Ini hari pertama aku ada di rumah Penyihir Sensian. Dari hotel tadi, aku dibawa dengan mobil untuk sampai ke sini. Sejujurnya, di perjalanan tadi aku sempat tertidur---ini gara-gara si Penyihir Sensian memantraiku untuk tak bisa bergerak lagi---jadi tiba-tiba saja aku sudah berbaring lagi di kasur ketika terbangun.
"Oh, sudah bangun." Lelaki itu tiba-tiba sudah ada di depan pintu, dengan pose berkacak pinggang dan mata abu-abunya menatap angkuh. Gara-gara rambut panjang kelabunya, ketika si Penyihir Sensian ini marah, aku sempat membayangkan dia sebagai ibu-ibu galak. Terima kasih kepada janggut yang bertengger setia di dagu, aku berhenti menyamakannya dengan ibu-ibu.
Tapi sebentar ... aku masih belum bisa bergerak! Mulutku pun masih dikunci olehnya.
"Hmmph, hmmph!"
Tubuhku kembali bisa digerakkan beberapa saat kemudian, mulutku menyusul setelahnya. "Hei---"
"Diam, jangan banyak bergerak, atau akan kukunci lagi tubuhmu," ancamnya. Aku tak jadi menggila, enggan merasakan sensasi tubuhku tak bisa digerakkan lagi.
"Oke, oke ...."
"Coba lihat ke kananmu, ada tali. Kalau suatu saat tiba-tiba tubuhmu merasakan kesakitan, tak usah teriak-teriak, langsung saja tarik tali ini sekali. Benda ini akan langsung mengirim sinyal ke saya, jadi saya akan datang secepatnya. Mengerti?"
Aku melihat ke kanan. Ada seutas tali yang menjulur dari celah langit-langit. Aha, tiba-tiba terlintas sebuah ide jahil di benakku.
"Mengerti!" jawabku sambil nyengir. SI Penyihir Sensian mengernyit melihatku, kemudian pergi tak lama kemudian.
Aku masih menunggu waktu yang tepat sambil duduk manis, dengan mata beriris hitam yang disipitkan dan bibir tipis yang membentuk senyum. Setelah Penyihir Sensian pergi cukup lama, aku menarik tali dan mengulur lagi, tarik lagi ulur lagi sampai berkali-kali agar dia terganggu.
Dan pada akhirnya aku berakhir dengan tubuh terkunci lagi. Setidaknya aku puas setelah menyaksikan wajah kesal dari muka sialan itu, mwahahaha!
