13

15 8 2
                                    

Aku baru saja mematikan cermin yang sejak tadi kembali menyiarkan tentang inovasi baru para penyihir ketika suara langkah kaki beberapa orang terdengar. Penyihir Sensian sudah kembali? Aku mengintip dari sini, sambil mengusahakan agar tubuhku tak terlihat dari luar.

Beberapa sosok berjubah hitam, kurasa tiga orang, masuk beriringan ke dalam kamar yang ada di tengah. Setelah pintunya ditutup, aku keluar dari ruang makan, lalu mendekat ke arah pintu kamar tersebut, siapa tahu ada suara-suara yang bisa kucuri dengar.

"Minggir, minggir," hardik Penyihir Sensian, yang tanpa kusadari tiba-tiba ada di sampingku. "Jangan ganggu dulu, ada situasi penting. Orang yang tak berkepentingan balik ke kamar dulu!"

Dibegitukan, jelas aku tersinggung. "Oke!" Aku menghentakkan kaki ketika berjalan, alis ditekuk dan bibir cemberut. Aku betulan tak akan ikut-ikut, bahkan ketika dimohon-mohon! Aku akan diam di sini!

***

Bosan ....

Sejak dua jam ini aku hanya di kamar, berniat kukuh dengan prinsipku untuk diam di tempat ini saja. Tapi lama kelamaan aku mati gaya, tidak tahu harus melakukan apa dan berakhir dengan kebosanan. Mau tidur juga tak ngantuk sama sekali.

Sepertinya di luar seru sekali ... beberapa menit yang lalu kudengar suara langkah kaki lagi, sepertinya mereka sudah selesai dengan urusannya. Samar-samar terdengar suara tawa. Kalau terdengar sampai sini, artinya suara tawanya lumayan keras.

Aku turun dari kasur, berpikir untuk menengok sedikit, kemudian pindah ke ruang buku agar tidak mati kebosanan lama-lama di sini, persetan dengan prinsip yang tadi kutanam. Baru keluar sedikit dan menoleh ke arah ruang makan, kehadiranku sudah disadari oleh lelaki mungil yang duduknya menghadap ke arahku.

"Hei, sini!" serunya. Teman-temannya yang lain jadi menoleh ke arahku.

Dua orang lelaki dan satu orang perempuan, usia mereka sepertinya sepantaran atau beberapa tahun di bawah Penyihir Sensian juga agaknya. Salah satu lelaki dan si perempuan bertubuh gempal dan besar, sementara lelaki satunya bertubuh kurus tinggi. Si perempuan berambut hitam ikal, si lelaki kurus rambutnya keriting mengembang, sementara si lelaki gempal tak memiliki rambut.

Hmm ... kombinasi yang menakjubkan kalau dipadukan dengan Penyihir Sensian yang mungil, dengan rambut panjang dan janggut berwarna abu. Kumpulan penyihir yang nyentrik sekali.

"Kok malah melamun, sini ikut duduk!"

Aku tersadar, kemudian mengambil posisi di kursi yang kosong.

"Ini anak yang tiba-tiba bisa sihir itu, ya?" tanya si wanita gempal.

Oh, aku sudah diomongi di perkumpulan mereka ternyata. Hanya anggukan yang kugunakan sebagai balasan.

"Aku juga tak kenal dia," timpal si lelaki kurus. "Sepertinya memang benar dia bukan keturunan penyihir."

Memang, sih, penyihir di negara ini jumlahnya terbilang sangat sedikit, mungkin satu dari sepuluh ribu manusia, mungkin lebih sedikit. Tak heran penyihir di satu daerah saling mengenal satu sama lain, bahkan sampai ke keturunannya.

Tak ada angin tak ada hujan, si lelaki gempal tiba-tiba bertanya---yang lebih mirip tuduhan---sambil tersenyum, "Kamu pernah mengikat perjanjian dengan iblis atau makhluk sihir kuno sebelumnya, ya?"

"Tidak!" Enak saja menuduhku mengikat perjanjian dengan makhluk aneh!

"Ah, atau kamu malah sempat membuat perjanjian dengan roh sihir!"

"Tidak!" Lelaki ini sangat menyebalkan, ya. Tiba-tiba saja main tuduh tanpa alasan yang jelas.

"Oh, atau seorang penyihir yang sekarat mentransfer kekuatannya padamu demi kelangsungan sihir!"

"Hei, memangnya itu bisa dilakukan?" balas lelaki kurus sambil tertawa.

Si wanita dan lelaki gempal ikut tertawa, sambil sesekali menepuk meja. "Benar juga! Mana ada sihir seperti itu, ahahahaha!"

Aku berbisik ke Penyihir Sensian, "Kenapa teman-temanmu sepertinya agak gila?" Penyihir Sensian hanya tersenyum, kemudian mengangkat bahunya pelan.

Aku baru menyadari kenapa mereka bisa begini ketika melihat keempat gelas kosong di meja dituang minuman beralkohol. Haah, dasar penyihir. Beberapa jam yang lalu sibuk mengurus monster, sekarang sudah bisa bersantai sambil minum minuman beralkohol.

Witch's HouseWhere stories live. Discover now