Prolog

82 14 13
                                    

Aku nggak pernah suka penyihir. Mereka aneh dan tidak logis. Mereka menentang hukum alam, menghambat perkembangan kecerdasan manusia, dan mengganggu tatanan kehidupan. Seharusnya mereka tak pernah ada di sini, hidup beriringan dengan manusia biasa.

Walau jika mereka tak pernah ada, aku mungkin tak akan pernah lahir ke dunia ini.

Uh, bukan. Aku bukan anak penyihir. Cuma, proses melahirkanku dibantu mereka. Dan sampai sekarang, aku masih merasa hina karena itu.

Aku juga masih tidak bisa memaafkan diriku yang sempat mengagumi sosok mereka. Itu terjadi ketika aku masih kecil, masih belum banyak mengerti. Saat itu kupikir mereka keren, bisa menciptakan api dari udara kosong, bisa menggerakkan benda-bend tanpa menyentuh, bahkan mengobati manusia-manusia dengan mudah hanya dengan merapal mantra.

Sampai aku menemukan hal yang jauh lebih keren, sains!

Ini dimulai di liburan akhir tahun sekolah. Saat itu, di sekolah, kami sebagai manusia biasa memang hanya memelajari ilmu-ilmu sosial dan tidak menyentuh sihir sama sekali. Aku yang sedang tertarik dengan sihir dan memang pada dasarnya suka membaca, mulai menghabiskan hari-hari liburan dengan membaca buku-buku tentang sihir dari perpustakaan.

Hari itu, hari di mana pandanganku terhadap sihir akhirnya berubah, paginya aku sedang pergi ke perpustakaan untuk mencari buku sejarah sihir modern seri kedelapan.

Aku melewati penjaga perpustakaan baru yang terus-terusan bertanya, "Kamu betulan membaca ini semua?" ketika aku menandatangani pengembalian seri sebelumnya---wanita itu sebelumnya mentertawaiku yang mungil ini saat membawa buku seri ketujuh, sembari berkata, "Memangnya bakalan dibaca itu, Nak?"

Aku melewati tikar yang dipenuhi orang dewasa yang sedang membaca, sekali dua kali hampir menabrak buku yang terbang oleh sihir. Di perpustakaan ini, buku-buku memang bisa datang sendiri ketika dipanggil, tetapi aku lebih suka berjalan langsung sambil melihat-lihat buku lain yang ada di rak.

Di rak yang kutuju, di antara buku-buku sejarah sihir yang lusuh ada, satu buku dengan sampul mengilap---kurasa ada lapisan emasnya!--- dengan mudahnya menarik perhatianku. Sejenak, aku melupakan apa yang ingin kupinjam, tidak mungkin buku sekeren ini dilewatkan.

Kuambil segera buku itu dengan hati-hati. Bobotnya agak berat karena bahan sampulnya yang tegak, jauh berbeda dengan buku-buku yang biasa kupinjam. Perkembangan Sains di Dunia.

Sains?

Kata ini terasa begitu asing. Karena penasaran, aku mencoba membaca buku ini. Kuresapi kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, halaman demi halaman, bab demi bab. Dalam sehari, aku yang sama sekali tak tahu menahu tentang sains berubah menjadi penyuka sains. Jam pun ikut berubah, tiba-tiba saja sudah sore dan perutku keroncongan.

Hari demi hari kuhabiskan di perpustakaan karena keesokan harinya dan keesokan harinya lagi, buku baru tentang sains terus saja muncul. Kecepatan dan ketahanan membacaku semakin menggila, aku bahkan tak pernah membawa buku ke rumah lagi karena sudah tahan seharian membaca di sana. Di titik itu, aku belum mulai membenci sihir, masih netral-netral saja dan menyukai keduanya.

Sampai ketika buku tentang runtuhnya sains muncul.

Diceritakan di buku itu, bahwa pada pertengahan abad ke-21, yang artinya dua abad yang lalu, terjadi kekacauan di planet tempat kita tinggal. Makhluk dari luar angkasa menyerang, membawa teknologi yang jauh lebih maju dari pada milik kita.

Penduduk bumi hanya bisa tunduk, karena kekuatan mereka jauh dibawah makhluk-makhluk itu. Setiap hari manusia dieksploitasi, sumber daya alam dikuras terus, tangisan dan jeritan tak pernah luput dari telinga. Kematian sudah bukan hal yang tidak wajar.

Di tengah keputusasaan, kaum penyihir akhirnya menunjukkan taring. Dengan menggunakan sihir, mereka dengan sekejap melumpuhkan makhluk-makhluk dari luar angkasa itu. Kedamaian kembali tercipta di bumi.

Yang terjadi setelahnya membuatku benci kepada mereka. Penyihir-penyihir itu menggoda para manusia, membuat mereka mengandalkan sihir dalam segala hal. Tatanan dunia berubah, penyihir dihargai di atas segalanya. Dampak dari kepraktisan sihir membuat manusia berhenti mengembangkan teknologi mereka, sampai pada akhirnya nyaris dilupakan.

Padahal ... andai saja penyihir tidak ikut campur dengan kehidupan manusia, bisa saja saat ini teknologi yang dikembangkan sudah setingkat, atau bahkan melebihi milik makhluk yang menyerang beberapa abad lalu. Selain itu, pemikiran kita pasti bisa jauh lebih berkembang, tidak seperti sekarang yang apa-apa serba santai karena mengandalkan produk dari penyihir.

Suatu hari, aku ingin mengubah kembali cara kerja dunia ini! Sains akan kembali berkembang!

Oh, jangan dipikir aku hanya sekadar omong saja dari tadi, berkoar-koar ingin mengembalikan sains tanpa aksi nyata. Besok, di umurku yang akhirnya delapan belas tahun, aku akan mendaftar ke salah satu lembaga penelitian sains tersembunyi! Kemarin kebetulan kutemukan brosurnya di lantai perpustakaan.

Hohoho, aku akan jadi bagian dari revolusi!


Witch's HouseWhere stories live. Discover now