24

20 6 2
                                    

"Dengarkan aku baik-baik. Kalian berdua, pindahkan dulu semua tubuh-tubuh manusia bekas monster tadi ke dalam jangkauan para medis. Medis, lindungi mereka dengan sihir pelindung, kalau tidak roh sihir itu akan dengan mudah mengubah mereka lagi menjadi monster."

Pak Rio dan Kak Lily yang ada di samping Ketua langsung mengangguk, kemudian mulai menggumamkan sesuatu dari tempat mereka berdiri sambil memejamkan mata.

"Kalian berempat, anak-anak pelumpuh dan penyegel, mulai konsentrasi dari sekarang. Kita akan menyegel semua monster terlebih dahulu. Kaca Mata, yang tadi menyerang bersamaku, dan pelumpuh yang tadi terluka, langsung gunakan sihir pemindahan kalian ketika monsternya sudah kembali menjadi manusia. Kita akan menyegel dua monster dalam sekali waktu, langsung beri tanda kalau kalian mulai lelah atau kehabisan energi."

"Baik!"

Pak Rio membuka matanya. "Pemindahan sudah selesai."

"Kerja bagus. Kalian berdua yang akan menyerang duluan untuk saat ini, dengarkan instruksiku mengenai yang mana yang harus diserang. Pelumpuh dan penyegel, begitu api muncul, langsung keluarkan sihir kalian. Bersiap!"

Dua orang yang berdiri di samping Ketua itu telah dalam posisi siaganya, tangan kanan diluruskan ke depan, telapak tangan mengarah ke para monster. Kami yang di belakangnya mengikuti, sama-sama bersiap mengarahkan telapak tangan.

"Mulai dari dua monster paling kanan!"

Percikan api mulai muncul dari telapak tangan mereka berdua, membesar dan meluncur ke arah dua monster yang ditunjuk.

"Lumpuhkan dan Segel!"

"Oslobo som to!" aku merapal mantra dengan suara kecil karena tadi para penyerang juga tak mengucapkan mantra dengan keras. Kusadari bahwa gadis pelumpuh di sebelahku masih belum mengeluarkan sihirnya. "Ugh, oslobo som to!"

"Ma-maafkan aku! Masih terlalu gugup ...."

"Setelah ini jangan begitu lagi," ketua memperingatkan. "Dan sepertinya ... kalian para penyegel perlu menambah kekuatan dan mengulangi lagi."

Dua lelaki remaja yang bertugas untuk menyegel saling berpandangan dengan bingung. Monster yang kulumpuhkan tadi sudah tak bergerak sama sekali, tetapi belum ada yang roboh seperti ketika pria berkaca mata sebelumnya melakukan penyegelan.

"Baik, ayo kita ulangi dengan sihir yang lebih tinggi!"

Tak seperti tadi, kini mereka memejamkan mata dan menyatukan kedua tangan di depan dada, mulut komat kamit seperti membisikkan sesuatu. Mata kembali membuka, tangan mereka arahkan ke monster yang sedang terdiam dengan cepat. Dengan kecepatan tinggi, percikan cahaya melayang dari telapak tangan menuju tubuh kedua monster itu.

Keduanya roboh tak lama kemudian. Yang bertugas untuk membawa tubuh mereka ke sini langsung bergerak, dalam sekejap tubuh mereka telah tiba di dekat kami.

"Ah, artinya memang kita perlu menggunakan sihir yang tingkatannya lebih tinggi!"

"Bersiap lagi! Dua yang paling kiri!"

Pak Rio dan Kak Lily menyerang. Tanpa aba-aba lagi, ketika api mulai timbul di tubuh monsternya, aku langsung memantrainya menggunakan sihir pelumpuh. Gadis di sebelahku juga langsung bertindak, dia memunculkan rantai besi untuk mengikat dan melemahkan monster satunya. Dari tadi terlihat seperti orang gugup dan linglung, ternyata ilmunya tinggi juga. Kedua monster juga langsung roboh beberapa saat kemudian, dan tubuh mereka langsung terbawa ke sini.

Senyum mulai terkembang di bibirku, sepertinya kami akan berhasil melakukan ini dengan baik. Jadi penyihir ... tak buruk juga.

"Kerja bagus, pertahankan!"

"Huh ... kalian ternyata boleh juga. Formasi tidak acak-acakan seperti kumpulan penyihir yang menghadapi rekanku, kekuatan kalian juga cukup untuk menangani monsterku dalam satu kali serangan kombinasi. Kurasa tak bisa kuremehkan lagi ...."

Setelah kalimat yang diucapkan dengan suara serak itu selesai, kulit monster-monster di depan kami mulai mengeluarkan cahaya terang. Cahaya di mata mereka juga semakin menyala-nyala, kelihatannya makhluk aneh itu melakukan sesuatu pada monster-monster ini.

