18

13 7 1
                                    

Aku benar-benar menikmati setiap jam dari tur sains ini. Untungnya, tak ada pengecekan tambahan untuk peserta tur, jadinya aku yang belum sempat mendaftar ini bisa lolos-lolos saja dan mengikuti kegiatan tanpa gangguan. Semoga aku selamat sampai akhir.

Di awal, kami dikumpulkan dalam ruangan besar dengan papan tulis yang ukurannya memenuhi dinding, lalu diperkenalkan dengan beberapa konsep dasar sains. Beberapa hal yang pernah kulihat tapi sekadar kulewati di buku, akhirnya bisa masuk ke otak dengan mudah ketika diterangkan.

Setelah istirahat makan siang---untung aku sempat mempersiapkan makanan untuk jaga-jaga---pemandu yang memperkenalkan dirinya dengan nama Bu Rosa membawa kami berkeliling melihat benda-benda sains di beberapa laboratorium. Dia didampingi Pak Rio, yang sejak tadi, entah kenapa, seperti sedang mengawasiku.

"Nah, benda ini adalah ...."

Ha, kan. Sambil menjelaskan saja dia terkadang suka melirik ke sini. Hmm ... aku mulai curiga. Jangan-jangan, orang itu mulai sadar bahwa aku adalah peserta gelap!

Aku melambatkan langkahku, dan membaur di barisan belakang ketika rombongan mulai bergerak ke tempat selanjutnya. Sudah ke belakang, eh bapak-bapak ini malah tiba-tiba insiatif jaga di belakang. Aku mempercepat langkahku untuk kembali ke depan. Dia malah kembali ke depan!

"Kenapa berhenti jaga di belakang, Pak Rio?" aku dapat mendengar Bu Rosa menyeletuk sambil menoleh ke arah rekannya.

"Sepertinya aman-aman saja, nggak ada yang perlu dijaga."

Aku kembali ke barisan belakang tak lama kemudian, berharap setelah ini dia tak mengikuti. Sayangnya lelaki berpostur tinggi dan gempal ini tetap saja mengikuti. Aku akhirnya memutuskan untuk ke depan lagi, dan akan ada di sana sampai tur selesai. Di mana saja tempatku akan tetep diikuti, jadi mending sekalian di depan.

"Kamu kenapa dari tadi maju mundur gitu, sih?" tanya salah seorang gadis berkacamata yang juga ada di barisan depan.

Aku nyengir, kemudian mengalihkan pandangan. "Ah ... bukan apa-apa."

Kudengar Bu Rosa juga mengomel, "Bapak jadi laki-laki kok plin-plan sekali, ya. Sudah, sana awasi di belakang saja, nggak usah maju-maju lagi."

Pak Rio yang agaknya tak punya pembelaan menurut, dan pergi ke belakang barisan.

***

"Tak terasa kita sudah ada di penghujung acara, hari sudah sore dan sebentar lagi malam ...."

Badanku juga sudah mulai penat, kutaksir sejak tadi kami berkeliling lebih dari empat jam---walau diselingi istirahat juga. Aku dan yang lain sekarang duduk di ruangan tempat awal kami berkumpul, kembali duduk di kursi masing-masing untuk mendengarkan penutupan tur sains.

Aku agak sedih tur ini sudah berakhir, kuharap acara ini berlangsung berhari-hari sebenarnya. Jadi sehabis ini, kurasa aku akan berbicara dengan Bu Rosa mengenai permintaanku untuk tinggal di sini sementara, sebelum akhirnya aku menemukan cara untuk pulang ke rumah.

Kalau ditolak juga tidak apa, sih, aku punya rencana untuk kabur di tengah-tengah perjalananku menuju tempat pelatihan penyihir, kemudian mencari halte terdekat, lalu pulang ke rumah. Tapi, kalau aku mau melaksanakan rencana itu, aku perlu kembali ke rumah Penyihir Sensian. Pasti aku kena marah habis-habisan gara-gara kabur hari ini.

Aku mulai menyiapkan mental sebelum dimantrai sihir yang membuat tubuhku tak bisa bergerak selama tiga hari tiga malam karena kemarahannya.

"Ugh ...," sepotong rintihan lepas dari mulutku, kembali kurasakan sakit di kepala.

Sejak sejam yang lalu, tubuhku mulai terasa lemas dan kepalaku serasa ditusuk-tusuk. Makin lma rasanya makin sakit, aku bahkan perlu usaha ekstra untuk mempertahankan kecepatan jalanku. Di beberapa waktu, rasanya kadang-kadang menghilang. Namun, setelah sempat menghilang, ketika muncul kembali sakitnya akan dilipatgandakan.

Sejak Bu Rosa memulai pidato penutupannya tadi, rasa sakitnya hilang lagi, sehingga aku bisa kembali berpikir dan melamun. Sekarang, ketika sakitnya muncul lagi, aku tak yakin bisa mempertahankan kesadaranku, karena kali ini tubuhku dibuat jadi sangat lemas.

"Ah, ternyata kamu kabur ke sini!"

Perkataan Penyihir Sensian adalah hal terakhir yang kudengar sebelum kesadaranku hilang. 

Witch's HouseWhere stories live. Discover now