17

18 8 3
                                    

"Kenapa belum keluar kamar dari tadi, sih?" dari pintu, Penyihir Sensian bertanya dengan gusar. "Jangan malas, jangan manja!"

"Uhuk, uhuk .... Apa? A-aku tidak mendengarmu dengan jelas."

"Oh ... sedang sakit, ya?" Dia berjalan untuk melihatku lebih dekat---tapi tetap saja dia tak bisa melihatku karena aku membenamkan diri di dalam selimut. "Ya, sudah, istirahat dulu, sana. Aku mau pergi sampai beberapa jam ke depan, tapi jangan lupa makan. Dan ... uh, aku membawakan beberapa buku baru, kutaruh di meja, ya."

Terdengar suara langkah kaki, kemudian pintu dibuka dan ditutup. Aku mengintip sedikit dengan memunculkan kepalaku. Setelah yakin bahwa Penyihir Sensian sudah benar-benar keluar, aku akhirnya bisa tersenyum lega.

Tahap pertama, berhasil! Setidaknya dengan ini, Penyihir Sensian tak akan langsung panik ketika kehadiranku tak terasa sama sekali. Ini akan memberi waktu yang cukup.

Hari ini aku berencana untuk keluar dari sini. Mungkin tak selamanya, kecuali tempat yang kutuju mau menampungku di sana. Kalau memang aku harus kembali, aku akan ke sini lagi di sore hari, ketika aku sudah puas melakukan apa yang ingin kulakukan di luar.

Aku menuju ruang makan beberapa menit kemudian, mengisi perutku sebelum melakukan perjalanan hari ini.

"Ah, akhirnya kamu bangun." Si wanita kurus duduk di hadapanku, disusul dengan suaminya yang ikut duduk di sampingnya. "Kamu yakin, kita bisa bekerja di sana?"

Aku mengangguk. "Orang-orang di Lembaga Penelitian Sains pasti baik-baik, mereka pasti mau menerima kalian, kan dulunya kalian peneliti."

"Tapi sebenarnya itu---"

Belum selesai si lelaki berbicara, istrinya sudah memotong. "Ah hahaha, iya. Semoga mereka mau menerima kami. Tapi, kenapa kamu ikut ke sana juga? Jujur masih penasaran, kenapa penyihir muda sepertimu mau ke tempat penelitian sains? Bukankah dua hal itu hampir tak ada hubungannya, ya?"

"Sudah sempat kubilang, aku tak mau jadi penyihir. Aku ingin jadi peneliti!"

***

Karena memang hari ini jadwal sepasang suami istri ini untuk pulang, Penyihir Sensian tak memasang sihir pengunci pada pintu keluar. Kami keluar sambil menggendong tas, berjalan kaki sampai ke Lembaga Penelitian Sains yang memang tak begitu jauh dari sini.

Tak berselang beberapa lama, bangunan yang luarnya didominasi dengan waran merah bata mulai terlihat. Ini bangunannya! Di sisi depan, tulisan Lembaga Penelitian Sains Gillford yang tercetak dengan warna keperakan langsung menarik perhatianku.

Aku setengah berlari masuk ke dalam, meninggalkan sepasang suami istri yang masih berjalan dengan santai. Baru masuk, aku disambut pemandangan orang berlalu lalang, memijak lantai berwarna putih bersih yang serasi dengan dinding berwarna sama.

Aku berjalan lurus sampai ke meja berwarna merah di depan, yang dijaga seorang wanita berseragam serba putih. Kurasa ini pusat informasi.

"Permisi, Mba ...."

"Ah, pasti kamu salah satu peserta program tur sains untuk remaja!" Eh? Aku belum mendaftarkan diri untuk program apa-apa, sih. Tapi ... kalau disuruh ikut begini jelas aku tak akan menolak, jadilah aku mengangguk. "Cepat, cepat, acaranya baru saja dimulai! Oh ... kamu pasti tak tahu acaranya ada di mana. Ryan, Ryan! Antarkan dia ke ruang pertemuan nomor empat!"

Seorang lelaki dengan seragam yang sama seperti si wanita datang ke sini, lalu menatap ke arahku. "Ayo ikut kakak." Kemudian dia berjalan lurus ke arah kanan.

Aku dengan senang hati mengikutinya, tak sabar dengan apa yang akan disuguhkan di tur sains!

Witch's HouseWhere stories live. Discover now