Early-27

3 0 0
                                    

happyreading
-
-
-
-

"SAKALA BUMI MAHTARA"teriak Sastra di dalam kelas

Seisi penghuni kelas menatapnya bingung, kenapa Sastra berteriak heboh.

"Sastra obat mu habis?, ngapain teriakin nama Sakala?"tanya Alunan

"Sakala kurang ajar, gatau di untung, mana dia, minta di kubur hidup-hidup?"serka Sastra

Alunan menatap heran Sastra, Sastra memang bermulut pedas tapi dia jarang mengeluarkan itu, pasti Sakala sudah membuat kesalahan besar kepada Sastra.

"Sakala tuh di lapangan"beritahu Alunan

Sastra langsung melangkah keluar kelas dengan perasaan dongkol, dirinya amat marah sekarang, Sakala memang harus di beri pelajaran.

Si sumber kemarahan Sastra malah tengah asik bermain dan bercanda dengan teman-temannya, tertawa ringan tanpa ada rasa bersalah.

"Sakala kamu kurang ajar, kenapa buku aku jadi begini, itu catatan udah penuh coret-coret Sakala"amuk Sastra dengan mata yang berkaca-kaca

Pasalnya buku yang di pinjam Sakala kemarin sekarang sudah penuh dengan coretan di setiap bagian, apalagi itu adalah buku cacatan kesayangan Sastra, dia menulisnya dengan cantik dan sepenuh jiwa.

"Eh eh, jangan nangis, coret-coret gimana sih, orang tadi aman-aman aja kok"elak Sakala

"Nih liat, udah gak berbentuk Sakala, ini gimana hiks"lihat lah Sastra sudah menangis.

Jika itu menyangkut barang-barang yang menurut Sastra amat berharga dia akan menjadi sangat sensitif.

Sakala menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, dirinya juga bingung, semalam buku itu dalam keadaan baik-baik saja, tadi pagi dia langsung memasukan kedalam tas tanpa mengeceknya terlebih dahulu, sepertinya ini ulah adiknya, siapa lagi kalau bukan adiknya yang mencoret-coret buku itu.

"Ya udah deh nanti aku tulis ulang semuanya, udah dong jangan nangis"

"Gak mau!, tulisan kamu jelek Sakala"jujur Sastra

Sakala mendengus sebal"Terus mau gimana, aku beliin buku aja ya?"

"Terus aku yang nulis ulang gitu"seru Sastra sembari menggelap air matanya.

"Katanya tulisan aku jelek, terus mau gimana"bingung Sakala

"Tapi capek nulis lagi"lirih Sastra menahan tangis

"Hey, kenapa nangis?" tanya Utara, dirinya berjalan ingin kembali ke kelas namun terhenti saat melihat Sastra yang menangis di hadapan Sakala

"Buku hiks, rusak hiks, capekk!" rengek Sastra

"Kenapa sih kal?"tanya Utara pada Sakala

"Bukunya di coret-coret adik ku, terus ku tawarin aku yang nulis ulang ga mau katanya tulisan ku jelek"jelas Sakala

"Jangan nangis lagi, biar aku yang nulis ulang ya, tulisan ku bagus"ujar Utara

Sastra kembali mengusap sisa air matanya, menatap Utara yang tengah menatapnya lembut.

"Kamu yang nulis"tunjuk Sastra kepada Utara, Utara menganggukan kepalanya.

"Makasih ya udah menawarkan diri, tapi gausah deh biar aku aja, Sakala bener ya mau beliin bukunya"seru Sastra mengintimidasi Sakala.

"Tapi tadi katanya capek, biar aku aja"pinta Utara

"Sut, Utara, Sastra bisa sendiri kok, Sakala ditunggu bukunya jangan lama-lama"lenggang pergi Sastra.

--

"Capek ga?, nih roti coklat kesukaan kamu"ucap Alunan sembari meletakan roti coklat di meja.

"Capek juga ya, pengel nih tangan"keluh Sastra

"Makasih Alunan, emang paling ngertiin deh"lanjut Sastra

"Bentar lagi kita Smp, mau di Smp mana?"tanya Alunan

"Engga tau"

"Aku mau ikutin kamu aja, kamu ke kutub selatan pun aku ikut Sastra"

"Bercanda kamu ngeri Alunan, nanti kalo aku ke alam baka kamu mau ikut juga?"tanya nyelneh Sastra

"Bercanda kamu lebih ga waras, lagian nih kita harus mati dulu baru ke alam baka"omel Alunan

Sastra terkekeh kecil"kamu yang mulai, aku ladenin lah"

"Oh iya tumben kemana Bulan biasanya dia ada di mana-mana"tanya Sastra

"Iya dia ada di mana-mana kaya setan kan"

"Panjang umur, nih anaknya dateng"seru Alunan karna Bulan datang saat mereka menyebut namanya, seperti hantu saja.

"Ngomongin aku ya, suka banget gosipin Bulan yang cantik membahana ini"ucap Bulan sembari mengibaskan rambutnya

"Cantik membahana dari hongkong, nih ya Bulan, kadang kita tuh jadi manusia harus sadar diri, sadar posisi"serka Alunan

Sastra menahan tawanya mendengar perdebatan Alunan dan Bulan tanpa ada niat ikut campur dalam pembicaraan.

"Alunan sirik banget jadi orang, orang sirik tanda tidak mampuh, sana belajar mampuhin diri dulu"

"Nenek lampir kalo ngomong suka bikin darah tinggi ya tra, untung ga punya riwayat penyakit asma, bisa mati gara-gara serangan jantung aku"

Sastra tidak bisa menahan tawanya lagi, Alunan sugguh membuat ginjalnya sakit.

"Kalian nih suka banget ya ribut, tapi lucu, terusin deh"seru Sastra di sela-sela tawanya

Alunan dan Bulan mendengus sebal mendengar seruan Sastra, mereka saling memandang sengit.

"Sastra, nih, makanan biar semangat, gimana udah selesai?"tanya Utara, tadi Utara masuk ke dalam kelas mereka tanpa permisi, slunang slunung slamet.

Kenapa Utara seperhatian itu kepada Sastra, dirinya terlalu mengharapkan yang belum pasti sampai lupa bahwa semua sudah tercatat dan dia tidak bisa merubah apapun ketentuan yang sudah Tuhan tulis untuknya.

"Heh Utara, selatan, timur, barat, kalo mau pendekatan tuh jangan yang biasa-biasa aja, harus yang luar biasa, ya gak Alunan"ujar Bulan semangat

"Heh Bulan tapi ga bersinar, bisa aja, semua tuh dimulai dari yang biasa dan akan menjadi luar biasa, yaampun aku puitis banget, ini pasti karna temenan sama Sastra"

"Alunan, Bulan, diem. Emm Utara, makasih ya, tapi maaf kita belum pasti, dan gak tau itu akan terjadi atau engga, jadi jangan berlebihan"seru Sastra dengan sangat lembut takut menyakiti hati Utara.

Utara tersenyum lembut kepadanya"Aku tau Sastra, tapi aku ga akan pergi gitu aja sebelum tau kebenarannya, bahwa kamu itu miliku atau bukan"ucapnya dan langsung pergi menjauh.

"Ditolak emang sakit, tapi mempertahankan yang belum pasti sakitnya jadi double"dramatis Bulan.

---

Kalian tim Sakala atau Utara nihhh..
komen dongg!!

Early Onde as histórias ganham vida. Descobre agora