Part 11

218K 16K 1.7K
                                    

"Jeyra ... "

Jeyra membuka matanya saat merasakan sapuan lembut dan basah di lehernya juga bisikan bernada rendah yang membuat nya meremang. Ia berbalik, dan betapa terkejutnya Jeyra melihat sesosok pria di sisi ranjang sebelahnya.

Gadis itu refleks berdiri, ia meraih saklar lampu kemudian menghidupkannya hingga kamar yang tadinya remang-remang kini menjadi terang. Dan ia bisa melihat dengan jelas siapa pria yang mengusik tidurnya.

"Davin, kamu kenapa bisa dikamar aku?" tanya Jeyra terkejut. Ia memandang pria yang hanya mengenakan celana sekolah dengan bertelanjang dada itu.

Jeyra menelan ludahnya kasar, lagi-lagi matanya terpaku pada tato-tato yang memenuhi tubuh Davin, mulai dari dada, lengan, punggung, bahkan di belakang leher, meskipun di leher tidak terlalu banyak. Tato itu memberikan kesan menyeramkan dan membuat Davin terlihat semakin jantan sekaligus. Belum lagi perut sixpack Davin yang membuat Jeyra tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Davin terkekeh. "Kenapa keget? Mama lo yang nyuruh gue jagain lo, tadi sore dia pergi lagi katanya seminggu, bahkan nitipin kunci rumah ke gue."

"K-kenapa Mama gak pamit ke aku?"

"Lo tidur, ngunci kamar juga, jadi gue suruh Mama lo pergi dan minta kunci serep kamar lo."

Sepulang sekolah Jeyra memang mengunci diri di kamar, ia tidak mau Nina melihat lebam di pipinya dan menjadi khawatir, Jeyra tidak mau Mamanya sedih.

Davin beranjak duduk dari posisinya yang tiduran, ia menarik tangan Jeyra hingga gadis itu terduduk di pangkuannya. Kedua tangan berotot itu melingkar di perut Jeyra, membuat gadis itu menahan nafas.

Davin mengarahkan bibirnya ke leher jenjang Jeyra kemudian mengecupnya lembut hingga Jeyra kegelian. Tatapan Davin berpindah ke pipi gadis itu, ada geraman tertahan terdengar, pria itu mengecup pipi Jeyra membuat ringisan kecil keluar dari bibir yang sedikit tebal itu.

"Sakit? Kenapa gak bilang ada yang nyakitin lo?" tanya Davin dalam. "Harusnya lo langsung ngadu ke gue, bukannya ke guru sialan itu!" ujar Davin menggeram.

Jeyra tersentak. Guru sialan? Apa maksud Davin Pak Bara? Tapi, bagaimana bisa Davin mengetahui jika Jey bertemu guru itu? Jeyrq fikir, tadi Davin tidak sekolah.

Jari-jari kokoh Davin bergerak membelai pipi putih yang kini berwarna merah keunguan. Pemilik pipi tersebut kembali meringis, Melisa memang menamparnya sangat kuat dan berkali-kali hingga lukanya jadi separah ini.

"Gue gak suka milik gue di lukain kayak gini," bisik Davin. "Gak boleh ada yang lukain lo," ujar Davin membuat senyum Jeyra muncul tanpa di minta.

"Cuman gue, cuman gue yang boleh nyakitin lo," lanjut Davin lalu membalik wajah Jeyra hingga menghadap nya. "lo cinta sama gue kan Jey?" tanya Davin tiba-tiba.

Jey langsung mengangguk.

Davin tersenyum. "Kalau gitu, lo bakal selalu ada di sisi gue kan?" tanya Davin membuat Jey semakin bingung, namun gadis itu tetap mengangguk.

"Meskipun lo tau cuman sakit yang lo dapet selama bareng gue?"

Jeyra mengangguk lagi.

Davin menyeringai, ia memeluk Jeyra, menenggelamkan kepala Jeyra ke dada telanjangnya. Jeyra membeku, dadanya berdebar kuat, dalam posisi seperti ini Jeyra bisa mendengar debaran jantung Davin yang normal, juga mencium aroma khas pria itu yang sangat ia sukai.

"Jey, gue gak suka lo deket-deket sama cowok lain, meskipun itu guru sekalipun," bisik Davin tajam. Seketika Jeyra meremang, Davin sengaja menjilat telinganya.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang