Part 12

203K 14.5K 1.7K
                                    

Aku ubah untuk penyebutan 'Jey' jadi 'Jeyra'. Kenapa? Karna banyak pembaca baru yang mikir Jey itu cowok dan ngira ini cerita bl. Astagfirullah, bersoda sekali bukan😭

****

Jeyra berjalan berdampingan bersama Sarah, bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu dan Sarah langsung mengajak Jeyra pulang bersama. Gadis itu terlihat antusias menceritakan apa yang ada di kepalanya pada Jeyra. Sedangkan Jeyra hanya mendengarkan.

Sarah benar-benar berniat mengajak Jeyra berteman, Sarah bahkan pindah duduk bersama Jeyra yang selalu duduk sendiri sejak kelas 10. Jeyra terkekeh pelan mendengar cara bicara Sarah yang lucu. Tidak ada titik dan koma, Sarah berbicara secepat kereta api.

"Eh, lo mau kemana?" Sarah menarik lengan Jeyra yang hendak berjalan keluar gerbang.

"Mau ke Halte, emang kenapa?"

"Bareng gue aja, gue bawa mobil," ujar Sarah. Jeyra menolak dengan menggeleng pelan. Sarah memang baik, tapi tetap saja Jeyra merasa sedikit canggung karna belum satu hari mereka akrab.

"Gue maksa, Jey!" ujar Sarah lalu menarik Jey ke parkiran, tepatnya ke mobil berwarna merah terang milik Sarah. Sarah membukakan pintu dan menyuruh Jeyra masuk.

"Tapi--"

"Masuk aja sih astaga, gue gak bakal nyulik lo Jey, sumpah," ujar Sarah. Jeyra menghela nafas kemudian masuk. Sarah memutari mobil lalu masuk ke bagian kemudi. Mobil Sarah mulai melaju meninggalkan area sekolah.

"Rumah lo arah mana?" tanya Sarah. Jeyra menjelaskan alamat rumahnya secara rinci, Sarah mengangguk mengerti, kemudian mobil itu hening, hanya terdengar suara musik dari radio yang Sarah setel.

"Emm, Fia kemana, kok gak keliatan?" tanya Jeyra membuka pembicaraan.

Sarah menoleh sekilas. "Di rumahnya Melisa, dia masih berkabung banget, apalagi Melisa sama Fia udah temenan dari SD, Fia pasti ngerasa kehilangan sahabat sekaligus mesin ATM nya," ujar Sarah seraya terkekeh.

"Terus lo kok gak nemenin Fia? Bukannya lo juga temennya Melisa?"

"Temen? Selama ini gue cuma ngerasa jadi babunya dia, gue gak mau temenan sama dia, Melisa cuman mau manfaatin harta gue doang Jey, wajar kan gue gak nganggep dia temen?"

Jeyra mengangguk.

"Gue terlalu cupu buat ngelawan, gue takut jadi korban bully nya Melisa, mangkanya gue tetep sama mereka, padahal gue gak suka, mereka toxic, gue maunya temenan sama orang yang tulus, kayak lo contohnya."

"Gue?" Jey menunjuk dirinya sendiri. Sarah langsung mengangguk. "Lo tau dari mana gue tulus?"

"Keliatan dari muka lo," ujar Sarah seraya terkekeh. "Dari kelas 10, gue udah pengen ajak lo kenalan, gue juga mau duduk sama lo, tapi tiba-tiba Melisa dateng dan ngajak gue gabung sama dia."

Sarah meringis. "Jey, gue ngerasa berdosa deh," ujarnya membuat Jeyra mengernyit bingung.

"Kenapa?"

"Melisa meninggal, tapi jujur gue gak ngerasa sedih, malah gue seneng, jahat ya gue?" Sarah terkekeh miris.

Jeyra tersenyum kecil. "Lo gak jahat, lo baik Sar, cuman lo satu-satunya orang di sekolah yang mau jadi temen gue," tutur Jey pelan.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang