Part 26

169K 12.4K 3K
                                    

Tolong ya nama tokoh cerita ini tuh DAVIN. bukan David, Gavin, atau Dadit. Please lah komen kalian itu typo apa gmnaa astaga, mengcapek😭

 Please lah komen kalian itu typo apa gmnaa astaga, mengcapek😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Tawa nyaring Jeyra terdengar menggema. Gadis itu duduk di sisi ranjang dengan rambut acak-acakan. Sudut matanya berair dengan tatapan kosong hingga kemudian bibirnya menyunggingkan senyuman dan merutuk pelan. "Mama pergi? Ninggalin gue sendirian di samping iblis itu?"

Menggeleng keras, Jeyra kembali tertawa. "Terus sekarang gue yatim piatu ya?" dia melipat lutut dan memeluknya. "Gue bahkan gak inget di mana lelak rumah Papa di Belanda, gue juga gak punya nomor Mama lagi. Mama punya nomor gue tapi nomor itu udah gue buang," racaunya.

Menyedihkan. Sekarang Jeyra tidak bisa bertemu Nina terkecuali Nina yang mendatanginya ke sini. Jeyra tidak menyangka dia akan di buang dengan cara seperti ini. Dia tidak mengerti jalan fikiran Mamanya, jika merasa bersalah kenapa bukannya memperbaiki alih-alih kabur begitu saja?

Jangankan bertemu Nina, sepertinya berkirim kabar saja akan sulit di lakukan. Sekarang Jeyra benar-benar tidak punya siapapun lagi. Memutar kejadian demi kejadian yang di alami membuat fikiran Jeyra tertuju pada Davin. Laki-laki bertato yang menyebabkan kekacauan di hidupnya.

Andai dari awal Jeyra memilih menolak tawaran Davin untuk menjadi kekasihnya, mungkinkah kehidupannya kembali seperti semula? Jeyra tidak perduli dengan semua orang lainnya, dia hanya butuh Mamanya. Keluarga satu-satunya yang dia miliki saat ini.

Ketika bola matanya menatap lurus ke tembok, kepalanya mendadak sakit saat mendengar penjelasan Davin di kepalanya tentang Nina yang memilih pergi selamanya dan tidak akan kembali lagi juga menitipkan sekaligus menyerahkan Jeyra pada laki-laki itu sepenuhnya.

Gila! Entah apa akan ada kegilaan lagi selanjutnya. Sampai di sini Jeyra sudah hampir sakit jiwa, dunia Davin lebih buruk dari yang dia bayangkan.

"M-a-t-i," gadis itu mengeja lirih kemudian mengangguk. "Ayo kita lakuin."

Dia berjalan dengan langkah pelan menuju pintu kamar dan berusaha membukanya namun di kunci. Sial, Davin mengurungnya di kamar pria itu. Jeyra mengedarkan pandangannya mencari apapun yang bisa menyayat nadinya. Dia bergeming saat matanya menyapu ke arah balkon.

Melangkah menuju balkon itu, dia menggeser pintu dan berjalan menuju pembatas. Jeyra mengigit bibirnya kemudian memandang ke bawah, kamar Davin berada di lantai tiga dan menghadap halaman belakang. Perkiraan Jeyra, jika dia terjatuh maka dia akan mati di tempat dengan kepala pecah atau tubuh remuk. Tidak buruk.

Menarik nafas panjang, gadis itu mulai menaiki pembatas itu dan duduk di sana. Namun di saat yang sama suara kunci terbuka terdengar disertai kedatangan seorang pria yang langsung tertawa melihat gadis itu hampir melompat jatuh. "Bunuh diri, hm?"

Jeyra memegang erat-erat pinggiran pembatas itu sebelum memberanikan diri melompat, belum sampai itu terjadi bahunya sudah di pegang erat dan di balikan sehingga dia bisa melihat sosok Davin yang memandangnya datar.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang