4

15 10 0
                                    

Aku mulai siuman tak lebih lama dari sejam yang lalu, tetapi penyihir di depanku ini sudah memarahiku untuk yang keseratus kalinya. Dasar sensian.

"Matanya rileks, jangan melotot!" hardiknya ketika lelaki tabib yang memeriksaku mulai beralih ke bagian mata. Ya bagaimana diriku tidak melotot? Akses bicaraku dikunci, sementara ada luapan kemarahan yang harus disalurkan ke pria bertubuh mungil tapi bermuka tua di depanku. "Dibilangin rileks!"

Yak, seperti sebelum-sebelumnya, ketika dia sudah lelah menyuruh, bagian tubuhku langsung dikendalikan dengan paksa, mataku yang sejak tadi melotot jadi rileks dengan sendirinya. Dasar penyihir makhluk curang! Mengendalikan orang dengan paksaan, bukan kesepakatan!

Sekitar lima belas menit kemudian, semua bagian tubuhku sudah selesai diamati dan diberi pertolongan pertama di beberapa bagian. Penyihir Sensian melepas sihirnya, akhirnya aku bisa bergerak bebas. Aku mengangkat punggung dengan perlahan, kemudian bersandar di dipan kasur.

Tabib itu mundur, kemudian berbincang dengan si penyihir, cukup jauh dariku. Aku tak bisa mendengar apa yang dikatakan si tabib sekarang.

"Apa?! Jadi menurutmu tubuh orang ini diserang dengan sihir tingkat tinggi?"

Si tabib yang sejak tadi berbicara dengan berbisik terkejut, terlebih lagi aku. Penyihir ini hobinya menghardik orang, ya. 

"Siapa kira-kira penyerangnya, ya? Bukankah semua pengguna sihir tingkat tinggi adalah orang yang kukenal? Aku tak yakin di antara mereka ada yang ingin menyerang warga tak bersalah seperti ini."

"Di sisi lain juga," sekarang si tabib tak lagi berbisik, "anak ini perlu diberi penanganan intensif, tubuhnya terpapar sihir yang cukup berbahaya. Uh, saya makin cemas dengan dua orang yang langsung keluar tadi."

"Kamu tahu apa dampak sihirnya?"

"Tidak tahu, sihir ini belum umum digunakan, jadi baru pertama kali saya temui. Saya juga tak yakin bisa memberi pengobatan, jadi ...."

"Jadi bagaimana?"

"Anak ini sepertinya saya serahkan pada Tuan. Tuan bisa menggunakan sihir pemurnian tingkat tinggi, bukan? Sepertinya sihir itu bisa dipakai untuk memperbaiki tubuhnya yang terpapar sihir jahat."

"Tunggu, tunggu," potongku. "Kenapa tiba-tiba saya diserahkan ke penyihir sensian ini? Saya bisa merawat diri sendiri di rumah, tidak perlu pakai bantuan dia." Aku menatap si penyihir dengan tajam, menunjukkan semua kegaranganku selagi bisa. Setelahnya, dahiku seakan-akan sedang dijitak. "Aw."

"Dasar anak sombong, dipikirnya kami main-main apa. Kalau boleh pilih juga saya malas mengurus manusia lemah tak tahu diuntung."

"Anda merendahkan saya?"

"Tidak merendahkan, karena pada dasarnya memang sudah rendah."

Darahku lama-lama mendidih mendengar cemoohannya. Tanganku terkepal, bersiap untuk memukul mulut makhluk mengesalkan itu. Baru digerakkan sedikit, tubuhku sudah terkunci lagi.

"Hei, main curang!"

"Kalau kamu menggunakan tubuhmu dengan liar terus-terusan seperti ini, sihir jahat di tubuhmu lama-lama akan makin menggila! Kalau sihirnya makin mengganas, saya repot, kamu repot, penyembuhan makin lama. Saya malas merawat manusia tak beradab lama-lama."

"Saya tak pernah bilang setuju untuk dirawat!"

"Persetujuanmu tak dibutuhkan. Intinya, mulai dari sore ini kamu akan tinggal di tempat saya untuk sementara, sampai sihir jahat di tubuhmu hilang. Kalau tidak kooperatif, siap-siap seperti tadi lagi, saya paksa langsung dengan sihir."

Dasar penyihir, selalu saja memaksa tanpa kesepakatan terlebih dahulu. Aku makin yakin terhadap cita-citaku untuk mengembalikan kejayaan sains dan mengusir sihir dari muka bumi karena orang ini.

Si Penyihir Sensian keluar dari kamar ini tak lama setelahnya, menyisakan aku dan si tabib.

"Tuan Roland memang begitu sifatnya, tolong dimaklumi, ya," ujarnya tiba-tiba. "Walau sedikit-sedikit marah seperti itu, sebenarnya beliau adalah salah satu penyihir paling berwawasan, mungkin sejajar dengan para petinggi sihir yang sering muncul di mana-mana."

"Saya tidak peduli dengan prestasinya."

Si tabib hanya terkekeh. "Yah ... saran saya, karena Tuan Roland orangnya meledak-ledak, baiknya kamu tahan sedikit amarahmu waktu berbicara dengan beliau. Kalau sama-sama meledak-ledak, hasilnya tak akan bagus."

Witch's HouseWhere stories live. Discover now