirinya sendiri.

Di sebaliknya Alunan yang tak pernah mengerti bagaimana bahagia bagaimana menahan air mata, bagaimana melawan tekanan dalam dirinya, hidupnya yang selalu di anggap sempurna ini tak semulus jalan tol, jalan hidupnya penuh dengan lubang, batu yang siap menghantam, lumpur yang membuat tergelincir, dan terpaan lainya.

Garis tadir kesuksesanya memang tak di ragukan, namun titik kebahagiaan yang tak pernah ia temukan setelah Alunan kehilangan pusat yang membuatnya tersenyum.

-
-
-

Setelan kantor yang masih melekat di tubuh semampainya melangkah memasuki tempat peristirahatan terakhir mahluk bernyawa yang bernama manusia, berjajar gundukan yang terlihat semua sama, nisan kramik berwarna hitam dengan nama sang pemilik kuburan, yang setelahnya rerumputan hijau yang membentuk gundukan berjajar rapih di pandangan.

Kakinya melangkah melewati banyaknya makam, hingga tujuanya berakhir di salah satu makam yang tepat berada di hadapanya.

Mata sayu dengan senyum yang terukir dengan jelas terpampang di raut mukanya, lutut yang selama ini menahan beratnya beban dengan rendahnya menyentuh tanah, pandangan Alunan tak terlepas dari gundukan rerumputan hijau tersebut, bunga yang ia beli tadi sudah berjejer rapih dengan tiga buket bunga dengan jenis yang sama
lainya.

Tangan yang selalu ada untuk mengusap air mata yang turun dengan lemah lembut membelai nisan tersebut, masih dengan raut sayu yang mempesona, tak henti-hentinya membelai.

"Untuk kesekian kalinya Aku bilang, gimana rasanya disana"seru lirih Alunan

"I miss you, kamu tau itu, berat, Aku ingin bersama mu saja"mata yang selalu cerah dengan pandangan tegas kini terlalu sayu dan memerah.

Menumpahkan air mata dengan isakan kecilnya. Alunan terlalu rapuh jika menyangkut dia, semua rasa sedih yang membekas karna kehilanganya, air mata yang tak ada habisny untuk menangisi dia.

Tanganya kini mengusap air yang terus mengalir melewati pipinya itu.

"Waktu aku menangis di depan mu, kamu yang menghapus air mata ini dengan senyum, kamu bilang jangan nangis hiks... Alunan anak hebat, Alunan berharga di dunia, Alunan gak boleh nangis hiks..., Alunan kuat"Tiru Alunan dengan isaknya, perasaan rapuh yang sangat terlihat disini.

Tubuhnya kini memeluk gundukan itu, bagai menyalurkan rasa rindunya kepada pemilik keburan tersebut dengan air mata yang tak henti henti, ditemani dengan langit biru yang berangsur angsur berubah warna dan menjadikan statusnya sore hari.

"aku mohon..kembali, kembali ke sini.. Dengan ku.."serunya lirih masih dengan air mata yang berderai..

-
-
-

"Pokoknya besok kalau aku sudah tidak ada duluan, aku ingin kamu mengunjungi ku waktu kamu sudah sukses dan membawa bunga Lavender"seru anak yang sedang duduk di samping Alunan

"Jangan bilang seperti itu tidak baik, dan kenapa harus tunggu sukses dulu? "tanya Alunan

Anak tersebut tersenyum cerah."Tak apa hanya keinginan ku, walaupun aku tidak ada di dunia tapi aku bisa melihatmu dari atas, tetap di tujuan mu meskipun tidak ada aku"serunya menatap Alunan meyakinkan.

"Jangan biarkan siapapun mengambil alih dunia mu Alunan, karna itu hanya milikmu, kepada siapapun itu, tetap jalani duniamu dengan kapten dirimu sendiri, jangan orang lain"lanjutnya lagi.

Alunan yang mendengar penyeturuan anak tersebut menoleh anak tersebut, yang dipandang sedang asik menatap langit biru yang sedang cerah, taman ini saksi di mana Alunan dan dia membuat kenangan indah.

-
-
-

"Aku heran kenapa selalu ada 3 buket bunga dengan bentuk berbeda tapi jenis yang sama, dan ini kelihatan baru. Ah aku melupakan bahwa yang punya kuburan ini orang populer"seru Alunan sendiri dengan menatap bunga bunga yang berjejer di atas makam.

"Aku pulang.. tenang di sana anak baik, aku merindukan mu" ucap lembut Alunan mengusap nisan tersebut sekejap, menegakkan tubuhnya melangkah meninggalkan tempat peristirahatan terakhir makluk bumi bernama Manusia.

Alunan di balik sikap tegas dan tanpa ekspresi dengan tatanan tenang, itu hanya untuk membalut dirinya yang rapuh dan lemah,air mata yang tak pernah ia harapkan, rasa sedih yang tak pernah dia dambakan.

Terlepas dari itu semua, dirinya pernah menjadi orang yang tak pernah tau apa itu luka hati, tak mengenal apa itu rapuh, sesosok manusia yang sangat di dambakan semua orang selalu denganya, selalu menjadi tumpuanya, tangannya selalu terulur untuk membawa Alunan menuju kebahagiaan, tawanya bahkan tak pernah pudar, Dia yang Alunan pikir tak pernah mempunyai raut kesedihan ataupun Air mata yang keluar karna kerapuhan hatinya.

Kamu yang tak pernah mengenalkan kepadaku apa itu kesedihan, kamu tak pernah membiarkan air mata mu jatuh saat ada seseorang di sekeliling mu.

Hidupmu bagai orang tak pernah memiliki kesedihan, tapi semua pemikiran ku tentang mu hilang karna semua prakata yang kau tulis dengan indahnya. Dan saat itu juga aku mengerti bahwa semua orang memiliki sisi gelapnya tersendiri.

---

Early Where stories live. Discover now