1

28 10 0
                                    

"Bu, aku mau pergi sekarang ...."

Ibu yang sedang mengawasi piring-piring membersihkan diri mereka sendiri hanya mengangguk, sudah hapal dengan kebiasaanku yang tiap hari akan pergi ke perpustakaan.

Padahal hari ini aku tak akan ke sana!

Seusai mencerna makanan yang dimasak dengan panci yang bergerak sendiri---ugh, aku benci ini, tetapi di sisi lain aku tak mengerti cara memasak tanpa sihir---aku keluar rumah dengan membawa tas yang berisi kertas dan alat tulis. Di brosur mewajibkanku membawa itu, untung saja ayah yang merupakan pegawai sipil punya banyak persediaan.

Sehari-hari, aku menggunakan transportasi umum untuk berpergian. Yah, memang sih orang-orang seusiaku sudah mulai menggunakan alat transportasi pribadi, tetapi aku lebih senang menaiki prototipe bus---kendaraan dari dua abad lalu---karena ini salah satu langkahku mendukung sains!

Walau memang, bus-bus ini digerakkan menggunakan sihir juga. Hampir semua benda di sekitarku sudah dimantrai oleh para penyihir, agar kepraktisan ini bisa dinikmati oleh yang bukan penyihir. Kami hanya perlu memberi instruksi dengan benar, kemudian benda-benda itu akan menjalankan tugas mereka sendiri.

Yah, aku tetap menikmati berpergian dengan bus karena benda ini dirancang menggunakan teknologi hasil pemikiran manusia, tidak seperti sapu terbang yang digunakan teman-temanku. Kupikir, walau saat dewasa nanti diriku sudah legal untuk menggunakan portal teleportasi yang super praktis, tetap buslah yang akan kugunakan sehari-hari.

Di bawah sebuah pendingin---benda ini super keren, sayangnya sekarang dioperasikan menggunakan sihir alih-alih teknologi---dan empuknya tempat duduk bus, aku kembali membaca sekilas alamat tempat yang hendak kutuju. Aku bolak balik melihat ke rute bus yang terpajang, mencari nama kota tempat Lembaga itu didirikan.

Bus ini akan melewati satu kota sebelum akhirnya sampai di kota itu. Masalah sampai ke gedungnya dari halte ... kutanya saja sama orang sekitar ketika sampai nanti---walau aku tak yakin bertanya akan membantu, sejujurnya ini kali pertamaku naik bus sampai ke luar kota.

Aku merilekskan badan, punggung sepenuhnya menyender pada kursi, sementara tangan kurusku menggenggam dengan erat brosur yang barusan kulihat. Semangatku sedang meluap-luap, tetapi tetap saja aku harus bersiap untuk perjalanan yang cukup lama. Sepertinya aku ingin tidur dulu, toh masih jauh juga ....

***

Sebuah getaran, lebih tepatnya guncangan, menarikku dari alam mimpi.

"Huh," gerutuku setengah sadar, "ada apa, sih?"

"Busnya berhenti di Clamford, ini tujuan kamu, bukan?"

Aku mengucek mata, sambil mengumpulkan kesadaran. Sosok tinggi besar di sampingku adalah orang yang barusan membangunkanku. Ugh, badannya benar-benar seperti raksasa. Aku yang terbilang cukup tinggi di kalangan seusiaku saja merasa sangat kecil dihadapannya. Selain itu, badannya yang cukup atletis membuat orang ini terlihat mencolok di antara penumpang lain yang penuh lemak.

Ah, tak ada waktu untuk memperhatikan orang lain! Kubaca lagi alamat yang tertera di brosur.

Gedung nomor 15, Jalan Marikondo, Kota Clamford.

"Oh, iya." Aku buru-buru berdiri, kemudian berjalan menuju pintu keluar yang lumayan ramai dengan orang yang hendak keluar.

Di luar, ketika aku mulai bingung harus bergerak ke mana, kuputuskan untuk bertanya ke salah satu orang di sekitarku.

"Permisi, Anda tahu di mana Jalan Marikondo?"

Aku bertanya pada seorang wanita yang umurnya mungkin sekitar awal tiga puluhan, mengenakan jaket dan legging berwarna hitam yang kontras dengan kulit putih pucatnya. Ada yang berbeda dengan gaya rambutnya dari wanita-wanita lain di sekitar sini, lurus dan mengilap, tidak mengembang khas buatan para penyihir. Karena ini kuputuskan untuk bertanya kepadanya saja.

"Lumayan jauh dari sini sebenarnya ... selain itu aku tak yakin dirimu bisa mengingat jalannya yang lumayan rumit. Kebetulan ada suamiku yang menjemput dengan mobil, mau kuantar?"

Kupikir bukan ide yang buruk.

Witch's HouseWhere stories live. Discover now