Enam monster yang tersisa tiba-tiba maju dan menggerakkan lengan mereka, dibarengi suara tawa si makhluk aneh yang menggelegar.

"Medis, sekarang buat kubah pelindung yang kuat untuk melindungi kita semua!"

Pukulan dari para monster hampir saja menghancurkan kami, untung saja kubah semi transparan sudah terbentuk. Monster-monster ini menyerang dengan tidak wajar, terlalu cepat untuk tubuh sebesar dan berbentuk seperti mereka.

"Kami tak akan kuat menahan kubah ini lama-lama!"

"Kita sepertinya tak akan bisa lagi menggunakan taktik dua-dua seperti tadi. Kali ini, kita semua perlu mengerahkan semua kekuatan dalam satu kali serangan untuk mendiamkan mereka sekaligus. Semua bersiap!"

Empat orang penyerang dengan kompak menciptakan api di tubuh para monster, membuat mereka semua berhenti menyerang karena panik dengan api. Aku buru-buru menyihir dua monster yang belum terdampak rantai ciptaan dua pelumpuh lainnya.

"Tidak semudah itu!"

Keenam monster itu memang sempat terdiam dan terjatuh, tetapi tak berselang lama, mereka kembali bangkit setelah makhluk yang berdiri di bahu mereka merapal sesuatu dan memancarkan cahaya berwarna hitam.

"Ah ...," Ketua meringis, kemudian terdiam untuk berpikir beberapa saat. "Kalau begitu ... Anak Spesial dan Kaca Mata, siapkan sihir terbaik kalian. Kita bertiga akan menuntaskan ini dengan cepat dan kuat, agar si roh sihir tak punya bisa meregenerasi mereka lagi."

"Kenapa cuma kita bertiga?" protesku.

"Aku tahu kalian berdua memiliki energi lebih dari yang lain. Anak Spesial, sejak tadi dirimu tak pernah menggunakan sihir tingkat tinggi, tapi saat ini kita benar-benar perlu menggunakannya. Keluarkan sihir terkuatmu sekarang."

Dia tak tahu saja ... sihir terkuat yang benar-benar kukuasai adalah sihir pelemah tadi. Kalau begitu, ini saatnya untuk mencoba sihir yang baru kuketahui cara mengucapkannya. Semoga saja berhasil.

"Akan kumulai, ya. Kau, gantikan aku memberikan aba-aba ke pelumpuh dan penyegel."

Ketua menciptakan sesuatu semacam pedang yang berwarna merah menyala dengan sihirnya. Dia membisikkan sesuatu, kemudian mulai berlari keluar dari kubah.

"Berani sekali, padahal ini sangat berisiko," komentar Pak Rio. "Walau serangannya jarak dekat akan lebih kuat, sehingga sekalian merusak sebagian tubuh monsternya dan membuat roh sihir tak bisa menggunakan mereka lagi, tindakannya tetap sangat berbahaya. Apalagi saat monster-monster itu menggila, kalau sihir pelumpuh dan penyegelnya tak langsung bekerja, bisa-bisa dia celaka."

Ah ... hal ini makin membebaniku. Aku mencoba memusatkan pikiran dari sekarang, semoga saja dengan ini kemungkinan berhasilnya meningkat. Kuingat dengan persis, untuk melakukan sihir pelumpuh tingkat tinggi yang akan kugunakan, yaitu memunculkan rantai keemasan dari dalam tanah. Aku perlu memejamkan mata dan menyatukan tangan di depan dada untuk memperoleh hasil maksimal.

"Serang sekarang!"

"Prozovom lonoc, zopocotom oh svojom snogom, oscrpom njohovo onorgojo!"

Kurasa aku melafalkannya dengan cukup baik, tak sia sia berlatih mengucapkan berkali-kali di bus dan waktu istirahat tadi!

Aku mulai membuka mata. Monsternya masih menyerang dengan bebas, tanpa rantai yang mengikat mereka. Ketua yang masih menyerang para monster, mulai bisa ditanggulangi serangannya oleh mereka yang cepat beradaptasi dengan serangan sihir. Lelaki itu terlempar ke arah kami, untung saja Kak Lily dan Pak Rio berhasil menangkapnya.

Sihirku barusan ... gagal?

"A-aku sepertinya tak bisa lagi menahan kubahnya, serangan mereka telah melewati batas pertahanan!"

Pelindung kami satu-satunya lenyap.


----

#anjay tumben 1k.

#anjay balik jadi geng jendela.

#gajadi habis berantemnya bab ini, lanjut bab berikutnya aja biar ada gantungnya.

Witch's HouseHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin