Early-20

11 3 0
                                    

happyreading
-
-
-
-

Bangku sekolah dasar yang tak akan pernah terlupakan kenangannya, tumbuh bersama, menghabiskan waktu kanak-kanak bersama, dan akan bertranformasi menjadi seorang remaja, menjumpai dunia yang berbeda dan akan terus menerus berubah, hingga pada akhirnya dunia dan alam semesta berakhir karna di hancurkan sang pencipta.

Sastra tengah berjalan santai menuju kelasnya, melewati beberapa loker dan tangga untuk singgah di tujuannya, kakinya menginjak satu persatu anak tangga hingga terus keatas, sekolahnya terbilang sekolah elite dan tentu juga menghasilkan murid-murid berprestasi, seperti dia contohnya, Sastra selalu di juluki putri biologi, dirinya amat suka dengan pelajaran yang mempelajari
tentang fisik kehidupan itu.

Perjalanan Sastra terhenti kala melihat seorang yang berhenti di depannya.

"Sastra, dari mana aja, aku nyariin kamu loh"seru orang tersebut

Sastra menatap manik orang itu dalam, enggan mengalihkan pandanganya, hingga dirinya tersadar dan mengarahkan sorot matanya kesembarang arah.

"Ada apa kamu cari aku Utara?"

Dia Utara, anak lelaki yang tergolong tampan hampir menyaingi Sakala, dia juga berprestasi, hingga banyak yang menyukainya, yah kalian tau bukan bagimana suka-sukanya anak SD, mendramatis.

"Nih, kamu pasti belum makan karna sibuk dengan tumpukan buku itu, aku rasa ini cukup untuk mengganjal perut"serunya sembari menyerahkan satu bungkus roti coklat kepada Sastra, dan tak lupa senyum yang di gadang gadang menjadi senyum termanis yang sendari tadi dia tampilkan.

Sastra menerima pemberian Utara dengan senyum"Makasih Utara"dan di balas dengan senyum pula.

-
-

"Alunan, kamu mau ikut aku ke perpustakaan gak?"tanya Sastra

"Kayaknya aku kena virus males bergerak deh tra, kamu aja sana, puas-puasin tuh liat buku, tapi jangan sampe aku dapet kabar kamu nikah sama buku"balas Alunan santai

Sastra menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Alunan, Alunan itu sangat malas kalau di suruh berurusan dengan yang namanya belajar, membuat pusing, tapi harus tetap disiplin.

Sastra melangkah seorang diri menuju perpustakaan yang berada di lantai bawah, melihat bergemuruhnya anak-anak kecil yang sedang bermain, terkadang dirinya tertawa sendiri melihat bagaimana anak-anak kecil itu bermain, untung saja belum beredar gosib bahwa dirinya gila karna tertawa sendiri.

"Sakala, buku catatan yang kamu pinjem balikin aku mau nulis di sana"seru Sastra yang tengah berada di samping Sakala.

"Ketinggalan di rumah, besok deh aku bawa"

Sastra menatap Sakala malas, selalu saja begitu Sakala meminjam catatan tapi selalu terlambat mengembalikan.

"Awas ya kamu lupa lagi"

Setelah mengucapkan kata itu, Sastra melangkah pergi meninggalkan Sakala yang sedang sibuk melihat ke arah lapangan.

Sesuai tujuan awalnya, Sastra menuju ke perpustakaan sekolah, menelusuri rak-rak berisi buku-buku yang sudah di tata dengan sedemikian rupa.

Membawa beberapa buku dalam genggaman kedua tanganya, berjalan menuju tempat yang di sediakan untuk para pembaca, membaca satu persatu halaman buku dengan tenang.

"Sastra"panggil seseorang dari ambang pintu.

Orang itu melangkah mendekat dan mendudukan dirinya tepat di sebelah Sastra dan langsung menaruh kepalanya di atas meja dengan gestur lesu.

"Katanya gamau ikut, kenapa malah nyamperin"seru Sastra tanpa berpaling dari bukunya.

"Bosen di kelas, lagi pada beradu mulut tuh, sama kelas B"jawab Alunan, itu Alunan yang menghampiri Sastra.

"Kenapa pada berantem"

"Ya kaya biasa lah, dengki dan iri hati memang fatal akibatnya"Sastra terkekeh mendengar seruan Alunan yang sengaja di buat buat.

"Oh iya, tadi Sakala cari kamu di kelas"ujar Alunan lagi

"Dia bilang apa aja?"

"Gaada dia cuman bilang kamu dimana, terus pergi"

"Cinta segitiga akan membuat salah satunya terluka, dan sulit untuk melupakannya"Alunan dengan nada mendramatisir, Sastra menatap janang Alunan yang sudah mulai kehilangan kewarasannya.

"Pilih salah satu dong Sastra, kasian Bulan, menunggu kepastian juga tuh"

"Kamu suruh aku masuk ke dalam neraka hah"ucap Sastra dengan sengit

Alunan meringis mendengar ucapan Sastra"Bercanda, lagian nih ya, kalian tuh udah kenal dari kecil, kenapa harus suka-sukaan sih"

"Kamu ga bisa ngatur perasaan seseorang Alunan"

"Tapi kamu emang pantes buat di sukain sih, secara kalian udah kenal dari kecil udah tau tuh bentuk muka dari kecil sampe segede ini, nah liat sekarang udah cantik banget, wah sudah pasti hawa untuk memiliki membara"Alunan

Sastra menggelengkan kepalanya"Dari pada kamu ngomong terus mending nih kamu baca itu buku"seru Sastra sembari menyerahkan sebuah buku tepat di tangan Alunan, mau tak mau Alunan harus mengambilnya dan mulai membuka buku itu.

--

"Cukup, aku pusing mikirin hidup"seru Alunan pasrah

Sudah begitu lama mereka berada di dalam ruangan yang berisi begitu banyak buku itu, entah berapa kali Alunan berpindah posisi, melakukan hal hal aneh, dan dia terheran dengan Sastra yang begitu anteng membaca.

"Aku bingung mikirin hari besok dan besok, besoknya lagi"ujar Alunan lagi

"Jangan terlalu memikirkan tentang bagaimana hari esok, nikmati dan syukuri hari ini, karna esok belum tentu kamu merasakan hal yang kamu rasakan hari ini, untuk hari esok kamu tinggal harus mengikuti alurnya dan begitu seterusnya, saat kamu merancang untuk hari esok dengan sedemikian rupa rancangan mu bisa di hancurkan Tuhan kapan saja, Belajar mensyukuri apa yang ada dalam hidupmu sekarang, karna semua sesuai porsinya."

Alunan menatap takjub Sastra, dirinya terkesima dengan sosok Sastra yang memang di gilai banyak orang.

---

Early Where stories live. Discover now