Part 2

323K 23.4K 4.3K
                                    

Davin terkekeh. "Muka lo tegang banget," ujarnya seraya mencolek hidung Jeyra dengan jarinya. "Gue bercanda doang, yakali gue mau buka baju di depan lo," ujar Davin menahan gemas.

Ekspresi cengo gadis ini cukup lucu di matanya.

Jeyra semakin membeku. Davin ... menyentuhnya, dan itu membuat dada Jeyra berdesir hebat hingga senyumannya perlahan muncul.

"G-gue pergi."

Jeyra tidak tahan lagi, ia takut melakukan hal memalukan karna terlalu senang dengan perlakuan Davin padanya, jadi gadis itu memilih pergi, menyelamatkan jantung nya yang hampir meledak.

Davin terus menatap punggung Jeyra, hingga gadis itu keluar dari pekarangan rumahnya. Ia tersenyum lagi.

Cantik, gadis itu menawan di matanya. Davin penasaran apakah gadis itu akan terlihat semakin cantik jika berada di ranjangnya?

****

"Jey berangkat ya, Ma," ujar Jeyra mencium pipi Nina lalu berlari keluar rumah.

"Jey, sarapan dulu!" teriak Nina.

Jeyra menoleh, lalu menyengir. "Makan di sekolah aja," ujarnya lalu lanjut berlari, meninggalkan Nina yang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.

Pagi ini wajah Jeyra terlihat lebih cerah, Nina rasa putrinya itu sedang bahagia.

Jeyra membuka gerbang rumahnya dengan sunggingan kecil di bibirnya, kejadian kemarin -saat Davin mencoel hidungnya- membuat Jeyra tidak mau berhenti tersenyum.

Hangatnya jari Davin, getaran di dadanya, semuanya memberikan Jeyra rasa senang, ia belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Sejak dulu Jeyra hanya berani menatap Davin dari kejauhan.

Kemarin, ia mengobrol, bertatapan langsung dengan Davin, dan juga ... bersentuhan. Jeyra tau ini lebay, tapi dia tidak perduli, karna memang kebahagiaannya sesederhana itu.

Jeyra menyetop angkot lalu naik, ia menoleh melihat seorang pria yang berseragam sama dengannya, sejenak Jeyra terlihat terkejut.

"Davin?"

Pria yang mengenakan earphone putih itu menunduk, menatap Jeyra dengan senyum kecil.

"Ketemu lagi, halo," sapanya.

Jeyra meneguk ludahnya, ia menggeser posisinya, mengamankan jantungnya yang lagi-lagi menggila karna mendengar suara Davin.

"Jenno lagi di bengkel, jadi gue naik angkot," jelas Davin tanpa di minta, pria itu menatap Jeyra dengan senyuman.

Jeyra mengigit bibirnya, apa semesta sedang baik padanya hingga ia bisa berinteraksi dengan Davin lagi setelah kemarin? Jeyra fikir, kemarin adalah pertama dan terakhir kalinya ia mengobrol sedekat itu dengan Davin.

Tatapan Jeyra jatuh pada rambut hitam Davin yang berantakan, kemudian turun pada seragam yang tidak di kancing hingga memperlihatkan kaos hitam polos di dalamnya. Bahkan dengan penampilan berantakan saja, Davin masih tampan.

"Nama lo?"

Jeyra mengedipkan matanya beberapa kali. "Hah?"

Davin terkekeh. "Kita udah dua kali ketemu, tapi gue belum tau nama lo."

Jeyra tersenyum canggung. "Jeyra, nama gue Jeyra, panggil Jey aja," ujar Jeyra pelan.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang