Part 5

307K 21.1K 2.9K
                                    

Jeyra membuka matanya, keningnya mengerut menatap langit-langit yang berwarna abu gelap, seingatnya langit-langit kamarnya berwarna putih. Ia melihat ke jendela, ada cahaya yang mengintip melalui gorden yang menandakan sudah pagi.

Gadis itu kemudian tersadar jika ada sebuah tangan yang di penuhi tato melingkar di pinggangnya. Jeyra melihat tangan ber-urat itu kemudian menatap wajah pemilik tangan tersebut.

Jantung Jeyra mencelos, melihat wajah tampan yang terlihat damai itu. Jeyra mengigit bibirnya, ia memalingkan wajahnya, apa yang terjadi semalam, kenapa Jeyra tidak ingat apapun?

"Lo udah bangun?"

Suara serak khas bangun tidur itu membuat Jeyra menoleh, ia meremang karna tangan itu malah memeluknya semakin erat.

"Vin, apa semalem kita ngelakuin itu?" tanya Jeyra pelan. Ia menahan gugup mati-matian, dadanya berdesir hebat, pelukan hangat Davin membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Davin menatap Jeyra, bola mata tajam itu menatap Jeyra lekat. "Menurut lo?"

Jeyra menggeleng pelan. "Gak tau."

Davin menarik sudut bibirnya. "Bagian bawah lo kerasa sakit?" tanya Davin.

Jeyra menggeleng lagi. "Enggak."

Davin mengangguk, pria itu beranjak duduk, lalu menguap. Ia kembali melirik Jeyra yang masih memandang nya dengan pandangan bertanya.

"Lo bisa simpulin sendiri," ujarnya lalu berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Jeyra membuka selimut yang menutupi tubuhnya, gadis itu melihat pakaiannya yang masih lengkap, sama seperti pakaian semalam yang ia kenakan.

Apa artinya Davin tidak melakukan apa-apa padanya? Tapi ... kenapa Jeyra ada di kamar ini?

Jeyra mengedarkan pandangannya, kamar bertema warna gelap ini sangat rapih, Jeyra bisa menyimpulkan jika kamar ini adalah kamar Davin, tidak mungkin kamar hotel, karna ada banyak barang pribadi di sini, termasuk beberapa pakaian Davin yang di gantung di depan lemari.

Gadis itu meringis pelan, ia memegangi kepalanya yang berdenyut pusing, Jeyra menoleh, tanpa sengaja melihat pantulannya di cermin yang terpasang di sudut ruangan. Jeyra meraba lehernya.

Ada lebam berwarna merah keunguan di sana, apa ada yang habis memukulnya?

"Itu kissmark."

Jeyra tersentak saat melihat Davin sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, sepertinya pria itu habis mencuci wajahnya.

Gadis itu melongo, melihat tubuh atletis Davin yang hanya di balut kaos hitam dan juga celana pendek, tato di tangan kanan pria itu terpampang jelas, Jeyra bahkan baru sadar jika tato di sana bertambah banyak. Apa ada tato lainnya di balik baju pria itu?

Jeyra menggelengkan kepalanya, fikirannya mulai ke mana-mana.

"Kissmark itu apa?" tanya Jeyra.

Davin memandang Jeyra gemas. "Cari aja di google, gue males jelasin."

Davin mendekat, ia duduk di samping Jeyra, pria itu memandang Jeyra. "Gue belum lakuin itu, semalem lo asal ambil minum, terus lo gak sadar dan pingsan, jadi gue belum ngapa-ngapain lo, gue gak mau ngelakuin sama orang yang gak sadar."

Penjelasan Davin membuat sepotong ingatan memasuki kepala Jeyra. Ia ingat saat Davin mengatakan Jeyra miliknya, gadis itu salah tingkah, hingga asal mengambil minuman yang ada di meja dan berakhir mabuk. Ternyata itu minuman milik Davin, warnanya bening, jadi Jeyra fikir itu air putih.

Jeyra membulatkan matanya, teringat jika semalam ia berusaha menggoda Davin, Jeyra bahkan mencium leher Davin. Jeyra bisa mendengar geraman Davin semalam di kepalanya, pria itu tidak bisa menahan diri hingga balas mencium leher Jeyra, bahkan mengigitnya.

Setelah itu Jeyra tidak sadarkan diri, dan Jeyra kembali mendengar suara frustasi Davin di kepalanya, meskipun sudah pingsan tapi Jeyra masih bisa merasakan jika Davin menggendongnya dan membawanya pergi.

Jeyra menutupi pipinya malu, ia memalingkan wajahnya, namun Davin menarik pipi gadis itu hingga menatapnya.

"Gue tanya sekali lagi, lo yakin mau tidur sama gue demi jadi pacar gue?" mata tajam Davin langsung menghujam Jeyra hingga jantung Jeyra kembali menggila.

Gadis itu menelan ludahnya, lalu mengangguk. Jika kalian fikir Jeyra gila, maka kalian benar. Jeyra sudah gila karna rasa cintanya yang teramat besar untuk Davin.

Jeyra akan melakukan apapun untuk mendapatkan Davin. Termasuk menyerahkan keperawanannya yang berharga.

Jeyra sadar jika rasa cintanya pada Davin sudah sangat dalam, dan Jeyra rasa ia akan gila jika membiarkan kesempatan emas ini lepas begitu saja. Hanya keperawanan Jeyra fikir tidak masalah, ia bahkan rela menyerahkan nyawanya sekalipun, jika itu untuk Davin.

Ini impiannya sejak dulu, impian yang selalu Jeyra tepis dari kepalanya karna ia fikir itu tidak akan terjadi, namun sekarang, hal itu sudah ada di depan matanya, dan Jeyra tidak akan menolaknya. Menjadi pacar Davin adalah impian terbesar Jeyra untuk saat ini.

"Jey, denger baik-baik, lo gak boleh nyesel dengan keputusan lo, jadi milik gue artinya lo gak akan bisa pergi, karna gue gak akan lepasin lo meskipun lo mohon dengan air mata darah sekalipun," ujar Davin tegas.

"Masuk ke dunia gue sama artinya lo nyerahin hidup lo ke tangan gue," pria itu membelai wajah Jeyra lembut. Davin tersenyum miring, menatap Jey yang terlihat salah tingkah.

"Untuk terakhir kalinya, gue tanya sama lo. Lo yakin dengan keputusan lo ini? Kalau lo gak yakin, lo boleh pergi sekarang," ucap pria itu seraya mengedikan dagunya ke pintu.

Jeyra mengangguk mantap. "Gue yakin, karna gue mau jadi pacar lo, pacar yang gak akan pernah lo putusin."

Davin menyeringai, ia mengecup dahi Jeyra lembut hingga gadis itu mematung. "Keputusan bagus, Jeyra," bisik Davin dalam.

Jeyra menegang, ia menatap Davin dengan senyum kecil. "Lo janji gak akan mutusin gue kan?"

Davin mengangguk. "Mulai sekarang lo harus ngomong pake aku-kamu, oke?"

Jeyra mengangguk patuh dengan senyum yang semakin lebar, pria itu balas tersenyum. Ia mengelus punggung tangan Jeyra.

"Pulang, mama lo pasti nyariin, nanti malem dateng ke sini lagi, gue tunggu," bisik Davin seraya mengelus kepala Jeyra.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang