Early-16

10 2 0
                                    

happyreading
-
-
-
-

Leo menghela nafas untuk kesekian kalinya, dirinya bimbang harus bagaimana, layar handphone nya sudah tertera nama Lentera, apakah dia harus menekan tombol bergambar telepon itu atau tidak, sungguh rumit situasi ini.

Dengan segala pertimbangannya Leo memantapkan untuk menelpon Lentera, tulisan berdering dari layar HP nya muncul, sedikit gusar Leo melihatnya.

"Halo Assalamualaikum"seru Lentera saat telpon tersambung

"Waaikumsalam ra, aku mau nanya nih"

"Ada apa yo"

"Kamu kapan ada waktu senggang?"

"Besok aku gak ada siff, ada rencana?"

"Kamu mau temenin aku ziarah ra, sekalian temui seseorang"

"Boleh, mau janjian jam berapa, dan dimana"

"Kurang lebih jam 10 aja ra, aku jemput kamu"

"Itu aja ya ra. Bayy"sambungan diputuskan sepihak oleh Leo, dirinya gundah jika Lentara menanyakan hal yang sangat di hindari olehnya.

-
-

Keesokan harinya dengan Alunan yang masih dalam kamarnya, dia akan berangkat ke Kantor sebentar dan setelahnya pergi menghampiri Leo dan Lentera di makam Sastra, Apa yang akan terjadi nanti bantinya berseru.

Dilain sisi, Leo bersiap menjemput Lentera, menjalankan mobilnya, menyusuri jalanan menuju Rumah sang tujuan, Rumah dengan gaya minimalis terkesan sederhana, Lentera keluar dari gerbang bercat putih itu, dengan baju gamis berwarna putih dan hitam, tidak lupa hijab yang bertengger manis di kepalanya.

Lentera adalah seorang perawat di salah satu Rumah Sakit, saat berkuliah dirinya satu Universitas dengan Leo, walaupun berbeda jurusan, takdir mempertemukan mereka dan menjadikan keduanya akrab.

Mobil yang di kendarai berjalan melewati ruas-ruas perkotaan dengan keheningan sang penumpang"Ra, nanti kita mampir ke toko bunga dulu ya"seru Leo membuka percakapan

"Aku ikut aja, memang kita mau ziarah ke makam siapa?"tanya Lentera

Leo menatap mata Lentera, dirinya sedikit tertekan dengan pertanyaan itu, sedangkan yang di tatap menampilkan wajah bingungnya.

"Nanti kamu juga tau"Lentera menjawabnya hanya dengan anggukan kepala tanpa mau membuka suara lagi.

Leo memberhentikan laju mobilnya, melepas seatbelt nya, membuka pintu mobil dan keluar menuju sebuah toko bunga di hadapanya, Lentera mengikuti langkah Leo memasuki toko itu, sembari menunggu Leo memasan dirinya berkeliling melihat lihat begitu cantiknya toko itu dengan banyak bunga yang terpajang jelas.

Matanya terkuci pada salah satu objek, dirinya melangkah mendekat di salah satu sudut dimana banyak terbadap boks yang sengaja di susun rapih dan cantik yang berisi berbagai macam bunga berserta namanya, Lentera hanya tertarik pada satu bunga yang berwarna unggu, menghirup baunya yang menenangkan.

Leo menghampirinya, menatap Lentera intens, Lentera tak terganggu dengan kedatangan Leo, dirinya masih asik dengan berbagai bunga di depannya itu.

"Kamu suka bunga Lavender?"tanya Leo

"Bukan aku, tapi Sastra, dia suka banget sama Lavender, kayaknya spesies bunga yang dia tau cuman Lavender deh, karna saking sukanya"jawab Lentera dengan kekehan kecilnya mengingat tentang Sastra.

Leo menatap Lentera sendu, apa Lentera akan menerima semua kenyataan yang terjadi, atau akan timbul luka baru dalam hidupnya karna kehilangan, Leo sedih jika harus melihat Lentera yang terluka.

"Kamu mau Lentera bunga itu, aku belikan"tawar Leo

"Bener nih, dibeliin?"tanya Lentera memastika, yang di jawab oleh anggukan mantab Leo

Kini sudah ada 2 buket bunga di panggkuan Lentera, satu buket bunga Lavender, dan satunya lagi buket bunga mawar, mobil Leo menuju TPU diamana makam Sastra berada, tak terlalu lama, mobilnya berjalan dari toko bunga plang pengarah menuju makam sudah terlihat, Leo membelokan mobil masuk dalam TPU tersebut.

Dirinya dan Lentera keluar dari dalam mobil, Leo ingin menunggu Alunan sampai dan bersama menuju makam Sastra namun rencana itu dirinya batalkan sendiri, dia akan bersama Lentera saja, dan pasti Alunan akan menyusul, karna mereka sudah membuat janji kemarin.

Leo memimpin jalan dengan Lentera yang mengikutinya dari belakang, rasa sedih Leo menyeruak dalam dadanya kala hampir mendekati kuburan Sastra, membayangkan bagaimana perasaan Lentera kala mengetahuinya.

Leo berhenti tepat dibawah mereka adalah makam Sastra, Lentera masih belum menyadarinya, Ia terlampau asik memandangi sekitar.

"Ini makam-"Ucap Lentera terhenti seketika saat melihat tulisan Nisan makam yang berada di bawahnya.

Amalthea Shevana Sastra
Binti
Haidar Raman
Lahir:11-November-2005
Wafat:11-Januari-2020

Bunga dalam genggaman Lentera seketika terjatuh, lututnya melemah hingga merosot ke tanah, dirinya sudah tidak bisa berkata kata lagi, bagai di terpa ombak besar, dunianya hancur sekarang.

Matanya tak bisa berbohong lagi bahwa dirinya benar terluka, Air matanya keluar untuk menangisi kepergian Sastra, isakan yang mulai terdengar dalam pendengaran.

"Sastra"lirih tak berdaya Lentera

"Sastra hiks, Maaf, Maafin aku hiks"Lenteran mendekap gundukan itu dengan erat

"Maafin aku hiks Sastra, kamu pasti kesakitan hiks, aku gak pernah ada hiks buat kamu"

"SASTRA AKU MOHON HIDUP LAGI HIKS, HIDUP LAGI SASTRA, hi.dup sama a hiks ku"teriak Lentera kemudian memelan

Leo tak tega melihat Lentera menumpahkan keluhnya, dirinya tak bisa menyentuh Lentera, yang dia lakukan hanya mendang Lentera sembari menahan air matanya.

"Sas.tra, hiks bang.ngun hiks, bang.ngun Sastra, kamu ga boleh pergi hiks"

Isakan tangis Lentera terus berlanjut, dengan Leo yang tak bisa berbuat apa apa, Alunan melihat semua yang terjadi dengan ditemani Air mata tentunya, Ia memutuskan mendekati Lentera, memeluk Gadis itu yang masih menangis tersendu sendu.

Lentera menerima dekapan Alunan yang berada di sampingnya.

"Sastra hiks, ini Lentera, Lentera dateng hiks"

---

Early Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang